Rumah Setelah Menikah? Jangan "Ah" Saja, Pahami Solusinya A la Islam Ini!

Penulis Unknown | Ditayangkan 10 May 2017

Rumah Setelah Menikah? Jangan

Sebagai seorang muslim, kita semua tentu mengharapkan pada saatnya nanti akan bertemu dengan pendamping yang akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga kita. Harapannya adalah, dapat membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawwadah warrahmah.

Menikah merupakan sunnah para nabi dan para rasul, disamping sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan dan karunia nikmat dari Allah Azza wa Jalla. Melalui pernikahan, manusia yang berpasangan laki dan perempuan akan memulai menjalani kehidupan baru, yaitu kehidupan rumah tangga, yang menjadi dambaan setiap manusia di muka bumi ini.

Demikian ini sudah sunnatullah, yang merupakan siklus kehidupannya sebelum semuanya berakhir, yaitu mendapatkan keturunan.

Also read : Ngantuk Saat Puasa Sudah Biasa, Begini Cara Mengatasinya!

Namun bukannya setan kalaupun tak menghendaki setiap muslim dalam sebuah keraguan. Sehingga, permasalahan terbesar yang dihadapi pasangan ketika ingin menikah adalah bukannya resepsi ataupun catering, tapi lebih kepada masalah rumah. Kebanyakan keluarga perempuan tidak akan menerima pinangan atau pernikahan belum dianggap sempurna tanpa ada jaminan rumah atau tempat tinggal.

Hal itu dimaksudkan untuk menentramkan hati keluarga perempuan. Selain itu, sebagai ukuran kesungguhan calon mempelai pria dalam mencari nafkah harta untuk kehidupan keluarganya nanti. Seandainya kamu belum sanggup membeli rumah atau tempat tinggal dengan hasil keringatmu atau uangmu sendiri, ada beberapa solusi yang bisa kamu lakukan;

1. Mengontrak Rumah


Satu hal yang jelas, tinggal berdua secara mandiri, biar di rumah kontrakan yang mungil, akan lebih bebas ’berekspresi’ dari pada tinggal bersama dengan orang tua atau mertua.

Kita akan dapat mengenal karakter lebih intens karena tiap orang langsung kelihatan aslinya. Kalau di rumah mertua, mungkin masih ada jaim-jaimnya kan? Tapi kalau di rumah sendiri, ibaratnya mau nangis bombay juga sudah gak perlu ditahan-tahan lagi (tadinya mungkin takut dibilang menantu cengeng).

Yang bakatnya tidur melulu gak pernah bantu-bantu juga segera terdeteksi. Diharapkan, dengan langsung terlihat sikap keseharian aslinya ini, masa adaptasi awal-awal nikah akan dapat segera dilalui dengan mudah.

2. Tinggal Menetap Dengan Keluarga


Pertimbangan apakah sebaiknya tinggal di rumah orang tua, biasanya terkait dengan banyak faktor. Misalnya kesiapan dana, kesiapan infrastruktur, kemudahan transportasi ke tempat kerja atau aktivitas lain, kondisi orang tua atau mertua, dan lain-lain.

Memang, selalu ada manfaat mudharat di setiap pilihan. Kata seorang ustadz, selama masih tinggal bersama orang tua, “lidah tidak dapat selamanya berkata lurus dan kuping harus lebih tebal.” Bagaimanapun, meskipun banyak kesamaan, akan ada saja ditemukan perbedaan-perbedaan kecil yang dapat mempengaruhi harmoni hubungan kita dengan orang tua, akan banyak hal yang bertabrakan nantinya dalam soal pengasuhan anak atau cucu dan urusan rumah tangga lainnya.

3. Membeli Rumah Secara Patungan


Misalnya, kamu membayar setengah harga rumah sedang sisanya dibayar oleh saudaramu. Selanjutnya kamu membayar kepada saudaramu dengan angsuran yang ringan yang tidak memberatkan kedua belah pihak.

Rumah Setelah Menikah? Jangan

Also read : Apa Allah Membenciku? Aku Sudah Berbuat Baik, Tapi Tetap Hidupku Begitu Saja

4. Sangat Tidak Disarankan Untuk Meminjam Uang Dari Bank-bank Riba, Hanya Untuk Memenuhi Keinginan Memiliki Tempat Hunian


Jika kondisi keuangan pas-pasan jangan memaksakan untuk memiliki rumah secara langsung. Sebab, itu akan menghabiskan harta kemudian membuat kamu tenggelam dalam tumpukan hutang demi mendapatkannya. Nantinya, kamu akan memulai hidup dengan penuh tekanan. Keindahan bulan madu akan hilang karena tekanan cicilan rumah, tagihan lembaga keuangan atau lilitan utang lainnya.

Pada dasarnya, kehidupan setelah menikah itu tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang di tengah-tengah pernikahan ada permasalahan dan pertengkaran yang datang silih berganti. Hal semacam itu wajar, namun bila tidak cepat diselesaikan bisa membahayakan keutuhan rumah tangga. Untuk itu, suami dan istri haruslah mengetahui kewajiban dan hak masing-masing. Bijak dalam mengambil keputusan dan berhati-hati dalam melangkah adalah kunci utama untuk membangung keluarga yang harmonis dan jauh dari segala keburukan yang ada.
SHARE ARTIKEL