Kisah Setan dan Seorang Penebang Pohon

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 03 May 2017

Kisah Setan dan Seorang Penebang Pohon

Di zaman dahulu kala ada seorang shaleh dari kalangan Bani Israil yang hidupnya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Pada suatu ketika beberapa orang meghampirinya dan memberitahunya bahwa ada sebuah suku di sekitar tempat itu yang menyembah sebuah pohon yang mereka anggap keramat.

Kabar ini membuatnya gusar, dan dengan menenteng sebuah kapak di pundaknya, orang shaleh ini bertekad untuk menebang pohon itu.

Pada perjalanannya kesana, setan menghampirinya dalam wujud seorang kakek tua. Setan bertanya kemana dia akan pergi. Orang shaleh itu berkata dia akan menebang sebuah pohon yang dianggap keramat oleh penduduk setempat. Setan berkata, “Kamu tidak perlu khawatir dengan pohon itu.

Kamu lebih baik terus beribadah dan tidak perlu mengurusi sesuatu yang bukan menjadi urusanmu.” Tapi orang shaleh itu menyanggah, “Hal ini juga menjadi ibadah bagiku.” Kemudian setan terus mencegahnya untuk menebang pohon itu. Pada akhirnya terjadilah perkelahian di antara keduanya, dimana orang shaleh itu berhasil mengalahkan setan.

Setelah dirinya dikalahkan orang shaleh itu, setan memohon agar orang shaleh itu mendengarkannya barang sejenak. Setelah orang shaleh itu melepaskannya, dia berkata lagi, “Allah tidak mewajibkan kamu menebang pohon itu.

Kamu tidak akan kehilangan apa-apa jika tidak menebangnya. Jika menebang pohon itu memang diwajibkan, maka Allah tentu telah memerintahkan salah satu dari nabi-nabi-Nya untuk melakukannya.” Tapi orang shaleh itu tetap bersikeras untuk menebang pohon itu. Kemudian mereka berdua berkelahi lagi dan dengan mudah orang shaleh itu mengalahkan setan untuk kedua kalinya.

“Kalau begitu dengarkan aku”, kata setan, “Aku ingin membuat penawaran yang akan menguntungkanmu.” Lalu setan kembali berkata, “Aku tahu kamu adalah seorang miskin dimana hidupmu sehari-hari dipenuhi kesusahan. Jika kamu menjauh dari tekadmu untuk menebang pohon itu, aku akan membayarmu dengan tiga keping koin emas setiap harinya. Kamu akan menemukan koin emas itu di bawah bantalmu.

Dengan uang ini kamu bisa memenuhi kebutuhanmu sehari-hari, dapat menolong saudara-saudaramu, menolong orang-orang miskin, dan melakukan banyak kebaikan lainnya. Menebang pohon hanya akan menjadi satu kebaikan, dan ini tidak ada gunanya karena penduduk setempat akan menanam pohon lainnya.”

Penawaran ini disukai oleh orang shaleh itu dan dia pun setuju. Keesokan harinya setelah bangun tidur, dia mengecek di bawah bantalnya dan menemukan tiga keping koin emas seperti yang dijanjikan oleh setan. Dia merasa gembira dan wajahnya menjadi ceria. Lalu hari berikutnya dia kembali menemukan tiga keping koin emas di bawah bantalnya. Tapi pada hari ketiga tidak ada apa-apa di balik bantalnya.

Koin emas yang dijanjikan setan tidak ditemukan disana. Dia pun menjadi marah, mengambil kapaknya, dan tekadnya untuk menebang pohon itu kembali berkobar. Setan lagi-lagi dengan menyamar sebagai seorang kakek tua menghadangnya di jalan dan bertanya kemana dia akan pergi.

“Aku akan menebang pohon itu sekarang!” kata orang shaleh itu. “Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya”, kata setan. Sebuah perkelahian kembali terjadi di antara keduanya tapi kali ini setan berhasil membuat orang shaleh itu bertekuk lutut dan mengalahkannya.

Orang shaleh itu pun terkejut melihat dirinya dikalahkan setan. Dia pun bertanya kepada setan, “Kenapa pada saat pertama kali aku bertemu denganmu, kamu bisa kukalahkan dengan mudah?

Namun kali ini berbalik kamu yang mengalahkanku dengan mudahnya?” Setan menjawab, “Pada saat pertama kali, kemarahanmu tulus dan ikhlas karena ingin mencari ridha Allah, dan dengannya Allah pun membantumu untuk mengalahkanku, tapi kali ini kamu melakukannya hanya karena ingin mendapatkan koin emas itu dan maka dari itu kamu pun kalah.”

Jadi moral dari kisah ini adalah ketika kita melakukan suatu amal kebaikan, maka niatkanlah hanya untuk mencari ridha Allah. Kita juga bisa mengalahkan setan jika kita bertakwa kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (An Nahl[99]: 100)
SHARE ARTIKEL