Indonesia Bukan Ahok, Bukan Pula Habib Rizieq, Jadi Berhentilah Saling Menghina

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 11 May 2017

Indonesia Bukan Ahok, Bukan Pula Habib Rizieq, Jadi Berhentilah Saling Menghina

Kondisi negeri saat ini memang seolah bukan lagi Indonesia yang dulu. Ada kubu-kubu yang ingin menunjukkan apa yang dianggapnya paling benar. Bukannya damai karena keberagaman dan bisa saling menghargai.

Hal itu mengetuk hati akun facebook Fahd Pahdepie mengungkapkan uneg-unegnya kepada mereka yang hingga saat ini masih bersikeras menganggap kubunya paling benar.

Sekarang mungkin anda yang pro Ahok, ataupun pro Habib Rizieq, atau pro siapa saja yang menganggap ideologi anda paling benar. BACA INI!

INDONESIA BUKAN AHOK!

Pasca-putusan pengadilan mengenai kasus yang menimpa Ahok, bangsa kita makin terbelah. Indonesia seolah terbagi ke dalam dua kubu ekstrem yang sama-sama keras kepala: 

Kubu pertama, sebut saja mereka yang pro-Ahok, menganggap Indonesia dipenuhi kaum bigot dan bodoh. Tak kurang-kurang, kubu ini menganggap apa yang menimpa Ahok adalah buah dari ketololan para penentang Ahok yang mereka sebut ‘sok suci’ karena berlindung di balik jubah agama. Di media sosial, mereka merasa seolah Indonesia akan di-Suriah-kan, dengan tendensi yang agak nyinyir terhadap Islam dan muslim, juga lidah yang begitu ringan untuk tega mencela para ulama. 

BACA JUGA : Sesama Muslim Jangan Mudah Meng-Kafir Kafirkan, Karena Keilmuan Agama Itu Ditunjukkan Dengan Akhlakul Karimah

Kubu kedua, mereka yang senang Ahok dihukum karena kasus penistaan agama, yang entah mengapa dipenuhi rasa takut berlebihan bahwa Islam sedang dalam bahaya, yang menganggap kubu yang berlawanan dengan mereka—yang mendukung Ahok—sebagai kelompok yang hanya pantas tinggal di kerak neraka. Kubu ini tak kalah menggelikan, sebenarnya, merasa seolah semua orang, termasuk Jokowi tentu saja, dan semua kelompok di luar mereka sedang berkonspirasi menghancurkan Islam… Sedang mereka adalah korban yang teraniaya. Mereka menggalang kekuatan dalam festival berjilid-jilid, merasa bahwa kubu mereka selama ini sudah dizalimi dan dikriminalisasi. 

Apakah Indonesia terlanjur terbelah se-ekstrem ini? Jika menengok linimasa media sosial kita, rasanya iya. Kita seolah diseret pada kenyataan yang mempertontonkan seteru antara dua kubu, yang keduanya merasa benar sendiri dan ingin menang sendiri. 

Kepada keduanya, aku ingin ungkapkan kemuakanku! 

Kepada kubu pertama: Indonesia tidak runtuh setelah kasus Ahok ini! Tak usah overacting. Berhentilah menganggap bahwa kalian paling mengerti Pancasila dan merasa bahwa kalian paling paham Bhinneka Tunggal Ika. Berhentilah merasa bahwa kalianlah yang paling toleran, pluralis, dan mengerti demokrasi. Bagiku, sungguh kalian tak lebih dari kelompok yang merasa paling toleran tetapi sekaligus bersikap paling diskriminatif pada yang tak sepaham dengan kalian. 

Berhentilah mengatakan pada orang lain ‘bigot’ sambil nyinyir memandangi mereka yang berusaha menaruh iman pada agamanya. Jika kalian ingin dihormati sebagai seorang demokrat sejati, berhentilan menganggap kaum Muslim yang menjalankan syariat sebagai kaum onta yang ingin men-Timur-Tengah-kan Indonesia. Berhentilah merasa paling pintar sambil secara serampangan menganggap semua yang berbeda dengan kalian sebagai ‘kaum bumi datar’. Berhentilah merasa paling modern, paling hebat, paling Indonesia, paling Pancasila, paling Bhinneka Tunggal Ika, dengan cara membentur-menturkan NU dengan kelompok Islam lainnya, Banser dengan FPI, sambil memaki-maki para ulama atau habaib yang hanya kalian lihat cela-nya saja. 

Jika kalian Muslim, tak usah merasa paling Islam padahal masih ‘fatwa shopping’, memilih dan memilah fatwa yang hanya kalian suka saja. Berhentilah membuli ulama padahal kalian tahu Indonesia ini dulu juga diperjuangkan oleh para ulama hingga ia merdeka! Kalian ini mau ke mana merasa bangga saat sesama saudara Muslim dihina dan dicela? Kalian ini mau dibilang apa saat kalian lebih bangga berasyik-masyuk dengan kelompok yang senang saat agama kalian dilecehkan? Ada apa dengan kalian? Kesetanan apa selama ini?

Kepada kubu kedua: Berhetilah jadi katak dalam tempurung digital! Keluarlah lihat dunia nyata: Orang-orang yang kalian curigai sedang menghancurkan agama kalian itu mungkin saja hanya bagian dari imajinasi kalian yang cengeng dan inferior. Berhentilah merasa bahwa Tuhan hanya milik kalian dan kebaikan hanya ada di pihak kalian. Sadarlah bahwa tafsirmu terhadap sesuatu tak mesti dipaksakan untuk menindas tafsir orang lain yang berbeda tentang hal yang sama. Tak usah merasa benar sendiri, tak usah merasa surga seluruhnya sudah dikavling hanya untuk kelompok kalian saja. 

Indonesia ini terdiri dari berbagai suku, etnis, agama, bahasa, golongan, dan seterusnya. Tak usah punya mimpi untuk menyeragamkan semuanya. Tak usah bermimpi untuk bisa mengkonversi semuanya agar mengingkari takdir negeri ini untuk bhinneka. Kalau kalian mau taat beragama, mau menjadi orang yang bertakwa, mau menjalankan syariat selengkap-lengkapnya, silakan, itu hak kalian dan tentu bagus saja untuk kalian… Tetapi jangan memandang sinis orang lain yang berbeda dengan kalian, dong! Jangan mengkafir-kafirkan, menuduh munafik, menunjuk hidung orang lain sebagai pendosa, hanya gara-gara kalian punya imajinasi politik yang berbeda tentang negeri ini. Asal kalian tahu, negara ini tidak didesain untuk menjadi negara agama yang mengandaikan semua penduduknya seragam paham dan keyakinannya. 

Ini juga tak kalah penting. Berhentilah mengira bahwa pemimpin yang kebetulan tidak kalian pilih sedang berusaha menzalimi kalian dan mengkriminalisasi idola-idola kalian. Berhentilan berimajinasi bahwa negara ini sedang diazab Tuhan hanya gara-gara yang sedang berkuasa tidak sesuai selera kalian. Dalam politik, bargain utama semua pihak yang bermain di dalamnya adalah kepentingan… Maka semua yang masuk ke dalam arena politik tak suci dan bebas dari semua itu: Ketahuilah semua yang kalian anggap suci telah melakukan dosa bagi kelompok yang berlawanan dengan mereka… dan semua yang kalian anggap pendosa telah berjasa bagi kelompok yang hak-haknya mereka bela. Itulah politik. 

Untuk kalian berdua: Inilah Indonesia. Indonesia ini bukan Ahok! Indonesia ini bukan Habib Rizieq! Indonesia ini bukan Jokowi, Megawati, SBY, Prabowo, Wiranto, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, atau siapapun saja. Indonesia ini bukan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, atau agama apapun saja. Indonesia bukan golongan atau etnis tertentu saja. Indonesia adalah semuanya. Indonesia adalah sintesis dan gabungan dari hal-hal yang kita benci dan kita cintai. Indonesia tumbuh dari berkah dan kebaikan penduduknya, sekaligus dari najis dan dosa mereka yang beranak-pinak di atas tanah dan airnya. 

Berhentilah berdebat. Berhentilah berselisih. Berhentilah merasa benar sendiri. Berhentilah ingin menang sendiri. Indonesia ini hancur bukan karena satu kubu sedang berusaha menindas kubu yang lain atau satu kubu dizalimi kubu yang lain. Indonesia ini hancur karena kubu-kubu yang merasa paling layak meng-klaim sebagai Indonesia terus-menerus saling menggerus dan menghancurkan. 

Ahok adalah aktor politik. Ia dikalahkan dalam sebuah pertarungan politik, oleh aktor-aktor politik yang kebetulan sedang menjadi lawannya saja. Dan kita semua? Kita semua hanyalah figuran dan pendukung yang disulut emosinya, diobrak-abrik kesadarannya, diadudombakan, dibentur-benturkan psikologi dan mentalnya, untuk kepentingan politik lainnya… Yang direkayasa oleh aktor-aktor politik lainnya. Jika kita ingin keluar dari lingkaran setan politik ini: Sudahlah, tak usah ramaikan panggung sandiwara yang memuakkan ini. Tak usah membentuk solidaritas apapun. Tak usah ‘overacting’. 

Untuk kalian semua, tak usah takut tak masuk kubu apapun yang sedang nge-trend akhir-akhir ini, tak usah takut menjadi diri sendiri bahkan jika harus sendirian. Kelak ketika kita mati, kita dikubur sendiri-sendiri di lubang masing-masing.

BACA JUGA : Benarkah Seorang Muslim Harus Bersikap Keras Terhadap Orang Kafir???

Aku menuliskan semua ini dengan kesiapan untuk dikatakan apapun, dikomentari apapun, dirisak bagaimanapun. Jika kalian merasakan hal yang sama denganku, silakan disebarkan. Jika kalian tak setuju, hujani aku dengan apa saja yang kalian suka. Terserah saja!

Itulah postingan akun facebook FAHD PAHDEPIE, yang diunggah pada Rabu kemarin. Hingga artikel ini dibuat postingan itu telah dibagikan hingga 3.294 kali.

Semoga bisa menyadarkan kita sebagai bangsa yang besar dengan berbagai keanekaragamannya bisa menghargai satu sama lain.

Artikel ini tak berniat membela siapapun. Tapi jika merasa informasi ini bermanfaat dan menambah wawasanmu? Langsung SHARE ke teman-temanmu juga ya! Untuk informasi menarik dan bermanfaat lainnya, bisa LIKE fanspage kami, Wajib Baca. Yuk saling mengingatkan!

SHARE ARTIKEL