Apakah Benar Simpanse Berevolusi Menjadi Manusia Purba Hingga Saat ini?
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 16 May 2017
Ilustrasi via Shuterstock
Persoalan Nabi Adam AS apakah manusia pertama atau bukan, seolah akan terus diperdebatkan. Pertanyaan yang sering muncul adalah mana yang lebih dulu antara manusia purba atau Nabi Adam? atau pertanyaan yang menggelitik lainnya.
Salah satu persoalannya adalah mencampuradukkan kebenaran filosofis yang rasional dengan kebenaran empiris berdasar sains. Padahal, keduanya jika ditilik secara epistemologis memiliki jurang yang cukup jauh dalam ilmu pengetahuan.
Seperti yang berkembang saat ini, sains mencoba terus mengungkap apa yang menjadi misteri bagi saintis dalam persoalan-persoalan religius yang berbasis kitab suci dan beranjak dari kebenaran rasional.
Namun persoalan tersebut terlanjur mengemuka, ditambah lagi teori evolusi Darwin yang sempat mencuat dalam dalam The Origin of Species. Ia merupakan seorang ahli geologi asal Inggris yang berkontribusi memunculkan teori evolusi. Spesies dari kehidupan telah diturunkan dari waktu ke waktu dari nenek moyang bersama, katanya dalam publikasi bersama Alfred Russel Wallace.
Ia memperkenalkan teori ilmiah bahwa pola percabangan evolusi dihasilkan dari sebuah proses yang dia sebut seleksi alam, untuk memperjuangkan eksistensi. Alhasil, memunculkan polemik apakah nenek moyang kita adalah kera seperti yang diungkap Darwin? Ataukah ada ras lain yang hidup berdampingan dan yang mampu bertahan hidup hingga sekarang?
Dalam buku Benarkan Adam Manusia Pertama, Interpretasi Baru Ras Adam Menurut Alquran Dan Sains, Agus Haryo Sudarmojo mengemukakan sejumlah kejanggalan jika teori yang dikemukakan Darwin tersebut adalah benar.
Menurut penelitian yang dipublikasikan New Scientist mengungkapkan 75 persen kesamaan antara DNA cacing nematoda dan manusia, tak hanya simpanse. Itu hanya dari penelitian protein dasar dalam tubuh manusia.
Adalagi yang dikemukakan Agus terkait membantah evolusionis simpanse menuju manusia yang memandang kedekatan jumlah kromosom sebagai indikasi dari hubungan evolusioner. Kentang nampaknya adalah kerabat dekat dari manusia karena jumlah kromosom yang ada pada kentang sama yakni berjumlah 46, sementara simpanse berjumlah 48.
Satu lagi argumentasi yang diajukan adalah bukti genetika paling akhir yakni neanderthal punah tanpa ada perkawinan dengan manusia modern (Homo sapiens sapiens). Catatan penyelidikan pada bulan Juli 1997, dalam buku tahunan Encarta.
Tak hanya membantah terori evolusi tersebut melalui jalur saintis empiris, buku tersebut mencoba mengajak pembaca merasionalkan pandangan materialis. Ayat Alquran yang kemudian diajukan untuk menolak teori itu adalah Surat At-tin (95:4).
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Bila kita memaknai ayat suci di atas, jelas bahwa manusia diciptakan paling sempurna di antara seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini.
Manusia ras Adam yang terbukti secara sains adalah makhluk Homo sapiens sapiens. Bukti sains-Quran telah menyimpulkan bahwa evolusi antarspesies itu tidak ada dan tidak penah terjadi. Yang ada adalah kreasi atau penciptaan.
Baca Juga: Seperti ini Terbunuhnya Dajjal oleh Nabi Isa Pada Akhir Zaman
Satu hal lagi yang tidak dapat dijelaskan oleh pengikut teori evolusi terkait proses pembentukan protein. Baik hukum probabilitas maupun hukum fisika dan kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan kehidupan secara kebetulan dalam laboratorium yang masih berskala sangat kecil.
Yang menarik lagi, catatan fosil memperlihatkan makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode Kambrium muncul dengan tiba-tiba, tidak pada nenek moyang yang hidup sebelumnya. Fosil-fosil di dalam batu-batuan Kambrium berasal dari siput, trilobita, bunga karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak laut, dan invertebrata kompleks lainnya. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba.