Situ Niat Mengingatkan Orang Lain atau Menghakimi Sih? Akan Dipertanggungjawabkan di Akhirat Lho!
Penulis Unknown | Ditayangkan 17 Apr 2017 Mencela dan menyalahkan suatu tindakan yang dianggap salah, memang sering dilakukan. Memang hal ini terlihat baik untuk dilakukan dengan alasan mengingatkan. Tapi sufi ternama Al-Ghazali berpendapat lain.
BACA JUGA: Kisah Dosen Meninggal Seusai Shalat Maghrib, Bermukena, Sambil Bawa Al-Quran
Dikutip dari inspiradata, Dalam sari Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, menganggap hal tersebut tak seharusnya dilakukan, bahkan disarankan untuk ditinggalkan. Karena tak ditanyakan di akhirat nanti.
“Jangan sekali-kali engkau mengutuk suatu makhluk Allah Ta’ala, baik kepada binatang, tumbuhan, terlebih kepada sesama manusia. Jangan menghakimi seorang Muslim telah menjadi kafir atau munafik, terlebih dengan berani memberikan kesaksian.” tutur imam yang dijuluki Hujjatul Islam ini.
Pernah atau pasti anda sering menemukan seseorang yang berani menuduh bahkan sampai mengutuk keburukan seseorang hanya karena berbeda halauan praktik ibadahnya. Baik dalam kehidupan asli, media sosial dan lainnya, padahal sama-sama kaum muslimin.
Mengapa Imam al-Ghazali melarang tindakan ini? “Sebab,” lanjut beliau, “hanya Allah Ta’ala yang mengenali hal-hal tersembunyi di balik hati seseorang. Oleh karena itu, jangan merasa menjadi pribadi yang lebih tahu dari Allah Ta’ala.”
Selain itu, tindakan mengutuk dan menuduh ini tidak akan ditanyakan di akhirat jika pun kita tidak mengerjakannya.
“Di Hari Kiamat, tidak akan ada yang menuntutmu dengan bertanya, ‘Mengapa engkau tidak mengutuk si Fulan?’ Atau, ‘Kenapa engkau mendiamkan saja si Fulan?’ Bahkan sekalipun engkau tidak pernah mengutuk iblis di sepanjang hidupmu dan lidahmu juga tak pernah menyebut-nyebut kebusukannya, pada Hari Kiamat nanti engkau tidak akan ditanya tentang hal itu, juga tidak akan dituntut atasnya.”
Justru ketika kita melaknat, menuduh, atau mengutuk, maka kita akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dan ketika tak kuasa memberikan bukti, sungguh semua tuduhan itu kembali kepada pihak yang menuduh.
Terkait iblis, ia akan tetap seperti itu. Dikutut miliaran kali pun, ia tak akan pernah berubah. Justru kita yang akan lelah karena menyia-nyiakan waktu dan sumber daya.
BACA JUGA: Kisah Dosen Meninggal Seusai Shalat Maghrib, Bermukena, Sambil Bawa Al-Quran
Dikutip dari inspiradata, Dalam sari Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, menganggap hal tersebut tak seharusnya dilakukan, bahkan disarankan untuk ditinggalkan. Karena tak ditanyakan di akhirat nanti.
“Jangan sekali-kali engkau mengutuk suatu makhluk Allah Ta’ala, baik kepada binatang, tumbuhan, terlebih kepada sesama manusia. Jangan menghakimi seorang Muslim telah menjadi kafir atau munafik, terlebih dengan berani memberikan kesaksian.” tutur imam yang dijuluki Hujjatul Islam ini.
Pernah atau pasti anda sering menemukan seseorang yang berani menuduh bahkan sampai mengutuk keburukan seseorang hanya karena berbeda halauan praktik ibadahnya. Baik dalam kehidupan asli, media sosial dan lainnya, padahal sama-sama kaum muslimin.
Mengapa Imam al-Ghazali melarang tindakan ini? “Sebab,” lanjut beliau, “hanya Allah Ta’ala yang mengenali hal-hal tersembunyi di balik hati seseorang. Oleh karena itu, jangan merasa menjadi pribadi yang lebih tahu dari Allah Ta’ala.”
Selain itu, tindakan mengutuk dan menuduh ini tidak akan ditanyakan di akhirat jika pun kita tidak mengerjakannya.
“Di Hari Kiamat, tidak akan ada yang menuntutmu dengan bertanya, ‘Mengapa engkau tidak mengutuk si Fulan?’ Atau, ‘Kenapa engkau mendiamkan saja si Fulan?’ Bahkan sekalipun engkau tidak pernah mengutuk iblis di sepanjang hidupmu dan lidahmu juga tak pernah menyebut-nyebut kebusukannya, pada Hari Kiamat nanti engkau tidak akan ditanya tentang hal itu, juga tidak akan dituntut atasnya.”
Justru ketika kita melaknat, menuduh, atau mengutuk, maka kita akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dan ketika tak kuasa memberikan bukti, sungguh semua tuduhan itu kembali kepada pihak yang menuduh.
Terkait iblis, ia akan tetap seperti itu. Dikutut miliaran kali pun, ia tak akan pernah berubah. Justru kita yang akan lelah karena menyia-nyiakan waktu dan sumber daya.