Seberapa Romantiskah Islam Mengajarkan Kemesraan Antar Pasangan ??
Penulis Cang Karna | Ditayangkan 10 Apr 2017
Sahabat, Islam itu romantis? benarkah? selama ini Islam tampak sebagai agama yang kaku, penuh aturan dan larangan. Segala sesuatunya harus normatif dan santun. Masa iya Islam itu romantis?
Islam santun, itu iya. Tapi kadang Islam dinilai santun itu oleh sebagian orang diartikan sebagai sekedar "jaim" alias jaga-imej alias pencitraan. Nah, persepsi itu yang salah-kaprah. Hal itulah yang menyebabkan Islam ini seolah kaku dan mengerikan
Santun. Seolah-olah santun di sini adalah perilaku yang penuh batasan dan larangan. Termasuk dalam percintaan/romantisme. Banyak yang punya prasangka bahwa Islam itu kaku dan penuh larangan, termasuk dalam urusan ini. Padahal dugaan itu tidak benar. Rasulullah Muhammad SAW adalah tipe suami dan ayah yang penuh dengan romantisme.
Rasulullah SAW bercanda dan bermain dengan istri-istri beliau. Beliau mandi sebejana (satu bak) dengan istri.
Rasulullah SAW adalah tipe suami yang mau mengerjakan keperluannya sendiri dan suka membantu pekerjaan istri. Beliau menjahit sendiri bajunya yang sobek, ikut menggiling/menumbuk tepung. Apakah itu bukan suatu tindakan yang romantis?
Jujur ya. Suami-suami di segala zaman, berapa persen yang mau mengerjakan itu semua?
Para istri, senang atau tidak jika suami mereka mau melakukan itu?
Kalau boleh, pilih suami yang bikin candle-light dinner (plus aneka hadiahnya) setahun sekali di peringatan pernikahan, tapi sehari-harinya bersikap sebagai bos yang selalu minta dilayani?
Atau pilih suami yang tiap hari memberikan perhatian-perhatian kecil dan suka membantu istri?
Mana di antara dua tipe suami di atas yang layak disebut "suami romantis"?
Bagi yang kurang yakin bahwa Islam itu romantis, harus banyak-banyak membaca tentang kisah hidup Rasulullah SAW (sirah nabawiyyah). Di dalam sirah, akan banyak kisah romantisme terkuak, baik terhadap istri/suami, sahabat, maupun kerabat.
BACA JUGA : Agar Pernikahan Langgeng, Penting Untuk Menanyakan Beberapa Pertanyaan Ini Ke Diri Kita Sendiri
Islam bahkan menganjurkan beberapa teknik romantisme dalam beberapa haditsnya.
Berikut beberapa teknik romantisme dalam Islam.
1. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menyatakan cinta secara verbal.
Ada disebutkan dalam beberapa hadits, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata:
Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya)
Dari Mujahid berkata,
“Ada salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata,
“Sungguh saya mencintaimu.”
Dia lalu berkata,
“Semoga Allah yang mencintaimu yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya.”
Tentu saja hadits ini diberlakukan dari seseorang pada mahromnya saja.
Cobalah sekali-sekali kita praktekkan atau bahkan kita biasakan mengucapkan kalimat cinta tersebut pada suami/istri kita. Tentu suasana sekejap akan menjelma menjadi indah dan penuh romantisme. Apalagi jika mengucapkannya dengan ekspresif, disertai senyum dan sentuhan sayang.
2. Menunjukkan/mengekspresikan rasa cinta/kasih-sayang dengan perbuatan. Misalnya mengusap, membelai, atau mencium.
Berikut adalah hadits riwayat Jarir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah bersabda:
Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya (HR.Muslim)
3. Saling memberikan hadiah
Kita pasti senang jika mendapatkan hadiah, apapun dan dari siapapun. Maka jika kita ingin menyenangkan hati orang yang kita sayangi, sebaiknya kita memberikan hadiah kepadanya.
Saling memberi hadiah akan membuat kasih-sayang tumbuh lebih subur. Selain itu, kebiasaan saling-berbagi akan menghidupkan empati dan kuatnya hubungan antar manusia.
Imam Malik di dalam Al-Muwatha’ mengeluarkan hadis dari Atha’ ibn Abdillah al-Khurasani bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda:
Demikian beberapa hal yang dianjurkan Rasulullah Muhammad SAW. Hal-hal tersebut menunjukkan betapa Islam itu sangat romantis. Mengamalkan anjuran di atas di keseharian kita akan membuat hidup kita lebih indah, ceria, dan bermakna.
Tentu saja kita harus mengingat batasan-batasan, kepada siapa perlakuan itu bisa kita berikan. Karena cinta dan kasih-sayang itu, dalam Islam, adalah cinta dan kasih-sayang yang bertanggung-jawab.