Sangat Disayangkan, Karena Tarif Taksi Online Tak Lagi Murah Sejak Tanggal Ini...

Penulis Unknown | Ditayangkan 15 Mar 2017
Selain kenyamanan, salah satu nilai plus untuk memesan taksi online atau angkuatan online lainnya adalah tarifnya yang relative murah. Namun, sekarang tidak lagi, karena tidak lama lagi harga tarif taksi online akan naik.

Sangat Disayangkan, Karena Tarif Taksi Online Tak Lagi Murah Sejak Tanggal Ini...

BACA JUGA: Masya Allah! Gak Punya Hati Pria Ini Hingga Tega Beri Makan Anjing Dengan Seekor Kucing Hidup

Dikutip dari liputan6, Kementrian Perhubungan mengatakan jika pada1 April 2017 mendatang, akan menerapkan Peraturan Menteri No32 tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan motor umum tidak dalam trayek.

Sebelumnya, PM 32 ini telah dilakukan sosialisasi selama enam bulan dan akan habis masa sosialisasi pada akhir Maret. Pudji mengungkapkan, dalam PM 32 tersebut sudah memasukkan 11 tuntutan para perusahaan taksi online dan konvensional. Salah satunya mengenai mekanisme tarif.

Dalam PM 32 ini, mencantumkan angkutan sewa khusus berbasis aplikasi tarifnya memiliki batas atas dan batas bawah. "Jadi kemungkinan nanti misal kalau taksi online itu jarak tertentu tarifnya Rp 50 ribu, kalau taksi online tidak terus Rp 10 ribu, misal nanti jadi Rp 40 ribu atau berapa, tidak jauh selisih tarifnya," ujar Pudji.

Selain tariff, perusahaan taksi online juga abakal dikenai pajak sesuai ketentuan. Sebelumnya, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengeluhkan ambruknya bisnis angkutan darat pada 2016.

"Bisnis transportasi darat di 2016 secara umum ambruk 60 persen, khususnya untuk beberapa sektor seperti taksi, angling (angkutan lingkungan) dan mikrolet. Taksi turun 40-50 persen, mikrolet 30 persen," ungkap dia seperti ditulis pada 27 Desember 2016.

Akibatnya, ucap Shafruhan, hingga saat ini sudah ada dua operator taksi yang tutup. Hal tersebut lantaran tidak mampu bersaing dengan transportasi berbasis online yang kian menjamur. "Ada juga yang kendaraannya yang tinggal 10 persen beroperasi, ada yang 20 persen beroperasi. Tergantung perusahaannya," kata dia.

Shafruhan menilai, ambruknya bisnis angkutan darat tahun ini lantaran adanya persaingan tidak sehat antara model transportasi konvensional dengan yang berbasis aplikasi. Hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah di tahun depan.
SHARE ARTIKEL