Hindarilah Pertengkaran Di Depan Anak, Atau Akibatnya Sangat Fatal

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 16 Mar 2017

Hindarilah Pertengkaran Di Depan Anak, Atau Akibatnya Sangat Fatal

Tak ada rumah tangga yang damai selamanya. Sekadar beda pendapat atau masalah lainnya dapat memicu pertengkaran, baik kecil maupun besar, antara suami dan istri. Gawatnya, pertengkaran kadang tak terkendali dan terjadi di mana saja, bahkan di depan anak. Banyak orangtua yang menganggap hal ini biasa saja, padahal sebagai manusia yang juga punya perasaan dan pikiran, anak amat terganggu dengan pertengkaran ayah dan ibunya.

HANYA BERDAMPAK NEGATIF      

“Reaksi anak saat melihat dan mendengar pertengkaran orangtua memang berbeda-beda. Namun, berapa pun usia anak, pasti akan timbul rasa takut dan ketidaknyamanan,” jelas psikolog Aini Zakiyah, konselor di TK–SMA Al Azhar Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat. Bagi anak, orangtua adalah sosok pemberi ketenangan dan kenyamanan, sementara saat terjadi pertengkaran rasa nyaman itu tak bisa dipenuhi orangtua.

Dampak jangka panjang pada anak tergantung pada seberapa sering dan seberapa parahnya pertengkaran orangtua. Belum lagi bila terjadi tindak kekerasan fisik. Semakin sering mendengar dan melihat orangtuanya bertengkar, kata Aini, ada kemungkinan anak akan mengalami trauma. “Bentuknya bisa trauma dengan kebisingan, atau anak akan menarik diri dari lingkungan karena malu pada lingkungan. Ada pula yang bentuk traumanya jadi takut menikah, dia tidak percaya kepada lawan jenis,” papar lulusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya, ini.

BACA JUGA : Bunda, Jangan Sampai Keliru, Bedakan Antara “Mengawasi anak” dan “Menjaga Privasi anak”

Dari tingkatan umur, Aini berpendapat pada usia balitalah dampak terbesar akibat pertengkaran orangtua bisa dirasakan anak. Pada masa golden age ini daya tangkap anak pada lingkungan sungguh luar biasa. Cara-cara orangtua dalam menyelesaikan masalah lewat pertengkaran amat mudah ditiru anak hingga kelak menjadi perilaku yang wajar baginya. Belum lagi bila ia juga mendengar kata-kata kasar dan tindak kekerasan dalam pertengkaran orangtuanya. Jangan heran bila anak pun akan mudah berkata dan berbuat kasar pada lingkungannya, termasuk kepada orangtua.

Pada usia sekolah dasar, bisa terjadi gangguan emosi pada anak yang orangtuanya sering bertengkar. Anak jadi mudah terpancing emosinya dan mudah tersinggung. Akibatnya, ia sulit untuk bergaul karena umumnya anak-anak lain akan merasa tak nyaman berteman dengan anak yang emosional.

Anak-anak yang usianya lebih besar pun dapat merasakan dampak dari pertengkaran ayah dan ibunya. Ketika si anak mulai bisa berpikir logis, jelas Aini, akan timbul pembelaan anak pada salah satu orangtuanya.

Psikolog di Rumah Cemerlang ini menyebutkan satu kasus anak usia SMP yang membenci ayahnya karena selalu menyalahkan ibunya. Ia menganggap ibunya tak seperti yang dikatakan ayahnya dalam setiap pertengkaran. Anak ini jadi tak mau menerima apa pun pemberian ayahnya.

“Pertengkaran orangtua, yang pasti, berdampak pada emosi, adaptasi dan turunnya rasa percaya diri anak. Prestasi dan konsentrasi anak pun akan terganggu,” kata Aini.

TAK SUNGKAN MINTA MAAF

Memahami besarnya dampak yang ditimbulkan pada perkembangan anak, maka sudah semestinya orangtua benar-benar menjaga agar tak terjadi pertengkaran di depan anak. Selesaikan masalah dengan cara yang baik. Atau, bila pertengkaran tak terelakkan, lakukan di tempat yang jauh atau tertutup dari anak. “Seharusnya pasangan yang menikah sudah memahami hal itu,” tegas Aini.

Bertolak dari adanya kesadaran ini, bila pertengkaran telanjur terjadi di depan anak, orangtua harus menjelaskan kenapa itu terjadi, tanpa perlu menjelaskan masalah yang memicu pertengkaran, apalagi bila menyangkut hal tabu bagi anak. Lalu, mintalah maaf pada anak atas rasa takut dan ketidaknyamanan yang mereka alami karena pertengkaran itu. “Jangan gengsi meminta maaf pada anak. Contohkan bahwa siapa pun yang berbuat salah harus legowo untuk minta maaf,” ujar dosen di PGTK Islam MMA, Bekasi, ini.

Yakinkan anak bahwa tak ada maksud orangtua untuk menakuti mereka dan apa pun yang terjadi orangtua selalu menyayangi anak-anaknya. Selanjutnya, arahkan anak untuk memahami bahwa sesungguhnya pertengkaran bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Yang terpenting, orangtua sebaiknya bersungguh-sungguh untuk tak mengulangi hal itu lagi.

SHARE ARTIKEL