Belum Usai Kemeriahan Bersama Raja Arab. Kini Indonesia Bakal Kedatangan Tamu Presiden Perancis, Apa yang Bakal Dilakukan?
Penulis Penulis | Ditayangkan 02 Mar 2017Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan kehormatan delegasi Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Prancis, Jean-Marc Ayrault.

Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membahas persiapan kunjungan Presiden Francois Hollande yang direncanakan akan mengunjungi Indonesia pada akhir Maret 2017. Sebagai mitra strategis, Indonesia tentunya menyambut baik rencana kunjungan Presiden Hollande tersebut apalagi Presiden Prancis ke Indonesia terakhir pada 30 tahun lalu.
"Sudah lebih dari 30 tahun Presiden Prancis tidak berkunjung ke Indonesia. Tadi Presiden Joko Widodo menyambut baik rencana kunjungan tersebut," kata Menteri Luar Negeri, Retno L Marsudi seperti yang dilansir dari merdeka.com.
Dalam pertemuan tersebut, Jean-Marc Ayrault turut menyampaikan komitmen pemerintah Prancis mengenai peningkatan kerja sama dengan Indonesia. Ia menekankan bahwa pihaknya berharap untuk dapat meningkatkan kerja sama utamanya dalam bidang ekonomi, kemaritiman, dan ekonomi kreatif.
BACA JUGA: Imam Besar Masjidil Haram Sampai Sms Ustadz Yusuf Mansyur Gara-Gara Raja Salman Disambut Begini...
Di bidang ekonomi, khususnya perdagangan dengan Uni Eropa, Indonesia sebelumnya telah ditetapkan menjadi negara pertama yang berhasil mendapatkan skema lisensi FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) atau Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Bidang Kehutanan dari Uni Eropa. Lisensi FLEGT yang berhasil diperoleh oleh Indonesia tersebut menandakan pengakuan dunia internasional mengenai upaya Indonesia dalam memerangi pembalakan liar dan mewujudkan manajemen hutan berkesinambungan.
"Indonesia merupakan negara pertama yang mendapatkan lisensi FLEGT terhadap produk kayu agar dapat memasuki kawasan Uni Eropa. Prancis menyambut baik capaian dan penerapan lisensi FLEGT tersebut dan tadi kita bicara bagaimana kita dapat mengembangkan lisensi serupa untuk produk kelapa sawit," kata Retno.
Selain itu, melalui pembicaraan tersebut, pemerintah Indonesia dan Prancis terungkap memiliki pandangan yang sama soal ancaman terorisme global. Kombinasi pendekatan hard power dan juga soft power dalam menangani ancaman tersebut menjadi hal yang disepakati sebagai langkah terbaik oleh kedua pihak.
"Prancis sendiri menilai Indonesia sebagai model negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam terbesar yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan toleransi. Prancis juga mengapresiasi peran Indonesia di Paris Peace Conference pada Januari lalu," kata Retno.

Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membahas persiapan kunjungan Presiden Francois Hollande yang direncanakan akan mengunjungi Indonesia pada akhir Maret 2017. Sebagai mitra strategis, Indonesia tentunya menyambut baik rencana kunjungan Presiden Hollande tersebut apalagi Presiden Prancis ke Indonesia terakhir pada 30 tahun lalu.
"Sudah lebih dari 30 tahun Presiden Prancis tidak berkunjung ke Indonesia. Tadi Presiden Joko Widodo menyambut baik rencana kunjungan tersebut," kata Menteri Luar Negeri, Retno L Marsudi seperti yang dilansir dari merdeka.com.
Dalam pertemuan tersebut, Jean-Marc Ayrault turut menyampaikan komitmen pemerintah Prancis mengenai peningkatan kerja sama dengan Indonesia. Ia menekankan bahwa pihaknya berharap untuk dapat meningkatkan kerja sama utamanya dalam bidang ekonomi, kemaritiman, dan ekonomi kreatif.
BACA JUGA: Imam Besar Masjidil Haram Sampai Sms Ustadz Yusuf Mansyur Gara-Gara Raja Salman Disambut Begini...
Di bidang ekonomi, khususnya perdagangan dengan Uni Eropa, Indonesia sebelumnya telah ditetapkan menjadi negara pertama yang berhasil mendapatkan skema lisensi FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) atau Penegakan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Bidang Kehutanan dari Uni Eropa. Lisensi FLEGT yang berhasil diperoleh oleh Indonesia tersebut menandakan pengakuan dunia internasional mengenai upaya Indonesia dalam memerangi pembalakan liar dan mewujudkan manajemen hutan berkesinambungan.
"Indonesia merupakan negara pertama yang mendapatkan lisensi FLEGT terhadap produk kayu agar dapat memasuki kawasan Uni Eropa. Prancis menyambut baik capaian dan penerapan lisensi FLEGT tersebut dan tadi kita bicara bagaimana kita dapat mengembangkan lisensi serupa untuk produk kelapa sawit," kata Retno.
Selain itu, melalui pembicaraan tersebut, pemerintah Indonesia dan Prancis terungkap memiliki pandangan yang sama soal ancaman terorisme global. Kombinasi pendekatan hard power dan juga soft power dalam menangani ancaman tersebut menjadi hal yang disepakati sebagai langkah terbaik oleh kedua pihak.
"Prancis sendiri menilai Indonesia sebagai model negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam terbesar yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan toleransi. Prancis juga mengapresiasi peran Indonesia di Paris Peace Conference pada Januari lalu," kata Retno.