Ketika Anak Lelaki Main Boneka, Orang Tua Harus Bagaimana?

Penulis Unknown | Ditayangkan 24 Feb 2017

Ketika Anak Lelaki Main Boneka, Orang Tua Harus Bagaimana?

Maraknya kasus pelecehan anak di bawah umur yang terjadi beberapa waktu lalu, menjadikan orang tua semakin waspada dengan anak-anak mereka. Oleh karena itulah, banyak ayah dan ibu yang ingin menyelamatkan anak mereka dari sebab-sebab yang bisa menimbulkan pro dan kontra. Salah satunya adalah ketika mengetahui anak lelaki menyukai boneka dan benda-benda berbau feminine, serta anak perempuan yang gemar berlagak manly.

Baca juga : Anak Sulung Lebih Cerdas Dari Adiknya, Iyakah?

Di Amerika Serikat contohnya,gerakan-gerakan untuk menghapuskan diskriminasi dan stereotip jender sudah mulai disasarkan kepada anak-anak di usia muda. Salah satu caranya adalah dengan menghapuskan batasan jender dalam permainan anak-anak. Hal ini sangat berkebalikkan dengan di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, di mana orangtua masih khawatir bila anak perempuannya lebih suka bermain mobil-mobilan dan anak laki-lakinya memilih bermain boneka.

Menurut dr Markus Danusantoso, SpA, seorang spesialis perkembangan anak yang ditemui dalam acara peluncuran kampanye Time to Learn & Play oleh ELC beberapa waktu lalu, sebenarnya pemisahan jender pada permainan anak-anak baru dimulai di usia tiga tahun.

Hal ini bukan berarti satu permainan hanya satu jender dan jender lainnya tidak boleh. Sebab, anak-anak bisa mengambil nilai-nilai feminin dari permainan yang paling maskulin sekalipun,” ucapnya.

Sebagai contoh adalah ketika anak perempuan suka main pistol-pistolan. Orangtua bisa mengajak anak untuk menghias pistol mainan dengan stiker agar tampil lebih cantik.

Itu kan berarti dia bermain dari sisi femininnya untuk permainan yang sifatnya maskulin,” kata dr Markus.

Ketika Anak Lelaki Main Boneka, Orang Tua Harus Bagaimana?

Baca juga : Anak Bandel dan Berbuat Salah? Beri Mereka Pujian! Loh?

Lagipula, selama orangtua dapat mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain, maka akan ada nilai-nilai yang dapat dipelajari dari segala jenis permainan.

Anak laki-laki yang bermain boneka misalnya, dr Markus berkata bahwa hal ini bisa mengajarkan anak untuk bersikap mandiri, mengancingkan baju sendiri, koordinasi mata dan tangan, hingga berimajinasi dan bercerita. Kendati demikian, dr Markus juga menambahkan bahwa orangtua Indonesia masih perlu memperkenalkan konsep jender pada anak-anak. Sebab, setiap anak pasti memiliki jendernya masing-masing.

Kalau di luar negeri seperti Amerika Serikat memang liberal. Namun, Indonesia kan tidak seperti itu,” katanya. Bagaimana menurutmu?
SHARE ARTIKEL