Maaf Jomblo Dilarang Masuk Surga

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 31 Jan 2017
Maaf Jomblo Dilarang Masuk Surga


Alkisah, Ada seorang ustadz sering kali guyonan dengan murid-muridnya. Dia sering bilang: “Nanti di surga, di pintu masuknya ada palang besar, tulisannya “MAAF JOMBLO DILARANG MASUK”. Karena memang perintah Allah “Udkhuluul jannata antum wa azwaajukum” (Masuklah ke surga kalian beserta istri-istri kalian). Maka orang-orang jomblo haram masuk surga.”

Kata beliau melanjutkan: “Kalau belum kawin jangan mampus dulu..!”

Amma ba’du. Memang demikian , seorang mukmin tiada akan masuk ke dalam surga kecuali dengan pasangannya. Lalu bagaimana jika ada seorang ahli surga yang meninggal dunia dalam keadaan membujang?

Jawabannya adalah mereka oleh para arwah yang shaleh dari para anbiya’ wal auliya’ nanti dinikahkan, dikawinin di alam barzakh kepada ahlul barzakh yang lain sehingga nanti di yaumil qiyamat mereka tidak dibangkitkan kecuali dengan pasangannya.


BACA JUGA:Perempuan Berhijab Seperti Bidadari Surga

Kalau di dunia , banyak pula ulama yang memilih membujang. Syeikh Abdul Fattah Abi Qiddah menulis kitab berjudul ‘Ulama al-‘Azzab satu jilid penuh yang menerangkan ulama-ulama yang memilih membujang karena kesibukannya dalam menyebarkan ilmu dan hikmah-hikmah kemuliaan. Diantara mereka adalah:
1. Imam Nawawi
2. Bisyir al-Khafiy
3. Az-Zamakhsariy
4. Syeikh Ahmad ba Jahdab
5. Syeikh Saied ali Madhaj
6. Dan yang lainnya.

Suatu hari Bisyir al-Khafiy ditegur sahabatnya: “Anta Tarikussunnah?”(Engkau ini meninggalkan Sunnah Nabi/menikah?)

Sayyidina Bisyir menjawab: “Lianniy musytaghilun bil fardhi, faidzaa intahaitu ji’tu lissunnati.” (Itu karena aku sibuk mengurusi yang wajib dahulu. Nanti kalau sudah kelar baru aku akan datangi yang sunnah).

‘Ala kulli hal, mau menikah ataupun membujang ternyata mesti ada alasannya manakah yang lebih baik buat kemaslahatan dirinya. Ini panjang diterangkan dalam Ihya ‘Ulumiddin , dan hendaklah seorang murid yang ingin menentukan nasib status dirinya untuk membaca apa yang Imam al-Ghazali tuliskan di sana.
SHARE ARTIKEL