Hati-Hati Orangtua-pun Bisa Durhaka Kepada Anak
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 08 Jan 2017ilustrasi
Pada umumnya memang kita dengar bahkan mungkin pernah kita lihat dengan mata kepala sendiri, seorang anak yang durhaka kepada orangtuanya. Padahal, dalam Islam hal demikian sangatlah tidak baik. Dan anak yang durhaka itu akan memperoleh ganjaran yang amat berat dari Allah SWT. Bahkan, ganjaran tersebut akan ia dapatkan di dunia ini. Sehingga, hidupnya terasa tidak berkah dan merasa kesulitan.
Ya, hal demikian memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Tapi, bagaimana jika orangtuanyalah yang durhaka? Terdengar aneh memang, jika ada orangtua durhaka pada anak. Sebab, kata “durhaka” sepertinya tidak pas melekat pada orangtua. Tapi, tak dapat dipungkiri bahwa hal itu memanglah ada. Dikutip dari cyberdakwah, hal ini sudah pernah terjadi di zaman Khalifah ‘Umar ibn Khaththab Radhiallahu ‘Anhu.
Seseorang pernah datang kepada ‘Umar ibn Khaththab Radhiallahu ‘Anhu dan mengadukan anaknya, “Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”
“Apakah engkau,” kata ‘Umar ibn Khaththab kepada sang anak, “Tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua.”
“Wahai Amirul Mukminin,” balas sang anak membela diri, “Bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”
“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”
“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.” Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. (Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).
‘Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!” ( As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130).
Itulah salah satu kisah di zaman khalifah ‘Umar. Yang mana kisah tersebut juga dapat kita temukan di masa sekarang ini.
Anda tentu sudah tidak asing lagi mendengar ungkapan hadis, “Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua,” (HR. Al-Baihaqi). Sebuah sabda yang menjelaskan agungnya kedudukan orangtua dalam agama.
Baca Juga: Anak Bisa Durhaka Karena Sikap Orangtua Seperti ini
Namun begitu, beberapa orangtua terkadang terlalu berlebihan dalam memahami hadis tersebut. Apapun yang terjadi, anak wajib taat pada orangtua, termasuk jika sang anak berusaha melaksanakan syariat dan orangtua di posisi yang salah, anak wajib taat pada orangtua. Ini tentu sebuah pemahaman yang keliru.
Islam adalah jalan hidup yang komprehensif, menyeluruh, syumul, termasuk dalam masalah ini. Islam tidak menghendaki kaum muslimin untuk menuntut hak saja, tanpa ada kewajiban yang berarti. Dalam kasus ini, selain orangtua mendapat hak istimewa dari Allah Ta’ala berupa bakti dari anak, orangtua juga memiliki kewajiban besar, yaitu mendidik, mengayomi, dan memimpin anak dalam syariat-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungan jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungan jawab atas mereka,” (HR. Bukhari).
Baik tidaknya anak juga sangat tergantung dengan peranan orangtua mereka. Dalam sabda Nabi yang lain dijelaskan, “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi dan Nasrani,”(HR. Abu Dawud).
Dari situ secara implisit dapat dinyatakan bahwa faktor kedurhakaan bisa jadi timbul akibat didikan orangtua yang salah.