Adakah Keikhlasan dalam Amalmu Selama ini?
Penulis Cang Karna | Ditayangkan 29 Jan 2017Ikhlas merupakan suatu kata yang sangat mudah diucapkan, tapi bagi manusia biasa dalam implementasinya tidak demikian. Seluruh amal perbuatan memerlukan sifat ikhlas agar dengannya seseorang mendapat ridha-Nya, karena dengan tiada keikhlasan maka amal perbuatan tiada manfaat sama sekali. Ibtihadj Musyarof menjelaskan beberapa cara agar mampu memperoleh keikhlasan.
Memperbanyak doa
Manusia tidak luput dari kesalahan, sama halnya dalam berbuat kebaikan, manusia bisa saja melakukan kelalaian dalam berbuat kebaikan. Misalnya suatu perbuatan baik bisa menyebabkan pada kesyirikan ketika niatnya bukan karena Allah. Untuk menghindarkan kita dari perbuatan tersebut, salah satunya adalah memperbanyak doa agar dijauhkan dari perbuatan syirik. Rasulullah sebagaimana diketahui adalah orang yang ma’sum dan paling jauh dari kesyirikan senantiasa berdoa agar dihindarkan dari syirik. Diantara doa beliau adalah “Ya Allah aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan yang menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun menmohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.”(H.R. Ahmad). Sebagai manusia biasa, alangkah baik serta lebih utama jika memperbanyak doa agar memiliki hati yang ikhlas tatkala berbuat amal kebaikan.
BACA JUGA : Mengeluh dan Merasa Sempit dengan Kehidupan?
Menyembunyikan amal kebaikan
Selain dengan memperbanyak doa, agar terdorong untuk lebih ikhlas dalam bersedekah atau beramal kebaikan, hal yang dapat dilakukan adalah menyembunyikan amal perbuatan yang telah dilakukan, tidak memamerkannya serta tidak bersikap sombong. Amal kebaikan dilakukan tanpa diketahui orang lain, diharapkan bisa menjadi amal kebaikan yang penuh keikhlasan. Karena tujuannya semata-mata untuk mencapai ridha-Nya. Orang yang menyembunyikan kebaikannya akan mendapatkan naungan dari Allah kelak di hari kiamat. Dengan kebiasaan menyembunyikan kebaikan-kebaikan, maka akan menjadi dekat dengan keikhlasan.
Memandang rendah amal kebaikan
Yang dimaksud memandang rendah perbuatan baik adalah bukanlah memandang rendah amal kebaikan orang lain, melainkan memandang rendah kebaikan yang telah kita dilakukan. Harapannya agar dapat mendorong amal perbuatan menjadi suatu keikhlasan. Dengan sikap tersebut, maka akan menjauhkan dari sikap ujub (berbangga diri) yang dapat menyebabkan bencana bagi diri sendiri. Semua amal kebaikan tidak menjadi kepastian bahwa amal tersebut akan mengantarkan masuk surga.
Merasa takut jika amal tidak diterima oleh-Nya
Urusan diterimanya amal kebiakan adalah urusan Allah, sebagai hamba yang beriman tugas kita hanyalah meyakini bahwa, setiap amal kebaikan pasti akan mendapat balasan kebaikan pula dari-Nya. Namun, amal kebaikan yang tidak disertai dengan keikhlasan dan bukan karena Allah akan menjadi sia-sia. Salah satu caranya agar mencapai keikhlasan dalam beramal adalah merasa takut jika amal kebaikan tidak diterima. Allah SWT berfirman “dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali pada Tuhan mereka.” (Q.S Al-Mu’minun: 69).
Tidak terpengaruh omongan orang lain
Untuk mencapai keikhlasan dalam beramal kebaikan adalah tidak terpengaruh perkataan orang lain, dalam hal ini oleh pujian atau celaan orang lain. Semua amal kebaikan yang dilakukan harus terlepas dari unsur-unsur perkataan orang lain, sehingga bisa benar-benar ikhlas karena Allah. Seorang mukmin yang ikhlas menyadari bahwa ketika beramal saleh, maka pujian tersebut hanya akan membuat ia semakin tawadhu kepada Allah. Harus diketahui bahwa tiada suatu pujian yang dapat bermanfaat, atau suatu celaan yang dapat membahayakan seseorang kecuali kesemuanya itu berasal dari Allah.
Mengharap cinta dari Allah
Berbuat kebaikan untuk mengharap sesuatu selain cinta Allah, maka kita akan mendapat kerugian yang nyata. Seluruh kebaikan yang dilakukan harus disertai dengan senantiasa mengharap cinta dari-Nya. Dengan begitu, keikhlasan akan benar-benar tumbuh dalam diri dan Allah senantiasa mencintai kita. Sebagaimana firman Allah “sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96).