7 Negara Muslim Ini Dianggap "Berbahaya" Oleh Trump dan Dilarang Memasuki AS. Indonesia?
Penulis Unknown | Ditayangkan 26 Jan 2017 Setelah terpilihnya Trump sebagai presiden, akhirnya keputusan yang mengejutkan umat muslim di seluruh dunia sudah diresmikan. Kepurusan itu merupakan larangan masuknya imigran dari 7 negara muslim yang dianggap berbahaya untuk masuk ke wilayah AS.
BACA JUGA: Tertangkap Kamera Bersama Polisi di Warung, Netizen: "Rossi Kena Tilang?"
Dikutip dari sindonews, Trump pada Rabu (25/1/2017) dilaporkan akan menandatangani beberapa perintah eksekutif soal pelarangan bagi imigran asal tujuh negara itu.
⠀
Ketujuh negara Muslim yang dianggap berbahaya antara lain, Suriah, Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman. Keputusan presiden baru AS ini diungkap beberapa staf Kongres dan ahli imigrasi yang mengetahui tentang masalah tersebut kepada Reuters.
⠀
Perintah eksekutif Trump juga akan memblokir Visa dari yang dikeluarkan untuk 7 negara itu. Larangan maupun pembatasan bagi imigran asal Timur Tengah dan Afrika untuk masuk wilayah AS akan berlaku sampai Departemen Luar Negeri dan Departemen Keamanan Dalam Negeri dapat membuat proses pemeriksaan yang lebih ketat.
⠀
Stephen Legomsky, mantan penasihat utama Layanan Imigrasi dan Kewarganegaraan AS di pemerintahan Barack Obama mengatakan bahwa presiden memang memiliki kewenangan untuk membatasi penerimaan pengungsi dan penerbitan visa ke negara-negara tertentu terkait kepentingan publik AS.
⠀
”Dari sudut pandang hukum, itu akan menjadi hak hukumnya," kata Legomsky, yang kini adalah seorang profesor di Washington University School of Law di St Louis. ”Tapi dari sudut pandang kebijakan, itu akan menjadi ide yang buruk karena ada kebutuhan kemanusiaan yang mendesak sekarang bagi pengungsi,” lanjut dia.
⠀
Perintah eksekutif rencananya akan diteken Presiden Trump di markas Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Pada awal kampanye pemilu lalu, Trump memang pernah mengusulkan larangan warga Muslim asing masuk AS untuk beberapa waktu. Alasannya, untuk melindungi AS dari Jihadis. Usulannya itu ternyata didukung dan menuai pujian dari pendukungnya.
Tapi,keputusannya itu bertolak belakang dengan keputusa mantan presiden AS Barrack Obama untuk meningkatkan jumlah penerimaan pengungsi Suriah. Para pendukung Trump khawatir para pengungsi asal Suriah akan melakukan serangan di AS.
BACA JUGA: Tertangkap Kamera Bersama Polisi di Warung, Netizen: "Rossi Kena Tilang?"
Dikutip dari sindonews, Trump pada Rabu (25/1/2017) dilaporkan akan menandatangani beberapa perintah eksekutif soal pelarangan bagi imigran asal tujuh negara itu.
⠀
Ketujuh negara Muslim yang dianggap berbahaya antara lain, Suriah, Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman. Keputusan presiden baru AS ini diungkap beberapa staf Kongres dan ahli imigrasi yang mengetahui tentang masalah tersebut kepada Reuters.
⠀
Perintah eksekutif Trump juga akan memblokir Visa dari yang dikeluarkan untuk 7 negara itu. Larangan maupun pembatasan bagi imigran asal Timur Tengah dan Afrika untuk masuk wilayah AS akan berlaku sampai Departemen Luar Negeri dan Departemen Keamanan Dalam Negeri dapat membuat proses pemeriksaan yang lebih ketat.
⠀
Stephen Legomsky, mantan penasihat utama Layanan Imigrasi dan Kewarganegaraan AS di pemerintahan Barack Obama mengatakan bahwa presiden memang memiliki kewenangan untuk membatasi penerimaan pengungsi dan penerbitan visa ke negara-negara tertentu terkait kepentingan publik AS.
⠀
”Dari sudut pandang hukum, itu akan menjadi hak hukumnya," kata Legomsky, yang kini adalah seorang profesor di Washington University School of Law di St Louis. ”Tapi dari sudut pandang kebijakan, itu akan menjadi ide yang buruk karena ada kebutuhan kemanusiaan yang mendesak sekarang bagi pengungsi,” lanjut dia.
⠀
Perintah eksekutif rencananya akan diteken Presiden Trump di markas Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Pada awal kampanye pemilu lalu, Trump memang pernah mengusulkan larangan warga Muslim asing masuk AS untuk beberapa waktu. Alasannya, untuk melindungi AS dari Jihadis. Usulannya itu ternyata didukung dan menuai pujian dari pendukungnya.
Tapi,keputusannya itu bertolak belakang dengan keputusa mantan presiden AS Barrack Obama untuk meningkatkan jumlah penerimaan pengungsi Suriah. Para pendukung Trump khawatir para pengungsi asal Suriah akan melakukan serangan di AS.