Sudah Terbiasa Hidup Susah, Begini Kisah Ketegeran Nenek Ruminem Tukang Tambal Ban

Penulis Unknown | Ditayangkan 13 Dec 2016
Hidup memang sulit apalagi kehidupan yang dialami nenek Ruminem (74) yang menjadi seorang penambal ban selama 30 tahun.

Sudah Terbiasa Hidup Susah, Begini Kisah Ketegeran Nenek Ruminem Tukang Tambal Ban

BACA JUGA: Kisah Dibalik Foto Ini, Merupakan Peringatan Bagi Siapa Saja yang Akan Memiliki Anak! Begini Ceritanya

Dikutip dari kompas, Ruminem mengak sudah terbiasa meskipun sering medapat cibiran. Selama yang dilakukannya benar dan halal, ia tetap melakukan pekerjaan itu. "Cibiran orang lain itu sudah biasa karena saya sendiri sudah terbiasa hidup susah," ujar Ruminem di rumahnya, RT3/RW1 Dusun Bulu, Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Lamongan, Jawa Timur, Senin (12/12/2016).

Ruminem lahir di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, pada 1942. Ayahnya berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sejak 1957, Ruminem memutuskan merantau di Jawa dan bekerja di beberapa tempat.

"Sejak perawan saya sudah merantau ke Jawa, makanya saya sudah lancar bahasa Jawa. Sebelum jadi tukang tambal ban, dulunya saya juga sempat bekerja ikut orang mulai jadi pembantu sampai buka warung," ujarnya.

Ia menikah degan Sukadi (70) dan tinggal berdua di rumah sederhana yang dijadikan bengkel tambal ban. Awalnya pekerjaan itu dilakukan suaminya, hingga pada tahun 1977 digantikan oleh Ruminem lantaran suaminya sering sakit-sakitan.

"Tidak langsung jadi tukang tambal ban sih, tapi belajar dulu dari melihat bapak cara menambal ban karena bapaknya juga sempat melarang saya. Baru setelah 30 tahunan terakhir ini, saya menggeluti profesi ini setelah bapaknya juga sempat sakit-sakitan," kata Ruminem.

Sudah Terbiasa Hidup Susah, Begini Kisah Ketegeran Nenek Ruminem Tukang Tambal Ban

Sebelum pindah di Desa Bulutengger, keduanya sempat perantau ke daerah lain dan menjalani usaha serupa. "Sempat keliling-keliling tempat di Jawa. Pernah di Jakarta, Surabaya, Ponorogo, Kediri, dan beberapa tempat lain di Jawa. Saat bapaknya sudah mulai tua, dia kemudian mengajak saya kembali ke Lamongan," ujarnya.

Sama seperti Ruminem yang berasal dari keluarga kurang mampu, Sukadi pun hanya berstatus numpang di rumah dan bengkel saat ini. Karena kebaikan dari saudara Sukadi, suami-istri tersebut diperbolehkan tinggal di situ.

Penghasilan yang didapat tidak menentu, rata-rata hanya Rp.40.000-50.000 perharinya. Kalau sedang ramai, bisa mencapai 100.000.
SHARE ARTIKEL