Soal Dugaan Makar dan Penangkapan, Akhirnya Kapolri Beberkan Data Strateginya

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 06 Dec 2016

Soal Dugaan Makar dan Penangkapan, Akhirnya Kapolri Beberkan Data Strateginya

Komisi III DPR memanggil Kapolri dengan sebuah agenda untuk menanyakan penangkapan 11 aktivis.

Dalam rapat kerja Komisi III DPR, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian turut hadir. Salah satu agenda Komisi III DPR dalam raker ini adalah mempertanyakan tentang 11 aktivis yang ditangkap karena diduga ingin melakukan makar.

Tito mengatakan, dari informasi intelijen yang diperoleh Polri, pada pelaku makar ini berkomunikasi intens dengan pendemo. Menurut dia, kelompok ini ingin membelokkan ratusan ribu massa yang tergabung dalam GNPF untuk menduduki gedung DPR dan MPR.

"Silakan jika ingin datang ke DPR, sampaikan aspirasi ke komisi masing-masing, tapi duduki DPR secara paksa, kekerasan, apapun alasannya, itu inkonstitusional. Kami melihat gerakan itu," kata Tito di Gedung DPR, Jakarta, Senin (5/12), demikian dilansir merdeka.

Tito menjelaskan, pernyataan Polri soal makar bukan ditujukan kepada GNPF yang menuntut penegakan hukum terhadap Basuki T Purnama (Ahok). Dia mengeluarkan pernyataan itu karena ingin memberikan peringatan kepada para kelompok makar tersebut.

"Kami tahu Anda, kira-kira begitu, tolong hentikan, jangan manfatkan massa GNPF yang murni ingin proses hukum terhadap saudara Basuki. Polri komit untuk proses hukum itu sudah kita buktikan," tutur dia.

Baca Juga: Salut! Aiptu Tutut Menyamar Jadi Penjual Gorengan Untuk Ungkap Pungli

Tito melanjutkan, Polri melihat kelompok makar ini intens berkooptasi dengan GNPF. Oleh sebab itu, Polri membangun dialog dengan massa GNPF. Sebab, Tito mengaku tahu bagaimana cara kelompok makar ini ingin tunggangi massa GNPF.

"Kami bangun dialog dengan GNPF dalam rangka tuntutan Basuki atau melakukan ikut dalam upaya duduki DPR kemudian agenda politik lain? Mereka menyatakan komit, tidak, kami putusannya satu isu, proses hukum," terang Tito.

"Kalau begitu, jangan gunakan Jalan Sudirman Thamrin, kalau mereka gunakan jalan Sudirman Thamrin, dengan massa yang begitu besar, ekornya ada di DPR/MPR, sampai Semanggi, patung Senayan, belok dia ke depan Hotel Mulia dan seterusnya, sampai ke belakang DPR, berikutnya naik Semanggi dan pelintir sedikit saja mudah sekali jumlah massa besar mudah sekali (masuk DPR)," lanjut dia.

Oleh sebab itu, Tito intens komunikasi dengan massa GNPF agar tak mau ditunggangi kelompok yang disebut makar ini. Beruntung, menurut dia, GNPF tak mau ditunggangi meski ada sedikit orang-orang yang sudah dibayar untuk membelokan massa ke DPR untuk memaksa menggelar sidang istimewa menjatuhkan pemerintahan yang sah saat ini.
SHARE ARTIKEL