Sedih, Kakek Penjual Rempeyek Sering Tidur di Trotoar Gara-gara Ini
Penulis Unknown | Ditayangkan 05 Dec 2016 Seiring majunya jaman, banyak sector yang sudah berkembang, salah satunya adalah makanan. Karena itulah, bermunculan makanan-makanan modern yang semakin menutupi makanan khas Indonesia.

BACA JUGA: Tak Perlu Tunggu Sukses Untuk Bahagiakan Orang Tua, Lakukan Saja 4 Hal Ini
Walaupun begitu, masih banyak orang-orang yang menggantungkan hidupnya untuk berjualan masakan tradisional yang tak kalah enak. Tapi ternyata, pembelinya pun juga tidak banyak terutama dari kalangan muda. Seperti kisah kakek penjual rempeyek satu ini.
Seorang kakek asal Jogjakarta menggantungkan hidupnya dengan menjual rempeyek di Trotoar. Walaupun jarang ada yang beli, namun kakek itu masih semangat dan tidak mudah menyerah.
Dikutip dari tribunnews, Kisah kakek asal Jogjakarta ini dibagikan oleh pemilik akun Facebook Ayu Nuarida, Jumat (2/12/2016). Kakek itu setiap harinya membawa 120 plastik rempeyek kacang yang ia jual seharga Rp 5.000.
Setiap satu plastic rempeyek yang laku dijual, ia hanya mendapat untung sebesar Rp 500. Jadi jika semua laku kakek itu medapat untung sebesar Rp 60.000 sehari. Ia juga harus berjalan kaki dulu dari Imogiri ke lokasi-lokasi tak menentu setiap harinya.
Kadang kalau hujan, dirinya terpaksa tak pulang ke rumah dan memilih tidur bareng dengan para tukang becak. Ini kisah yang dibagikan oleh Ayu.
"Kejadian sore tadi ketika teman q ngajak beli macaroni yang ngehits itu......
Begitu sampai di TKP di toko ceria jl taman siswa gw liat antrean makaroni ng*** mengular....
Tapi sangat kontras di depannya ada mbah2 jualan rempeyek kacang yang sepi~
Pertama aku cuma ngeliatin mbahnya tapi ini ironi aku ga tega hingga akhirnya simbah depan makaroni ngehe aku samperin....
Aku bilang sama temen q "aku ga tega yuk aku mau beli 1" dan teman q juga jadi ikutan beli 1 rempeyek kacangnya
ku tanyakan pada beliau harga rempeyeknya dengan bahasa jawaku yang campur mawut antara ngoko inggil dan kromo....
Walau level bahasa kromoku pas2an aku tetep berusaha berbicara setidaknya bahasa jawa dengan beliau sehalus mungkin
sontak orang2 langsung melirik padaku....
Entah para pembeli makaroni ng*** yang mayoritas anak muda sampai orang2 yang dijalan raya.....
Harga rempeyeknya 5000 perplastik itupun titipan juragan katanya....
Juragannya itu bos besar yang udah jual sampai keluar daerah, untung dari rempeyek 1 plastiknya 500 perak dan setiap bawa 120 plastik alhamdulliah selalu habis ujar beliau.
Aku tanya rumahnya dimana mbah...katanya diimogiri, dan jualannya itu ga pasti katanya....bisa muter2.
Teringat aku bawa kotak bekal isi roti bakar selai buah naga yang q buat tadi pagi aku tawarkan ke simbah, dan simbah mengeluarkan kresek hitam sebagai alas roti yang q bawa
Wlw q bilang selainya q buat sendiri dari buah naga tapi simbah tampak tidak paham buah naga itu apa, komentarnya adalah manis untunglah setidaknya cukup senang dengan giginya yang tinggal 1 rotiku bisa dimakan simbah dan katanya beliau belum makan
Btw simbah katanya sih tiap sore tetep pulang ke imogiri habis jualan naik angkot n becak sukurlah~ cuma kalau hujan katanya tidur bareng sama tukang becak katanya.....
Anaknya 3 tersebar dibeberapa daerah dan 1nya di Lempuyangan, beliau sudah punya cucu.
Hingga akhirnya percakapan aku rasa cukup dan saatnya berpamitan dengan beliau....
Beliau menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dan aku tutup dengan senyum perpisahan.
So buat yang ngelewatin jl tamsis atau kebetulan pas mau beli makaroni ngehe bisa dilarisi rempeyek mbahnya....
Mesakke dab bayangno nek kui ki morotuamu opo mbahmu~".
![Sedih, Kakek Penjual Rempeyek Sering Tidur di Trotoar Gara-gara Ini Sedih, Kakek Penjual Rempeyek Sering Tidur di Trotoar Gara-gara Ini]()
Tak ada salahnya membeli makanan tradisional dan menghargai perjuangan penjualnya meski tak membeli dalam jumlah besar. Postingan itu pun menjadi viral dan dibagikan hingga 154 kali.

BACA JUGA: Tak Perlu Tunggu Sukses Untuk Bahagiakan Orang Tua, Lakukan Saja 4 Hal Ini
Walaupun begitu, masih banyak orang-orang yang menggantungkan hidupnya untuk berjualan masakan tradisional yang tak kalah enak. Tapi ternyata, pembelinya pun juga tidak banyak terutama dari kalangan muda. Seperti kisah kakek penjual rempeyek satu ini.
Seorang kakek asal Jogjakarta menggantungkan hidupnya dengan menjual rempeyek di Trotoar. Walaupun jarang ada yang beli, namun kakek itu masih semangat dan tidak mudah menyerah.
Dikutip dari tribunnews, Kisah kakek asal Jogjakarta ini dibagikan oleh pemilik akun Facebook Ayu Nuarida, Jumat (2/12/2016). Kakek itu setiap harinya membawa 120 plastik rempeyek kacang yang ia jual seharga Rp 5.000.
Setiap satu plastic rempeyek yang laku dijual, ia hanya mendapat untung sebesar Rp 500. Jadi jika semua laku kakek itu medapat untung sebesar Rp 60.000 sehari. Ia juga harus berjalan kaki dulu dari Imogiri ke lokasi-lokasi tak menentu setiap harinya.
Kadang kalau hujan, dirinya terpaksa tak pulang ke rumah dan memilih tidur bareng dengan para tukang becak. Ini kisah yang dibagikan oleh Ayu.
"Kejadian sore tadi ketika teman q ngajak beli macaroni yang ngehits itu......
Begitu sampai di TKP di toko ceria jl taman siswa gw liat antrean makaroni ng*** mengular....
Tapi sangat kontras di depannya ada mbah2 jualan rempeyek kacang yang sepi~
Pertama aku cuma ngeliatin mbahnya tapi ini ironi aku ga tega hingga akhirnya simbah depan makaroni ngehe aku samperin....
Aku bilang sama temen q "aku ga tega yuk aku mau beli 1" dan teman q juga jadi ikutan beli 1 rempeyek kacangnya
ku tanyakan pada beliau harga rempeyeknya dengan bahasa jawaku yang campur mawut antara ngoko inggil dan kromo....
Walau level bahasa kromoku pas2an aku tetep berusaha berbicara setidaknya bahasa jawa dengan beliau sehalus mungkin
sontak orang2 langsung melirik padaku....
Entah para pembeli makaroni ng*** yang mayoritas anak muda sampai orang2 yang dijalan raya.....
Harga rempeyeknya 5000 perplastik itupun titipan juragan katanya....
Juragannya itu bos besar yang udah jual sampai keluar daerah, untung dari rempeyek 1 plastiknya 500 perak dan setiap bawa 120 plastik alhamdulliah selalu habis ujar beliau.
Aku tanya rumahnya dimana mbah...katanya diimogiri, dan jualannya itu ga pasti katanya....bisa muter2.
Teringat aku bawa kotak bekal isi roti bakar selai buah naga yang q buat tadi pagi aku tawarkan ke simbah, dan simbah mengeluarkan kresek hitam sebagai alas roti yang q bawa
Wlw q bilang selainya q buat sendiri dari buah naga tapi simbah tampak tidak paham buah naga itu apa, komentarnya adalah manis untunglah setidaknya cukup senang dengan giginya yang tinggal 1 rotiku bisa dimakan simbah dan katanya beliau belum makan
Btw simbah katanya sih tiap sore tetep pulang ke imogiri habis jualan naik angkot n becak sukurlah~ cuma kalau hujan katanya tidur bareng sama tukang becak katanya.....
Anaknya 3 tersebar dibeberapa daerah dan 1nya di Lempuyangan, beliau sudah punya cucu.
Hingga akhirnya percakapan aku rasa cukup dan saatnya berpamitan dengan beliau....
Beliau menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dan aku tutup dengan senyum perpisahan.
So buat yang ngelewatin jl tamsis atau kebetulan pas mau beli makaroni ngehe bisa dilarisi rempeyek mbahnya....
Mesakke dab bayangno nek kui ki morotuamu opo mbahmu~".

Tak ada salahnya membeli makanan tradisional dan menghargai perjuangan penjualnya meski tak membeli dalam jumlah besar. Postingan itu pun menjadi viral dan dibagikan hingga 154 kali.