Rayakan Natal Tanpa Pohon Natal, Tokoh Agama Yahudi Larang Pemasangan Pohon Natal di Israel

Penulis Penulis | Ditayangkan 26 Dec 2016

Jika di berbagai tempat di dunia pohon Natal menjadi simbol kemeriahan hari raya ini, tidak demikian di beberapa kota di Israel.

Rayakan Natal Tanpa Pohon Natal, Tokoh Agama Yahudi Larang Pemasangan Pohon Natal di Israel

Sejumlah tokoh agama setempat menganggap pohon Natal yang berkelap-kelip itu merupakan ancaman bagi agama Yahudi.

Seorang rabbi atau pemimpin agama Yahudi di Institut Teknologi Haifa mengatakan, para mahasiswa sebaiknya menghindari aula kampus karena terdapat pohon Natal di tempat itu.

Elad Dokow, nama rabbi itu, menyebut pohon Natal sebagai simbol berhala lewat akun Facebooknya meminta para mahasiswa tak memasuki aula bahkan untuk keperluan membeli makanan.

Berbagai jenis larangan ini merefleksikan berlanjutnya ketegangan terkait pluralisme agama antara kelompok garis keras dan Yahudi sekular.

lansiran dari kompas.com "Ini bukan masalah kebebasan memeluk agama. Israel adalah satu-satunya negara Yahudi di dunia," kata Dokow.

Rabea Mahajni (24), seorang mahasiswa fakultas teknik mengatakan, penempatan pohon Natal itu didukung mahasiswa keturunan Palestina.

Namun, kata Rabea, keputusan ini memang memunculkan perbedaan pendapat di antara mahasiswa dan staf universitas beragama Yahudi.

Mayoritas mahasiwa dan staf universitas beragama Yahudi menentang adanya pohon Natal di aula kampus.

Rayakan Natal Tanpa Pohon Natal, Tokoh Agama Yahudi Larang Pemasangan Pohon Natal di Israel

"Salah seorang profesor lewat akun Facebooknya mengatakan, pohon Natal itu membuatnya tak nyaman. Dia menambahkan, mereka yang ingin pohon Natal sebaiknya memasangnya di rumah atau pergi ke Eropa," tambah Rabea kepada Al Jazeera.

Sementara di Jerusalem, pemuka agama kota itu mengatakan kepada pengelola hotel di kota itu bahwa memasang pohon Natal melanggar hukum agama Yahudi.

Sebagian besar hotel sebenarnya ingin mengabaikan larangan terkait pemasangan pohon Natal karena merugikan bisnis mereka. Namun, mereka khawatir akan pembalasan para rabbi.

"Ini adalah masalah di seluruh Israel. Manajemen hotel takut bersikap. Jika mereka membawa masalah ini ke pengadilan maka akan memakan banyak waktu dan biaya," kata David Bogomolny, juru bicara Hiddush organisasi yang mempromosikan kebebasan beragama di Israel.

Selain itu, para pemuka agama Yahudi meminta agar hotel-hotel di Jerusalem tidak menggelar pesta tahun baru pada 31 Desember mendatang, karena secara tradisi bangsa Yahudi memiliki tahun baru tersendiri.

Salah seorang manajer hotel di Jerusalem yang tak mau  disebutkan namanya mengatakan, pihak hotel mengkhawatirkan kemarahan para rabbi jika larangan ini tak diikuti.

"Surat dari mereka jelas-jelas mengintimidasi kami. Para turis beragama Kristen ingin merayakan Natal dan kami ingin membantu mereka merayakannya selama tak akan mengganggu izin usaha kami," kata dia.

Sekitar 25 persen  dari seluruh penduduk Israel tidak memeluk agama Yahudi.

Sebagian besar warga Israel keturunan Arab memeluk agama Islam, sementara terdapat sekitar 130.000 warga yang menganut Kristen.

Warga Kristen Israel sebagian besar tinggal di kawasan Galilea, sedangkan warga keturunan Palestina tinggal di Jerusalem Timur.

Masalah soal pohon Natal dan perayaan tahunan keagamaan lain selalu muncul dan menyulut debat pluralisme selama beberapa bulan terakhir.
SHARE ARTIKEL