Percaya Menstruasi Membawa Sial, Gadis Ini Diasingkan di Kandang Hewan Hingga Tewas!
Penulis Unknown | Ditayangkan 21 Dec 2016Roshani Tiruwa (15), ditemukan tewas oleh ayahnya dalam sebuah kandang hewan di desa Gajra, Nepal. Roshani diduga kehabisan nafas karena dipaksa tinggal di kandang sempit tanpa ventilasi udara. Dia diketahui sedang menjalani ritual Chhaupadi. Ritual itu membuat Roshani diasingkan oleh warga desanya karena sedang menstruasi.
Baca juga : Benua Bangsawan Ternyata Punya Cerita Kelam, Waspadai Copet Kala Berlibur di Eropa!
Warga Gajra percaya bahwa seseorang yang sedang menjalani masa menstruasi harus diasingkan di dalam kandang hewan untuk menghindari bencana. Selain diasingkan, mereka juga tidak diizinkan untuk meminum susu. Tak hanya itu, para keluarga juga dilarang memberi makan terlalu banyak pada wanita yang sedang menjalani ritual yang sudah dijalankan sejak puluhan tahun itu.
Ayah Roshani sempat mengirim makanan pada malam hari.
Ayah Roshani mengatakan bahwa malam sebelum kejadian, dia sempat mengirimkan makanan kepada sang anak. Roshani kemudian tidur setelah menyantap makanan tersebut. Seperti diberitakan Al Jazeera, sang ayah kemudian kembali mengunjungi anaknya di pagi hari. Tak seperti biasanya, Roshani tidak terlihat di depan kandang tersebut. Sang ayah pun memanggilnya beberapa kali dari kejauhan. Saat dilihat ke dalam kandang tersebut, Roshani ditemukan sudah tewas.
Pemerintah sudah melarang sejak tahun 2005 lalu.
Kematian Roshani tercatat menjadi yang kedua kali di desa yang sama. Beberapa waktu lalu, seorang gadis juga mengalami kejadian serupa akibat menjalani ritual tersebut. Padahal, sejak tahun 2005 lalu pemerintah sudah melarang adanya tradisi Chhaupadi.
Baca juga : Maori, Penampakan Maui yang Hebat Bisa Dikenal Lewat Tempat Ini di Selandia Baru!
Aktivis menuding pemerintah tak serius.
Aktivis setempat menuding bahwa pemrintah tidak serius dalam memberantas praktik-praktik seperti itu. Namun, pemerintah membantahnya dengan mengklaim telah melakukan upaya maksimal. Mereka mengakui perubahan tradisi tidak bisa terjadi dalam waktu singkat. "Mengubah pola pikir dan sikap sosial tentu butuh waktu lama," ujar Binita Bhattarai, seorang pejabat dari Kementerian Perempuan dan Kesejahteraan Anak.