Mengagumkan, Walikota Asal Surabaya Ajarkan Cara Perangi Terorisme Kepada 18 Delegasi Negara

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 05 Dec 2016


Mengagumkan, Walikota Asal Surabaya Ajarkan Cara Perangi Terorisme Kepada 18 Delegasi Negara

Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya),  atau Risma membagikan ilmunya kepada 18 delegasi negara lain dalam menangani terorisme. Menurut Risma, untuk menangani terorisme, harus dicari terlebih dahulu penyebabnya.

BACA JUGA : Seorang Imam Besar Katolik Ortodoks, Dmitri Smimov Mensiarkan Kebenaran Islam Dalam Khutbahnya

Berdasarkan pengalamannya, kemiskinan, dan kesendirian adalah salah satu penyebab terorisme. Sebab, rata-rata para pelaku tindakan teror orang yang sulit membaur.

"Oleh karena itu, Pemkot Surabaya pun berusaha membangun masyarakat yang toleran, meski berbeda etnis, sehingga mereka membaur untuk sama-sama membangun kota," kata Risma dalam seminar East Asia Summit (EAS) Regional Seminar for Capacity Building to Prevent and Counter Violent Extremism, di Hotel JW Marriot, Surabaya, Senin 5 Desember 2016.

Termasuk juga dalam menangani ekstremisme, Risma mengaku juga melibatkan masyarakat. Caranya dengan meminta masyarakat untuk menjaga lingkungannya masing-masing. Selain itu, Risma juga mengadakan sejumlah lomba untuk warga. Lomba itu dalam rangka membuat cipta kampung aman.

"Saya juga sedang mendata warga yang terkena PHK. Jangan sampai mereka kemudian dimanfaatkan seseorang dengan mendapatkan imbalan, untuk melakukan perbuatan yang melanggar hukum itu," ujar Risma.

Dengan cara itu, Risma yakin terorisme dan ekstremisme bisa terus ditekan. "Hal itu sudah terbukti di Surabaya dan berjalan dengan sangat baik," kata Risma.

Sementara itu, seminar ini diadakan sebagai bentuk implementasi EAS Statement on Countering Violent Extremism yang disahkan pada KTT ke-10 Asia Timur, Kuala Lumpur, 22 November 2015 silam. Secara umum, seminar ini membahas faktor penyebab kekerasan dan ekstremisme, serta kesenjangan yang terjadi di tingkat nasional dan regional dalam upaya pencegahan masalah itu.

Seminar itu diadakan mulai Senin 5 Desember hingga besok 6 Desember 2016, dan diikuti sejumlah negara. Di antaranya semua negara di ASEAN, Amerika, RRT, Korea Selatan, Selandia Baru, dan sejumlah negara lainnya.

SHARE ARTIKEL