Heboh Ribuan Pakaian Dalam Menggantung di Afrika Selatan, Alasannya Bikin Kesel!

Penulis Unknown | Ditayangkan 27 Dec 2016
Heboh Ribuan Pakaian Dalam Menggantung di Afrika Selatan, Alasannya Bikin Kesel!

Jika sedang berkunjung ke Afrika Selatan, tepatnya ke kota Johannesburg, Afrika Selatan. Jangan kaget jika melihat banyak sekali jemuran di sepanjang jalan, lebih tepatnya adalah pakaian dalam yang digantung dengan jumlah ribuan! Mungkin akan terlihat jijik jika melihat banyak sekali pakaian dalam wanita yang dibeberkan di depan tempat umum. Namun memang seperti itulah wajah Afrika, sebuah negara yang bisa dibilang paling menakutkan untuk wanita.

Baca juga : Waspada Plesiran ke Pantai, Buaya Muara Raksasa Gegerkan Pengunjung Pantai Jatimalang Purworejo!

Menurut figur kejahatan yang dirilis oleh negara tersebut, 53.617 wanita diperkosa antara tahun 2014 hingga 2015. Angka ini juga menjadi Afrika Selatan sebagai negara dengan tingkat pemerkosaan terhadap wanita tertinggi di dunia. Untuk mengangkat isu ini, dua orang seniman wanita Jenny Nijenhuis dan Nondumiso Msimanga memutuskan untuk membuat instalasi seni di kota tersebut dengan nama SA’s Dirty Laundry (jemuran kotor Afrika Selatan).

Pada kain jemuran sepanjang 1,2 kilometer, mereka menggantungkan 3.600 pakaian dalam bekas, angka yang sama dengan jumlah wanita yang diperkosa di Afrika Selatan setiap harinya menurut perkiraan dari Medical Research’s Council Center. Akan tetapi, kritikan juga datang untuk jumlah yang diperkirakan terlalu banyak, jauh berbeda dari perhitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Heboh Ribuan Pakaian Dalam Menggantung di Afrika Selatan, Alasannya Bikin Kesel!

Baca juga : Hunger Games Dunia Nyata, Membunuh dan Memperkosa Diperbolehkan! Tertarik Mencobanya?

Menanggapi hal ini, Nijenhuis dan Msimanga berkata bahwa tidak ada penelitian dan perkiraan mengenai pemerkosaan yang akurat. Sebab, rasa malu korban menjadi salah satu faktor terbesar yang membuat angka perkiraan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.

“SA’s Dirty Laundry bermaksud untuk mengangkat kerahasiaan dan rasa malu yang menghantui kekerasan seksual yang, di samping penangan yang buruk oleh pemerintah dan polisi, membuat korban tidak mau melaporkan atau membicarakan mengenai hal tersebut,” ujar mereka.
SHARE ARTIKEL