Bukan Hanya Menjadi Masalah Warga Pelosok, Kurang Gizi Kini Ancam Remaja Kota

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 06 Dec 2016

Bukan Hanya Menjadi Masalah Warga Pelosok, Kurang Gizi Kini Ancam Remaja Kota

Usia remaja juga sama halnya dengan usia balita, remaja juga masih butuh makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Namun, menjamurnya produk makanan dengan kemasan yang menarik juga tempat makan dengan gaya resto yang selalu jadi tempat hits menjadi masalah serius untuk pemenuhan gizi remaja perkotaan.

BACA JUGA : Berani Coba? Makanan Dengan Isian Daging Tikus Sudah Mulai Beredar Di Restaurant Rusia

Tempat makan dengan produk yang dikemas secara unik dan berbeda, seringkali menjadi buah bibir dan menarik untuk dicoba. Meski menjadi ajang berlomba kreativitas, di lain pihak, hal ini menjadi sumber masalah pada gizi anak remaja.

"Pola konsumsi di perkotaan itu sekarang banyak dilakukan di luar, dengan karakter anak yang senang jajan. Dengan keadaan ini, membuat masyarakat tidak lagi memperhatikan zat gizi melainkan kemasan yang menarik saja," ujar Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKM UI) Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., ditemui di acara Konferensi Pers Indonesia Bergizi, di kawasan Tebet, Jakarta.

Ajakan teman sebaya remaja yang cenderung gemar mencoba hal-hal baru picu Pola konsumsi yang salah ini. Karena adanya periode transisi, remaja juga memilih untuk mengikuti tren makanan yang ada agar bisa diterima di lingkungan bermainnya.

"Jenis makanan yang berpengaruh pada remaja berdasarkan status value. Misal apa yang sedang tren, buat remaja, kemasan sekarang menjadi sangat penting. Hal ini yang jadi pertimbangan mereka di periode transisinya," tambah Ahmad.

Maka, sangat penting, anak di usia remaja mengetahui berbagai hal terkait pola konsumsi dan zat gizinya. Untuk itu, kondisi ini juga sudah seharusnya menjadi tantangan bagi para pakar gizi, yang seharusnya mampu membuat para remaja kembali waspada akan kebutuhan gizi tubuhnya.

"Ini tantangan untuk ahli gizi agar mampu menerjemahkan kebutuhan gizi dalam bentuk berapa porsi  dalam sepiring yang harus dikonsumsi. Dengan bicara zat gizi pada level makanan, pengetahuannya bisa meningkat," kata dia.

SHARE ARTIKEL