Anak-Anak Terluka di Aleppo Kelihatan Penglihatan karena Minimnya Fasilitas Kesehatan

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 29 Dec 2016
Anak-Anak Terluka di Aleppo Kelihatan Penglihatan karena Minimnya Fasilitas Kesehatan
anak-anak Aleppo

Kondisi mengenaskan di Aleppo semakin memburuk saja dengan minimnya akses dan fasilitas kesehatan. Para petugas kesehatan yang berada di Idlib kewalahan dengan banyaknya pasien dari Aleppo timur.

Ribuan orang menderita infeksi akibat lamanya perawatan pada luka akibat pecahan peluru. Mereka juga banyak yang menderita hipotermia, dan kekurangan gizi.

Membludaknya pasien membuat ahli bedah disana harus bekerja ekstra. Selain harus bekerja hingga 12 jam sehari, fasilitas medis disana pun dipaksa digunakan melampaui kapasitas seharusnya.

Dikutip dari islampos, Maram, anak yang masih berusia 5 bulan, menjadi salah satu pasien yang ditangani oleh ahli bedah, dr. Mounir Hakimi.

“Dia kehilangan kedua orang tuanya dalam serangan udara, terdapat beberapa tulang yang patah, luka di perutnya, dan kehilangan sebagian kulit”, kata Hakimi.

Hakimi menerangkan, nasib yang dialami Maram banyak dialami oleh pengungsi lainnya. Di Idlib terdapat puluhan korban luka yang terinfeksi secara serius.

Baca Juga: Bos CIA Bocorkan Keterlibatan Amerika atas Pertumpahan Darah di Suriah

Bahkan beberapa diantaranya terpaksa harus diamputasi atau harus mengalami cacat jangka panjang dan permanen.

“Karena serangan udara yang terus-menerus di Aleppo, beberapa anak terkena pecahan peluru yang membuat mereka lumpuh. Banyak anak-anak yang kehilangan penglihatan karena terkena pecahan pada mata mereka”, terang Hakimi seperti dikutip dari Al-Jazeera.com.

Anak-Anak Terluka di Aleppo Kelihatan Penglihatan karena Minimnya Fasilitas Kesehatan
anak-anak Aleppo

Selain mengalami luka-luka yang serius, warga Aleppo timur juga diduga mengalami gejala trauma psikologi.

Akibat serangan bom Birmil (barrel) dan pesawat Rusia, beberapa rumah sakit hancur dan akhirnya mengurangi infrastruktur medis di Idlib.

“Fasilitas medis yang kami miliki berada dalam beban besar, bahkan sebelum adanya evakuasi. Dengan kondisi ini, kami harus menghadapi ambahan populasi sedangkan dana semakin berkurang. Peralatan tidak akan sanggup menangani jumlah korban”, keluh dokter Hakimi.

SHARE ARTIKEL