Sosok Ayah yang Menghilang dan Tidak Peduli, Membuat Anak Terjerumus Pada Penyimpangan Seksual
Penulis Unknown | Ditayangkan 13 Nov 2016 Ayah masa kini jarang meluangkan waktunya untuk keluarga, terutama untuk anaknya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga.

BACA JUGA: Good Boy Adalah Tipe Cowokku, Tapi Kenapa Mereka Selalu Menghindariku?
Ya, urusan bekerja lebih berharga, padahal ada yang jauh lebih penting apalagi kalau bukan keluarga. Ayah lebih banyak memberikan urusan rumah tangga dan anak kepada istrinya semata, padahal sosok ayah juga sama pentingnya.
Wahai ayah, tahukah anda? Kehilangan sosok ayah dan tidak mementingkan anak, membuat mereka terjerumus pada kegiatan penyimpangan seksual, seks bebas, bahkan LGBT?
![Sosok Ayah yang Menghilang dan Tidak Peduli, Membuat Anak Terjerumus Pada Penyimpangan Seksual Sosok Ayah yang Menghilang dan Tidak Peduli, Membuat Anak Terjerumus Pada Penyimpangan Seksual]()
Dikutip Wajibbaca dari Islampos, Hasil penelitian dari Konferensi Keluarga Indonesia, remaja yang bermasalah kebanyakan berasal dari keluarga tanpa ayah—85% remaja masuk penjara, 63% bunuh diri, 80% pelaku pemerkosaan, 85% penyimpangan tingkah laku. Na’udzubillah min dzalik.
Wahai ayah, coba hitung berapa kali anda memeluk anak-anak dalam sehari? Dalam seminggu? Dalam sebulan? Dalam setahun? Berapa lamakah Anda mendengarkan celotehan anak sekaligus bermain bersama mereka dalam sehari? Seberapa dekat hubungan Anda dengan putra-putri di rumah? Apakah mereka berani memberitahukan rahasia-rahasia kecilnya pada Anda?
Sungguh berat azab Allah jika Anda menyia-nyiakan anak titipan-Nya, dan hanya mengandalkan istri untuk mendidik anak. Sedangkan pendidikan istri juga merupakan tanggungjawab Anda. Dari sekian banyak kasus penyimpangan seksual, terutama LGBT, jika ditelusuri lebih jauh pada diri pelaku maupun korban, sekitar 60% ada hubungannya dengan rasa haus akan figur ayah di masa kecil.
Bahkan, hasil penelitian lainnya 100% gay adalah disebabkan kehilangan figur ayah. Entah karena cara mendidik yang keras, ayah yang terlalu sibuk bekerja, atau justru karena pola asuh yang overprotektif.
Coba bayangkan kebanyakan pola asuh dan pendidikan saat ini: Anak usia 0 sampai 2 tahun pengasuhan full oleh ibu. Usia pre-school, 90% guru di sekolah-sekolah pre-school adalah perempuan. Usia TK, tenaga pendidik pun didominasi oleh guru perempuan. Usia SD, tenaga pendidiknya pun didominasi oleh guru perempuan. Di mana anak mendapatkan figur ayah?
Wahai ayah.. kembalilah ke rumah, didik anak-anakmu, sayangi mereka dengan limpahan kasih ayah dan ibu. Dan bagi iu, jika memang tidak ada sosok ayah yang baik, perkenalkanlah pada keluarga atau kerabat lelaki lain, agar figure seorang ayah tidak hilang 100%.

BACA JUGA: Good Boy Adalah Tipe Cowokku, Tapi Kenapa Mereka Selalu Menghindariku?
Ya, urusan bekerja lebih berharga, padahal ada yang jauh lebih penting apalagi kalau bukan keluarga. Ayah lebih banyak memberikan urusan rumah tangga dan anak kepada istrinya semata, padahal sosok ayah juga sama pentingnya.
Wahai ayah, tahukah anda? Kehilangan sosok ayah dan tidak mementingkan anak, membuat mereka terjerumus pada kegiatan penyimpangan seksual, seks bebas, bahkan LGBT?

Dikutip Wajibbaca dari Islampos, Hasil penelitian dari Konferensi Keluarga Indonesia, remaja yang bermasalah kebanyakan berasal dari keluarga tanpa ayah—85% remaja masuk penjara, 63% bunuh diri, 80% pelaku pemerkosaan, 85% penyimpangan tingkah laku. Na’udzubillah min dzalik.
Wahai ayah, coba hitung berapa kali anda memeluk anak-anak dalam sehari? Dalam seminggu? Dalam sebulan? Dalam setahun? Berapa lamakah Anda mendengarkan celotehan anak sekaligus bermain bersama mereka dalam sehari? Seberapa dekat hubungan Anda dengan putra-putri di rumah? Apakah mereka berani memberitahukan rahasia-rahasia kecilnya pada Anda?
Sungguh berat azab Allah jika Anda menyia-nyiakan anak titipan-Nya, dan hanya mengandalkan istri untuk mendidik anak. Sedangkan pendidikan istri juga merupakan tanggungjawab Anda. Dari sekian banyak kasus penyimpangan seksual, terutama LGBT, jika ditelusuri lebih jauh pada diri pelaku maupun korban, sekitar 60% ada hubungannya dengan rasa haus akan figur ayah di masa kecil.
Bahkan, hasil penelitian lainnya 100% gay adalah disebabkan kehilangan figur ayah. Entah karena cara mendidik yang keras, ayah yang terlalu sibuk bekerja, atau justru karena pola asuh yang overprotektif.
Coba bayangkan kebanyakan pola asuh dan pendidikan saat ini: Anak usia 0 sampai 2 tahun pengasuhan full oleh ibu. Usia pre-school, 90% guru di sekolah-sekolah pre-school adalah perempuan. Usia TK, tenaga pendidik pun didominasi oleh guru perempuan. Usia SD, tenaga pendidiknya pun didominasi oleh guru perempuan. Di mana anak mendapatkan figur ayah?
Wahai ayah.. kembalilah ke rumah, didik anak-anakmu, sayangi mereka dengan limpahan kasih ayah dan ibu. Dan bagi iu, jika memang tidak ada sosok ayah yang baik, perkenalkanlah pada keluarga atau kerabat lelaki lain, agar figure seorang ayah tidak hilang 100%.