Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Penulis Unknown | Ditayangkan 11 Nov 2016

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Hari pahlawan yang diperingati pada tanggal 10 November merupakan sebuah tanda bahwa negara kita dulu pernah berjuang untuk melawan ketidak adilan yang tertoreh dalam perjalanan bangsa Indonesia. Mulai dari perlawanan sengit dari ujung barat hingga ujung timur nusantara yang diwarnai dengan pengorbanan. Salah satu yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme adalah pertempuran yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1945. Perang yang merupakan perang pertama setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini menjadi terkenal karena besarnya perlawanan serta sangat berat dalam sejarah revolusi negeri ini. Akan tetapi, bagaimanakah kronologi sebenarnya yang menyebabkan pecahnya peristiwa 10 November 1945? Simak ulasan sejarahnya berikut ini.

1. Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian ketika 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tersebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.

2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di kedua kota Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

3. Kedatangan Tentara Inggris dan Belanda

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Ketika gerakan untuk melucuti senjata pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

4. Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada malam hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya. Para pejuang melakukan perundingan agar segera melepaskan bendera Belanda tersebut, Namun ditolak dan akhirnya terjadi perkelahian di dalam gedung. Hingga akhirnya para pejuang berhasil naik kepuncak tiang bendera dan menyobek warna biru pada bendera Belanda, serta memasangnya kembali sebagai bendera Merah Putih kebanggan Indonesia.

5. Kematian Brigadir Jenderal Mallaby

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat keluarnya ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

6. Perdebatan tentang Pihak Penyebab Baku Tembak

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Kutipan dari Tom Driberg:

"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi.

7. 10 November 1945

Mengulas Sejarah! Takbir, Senjata Bung Tomo untuk Membakar Semangat Hari Pahlawan

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.

Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka. Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.

Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Dengan gema takbir para pejuang yang melakukan perlawanan pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, akan tetapi makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
SHARE ARTIKEL