Megawati Menyatakan, Demo Besar - Besaran 4 November, Tidak Bisa Disebut Jihad

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 01 Nov 2016

Megawati Menyatakan, Demo Besar - Besaran 4 November, Tidak Bisa Disebut Jihad

Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP meminta masyarakat tidak mempermasalahkan ras atau agama dalam memilih seorang pemimpin. Masalah SARA tak perlu diperbesar lagi.

Dilansir dari Merdeka, Mega mengatakan "Pilkada itu kan udah bolak balik, dari tahun 1955. Hanya karena satu orang kok ributnya setengah jagat".

Ungkapan tersebut dia sampaikan dalam pidatonya saat meresmikan pembukaan pelatihan 'Mubaligh Kebangsaan' yang diselenggarakan Baitul Muslimin Indonesia di kantor DPP PDIP.

Dia menyampaikan, dengan memilih Ahok sebagai cagub DKI Jakarta pada Pilkada 2017 nanti tidak menunjukkan bahwa dirinya memihak kepada ras atau agama tertentu.

BACA JUGA : Bahas Demo Tangkap Ahok?? Jokowi Sampai Undang PBNU dan Muhammadiyah

"Bukan berarti saya membela orang nonmuslim, membela kaum China. Saya membela negara Republik Indonesia yang saya cintai," paparnya.

Mengenai demonstrasi besar-besaran yang akan dilaksanakan pada 4 November nanti, Megawati pun mengungkapkan penyesalannya. Dia menilai, demonstrasi tersebut memperlihatkan bahwa toleransi antarumat beragama sudah memudar.

"Yang saya diajari oleh bapak saya, agama Islam masuk ke Indonesia dengan kedamaian. Bahwa kita diharuskan mencintai semua makhluk itu kan artinya tanaman, hewan, sampai orang loh. Islam yang mana kalau begitu yang kita ambil? Padahal sama. Kan asalnya jelas. Bapak nabi besar kita," ungkapnya.

Dia lanjut mengatakan, masyarakat perlu bercermin pada negara-negara yang juga bermayoritas muslim, seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan lain-lain. Dia meminta masyarakat melihat bahwa penduduk di negara-negara tersebut dapat hidup dengan damai tanpa konflik antaragama.

"Lah kalau urusan memilih Pak Ahok kok terus pakai begituan? Orang mau milih pemimpin kok direlasikan dengan agama dan ras," tambahnya mengeluhkan kejadian yang akan datang 4 november.

Dia juga menegaskan, masyarakat perlu menghindari pemikiran yang sempit mengenai keyakinan yang dianut. Menurutnya, kehidupan beragama seharusnya didasari dengan sikap saling mengayomi, mencintai, dan menghargai.

"Tidak seperti nanti tanggal 4 itu yang dikatakan, maaf, jihad atau begini. Ini pemerintah Republik Indonesia. Tidak bisa diinjak-injak begitu saja," tutupnya.
SHARE ARTIKEL