Ini Pengakuan Wanita Muslim Rohingya yang Diperk*sa Militer Myanmar

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 24 Nov 2016

Ini Pengakuan Wanita Muslim Rohingya yang Diperk*sa Militer Myanmar
Pedihnya nasib para wanita muslim Rohingya ini

Kekejaman di Myanmar harus menjadi duka dunia. Pada kenyataan pemerintah Myanmar membatasi media luar untuk menyorot hal ini. Jika adapun hanya terbatas luarnya saja. Menurut beberapa media ada ratusan etnis Rohingya yang telah dibantai hingga dibakarnya ribuan rumah mereka. Dan pemerintah Myanmarpun menyangkal hal ini.

Serta yang sangat menyayat hati ialah, dikutip dari Reuters bahwa tentara Myanmar melakukan tindak pemerk*saan terhadap wanita Muslim Rohingya di Provinsi Rakhine.

Delapan wanita Rohingya menceritakan pengalaman naas mereka pada kantor berita Reuters. Tiga orang menceritakan lewat wawancara, sedangkan lima lainnya lewat sambungan telepon.

Seorang wanita (40) dari Desa U Shey Kya mengaku diperk*sa empat orang tentara Myanmar. Selain itu mereka memperk*sa putrinya yang berusia 15 tahun.

“Mereka membawa saya masuk ke rumah dan memperk*sa saya,” ujar wanita itu pada Reuters.
Ia juga menceritakan, tentara Myanmar yang merampok perhiasan dan uangnya.

Wanita lain menuturkan, bahwa mereka diperk*sa beramai-ramai oleh tentara Myanmar. Saat itu di desa U Shey Kya, para pria umumnya sudah meninggalkan desa karena yakin akan dituding sebagai militan. Para wanita memilih tinggal karena mendengar kabar rumah yang kosong akan dibakar oleh tentara.

Baca Juga : Jadi Pengungsi, Tak Berstatus, Ditindas Itulah Nasib Etnis Rohingya

Namun mimpi buruk terjadi saat 150 tentara Myanmar memasuki desa mereka. Wanita berusia 30 tahun tersebut diperk*sa berkali-kali.

“Mereka bilang pada saya ‘Kami akan membunuhmu! Kami tak akan membiarkanmu hidup di negara ini!’,” katanya menirukan ucapan pemerk*sa.

Lantas, tentara Myanmar membakar habis desa mereka. Mereka juga sengaja mencampurkan pasir ke penampungan beras warga Rohingnya.

“Kami tak bisa ke desa lain untuk meminta pertolongan medis. Saya tak punya makanan, pakaian dan uang. Saya merasa malu dan takut,” kata wanita lain berusia 32 tahun.

Pemerintah dan militer Myanmar membantah semua pengakuan korban itu. Mereka menyebutnya sebagai karangan yang tak masuk akal.

“Ini cuma propaganda yang dibuat kelompok Muslim,” sanggah Kepala Polisi Provinsi Rakhine Kolonel Sein Lwin.

Diketahui, militer mulai masuk ke daerah Maungdaw tanggal 3 Oktober 2016 dengan tujuan mencari militan. Mereka menuduh ‘militan’ yang mereka cari bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan polisi dan militer.
SHARE ARTIKEL