Apakah Harus Shalat Istikharah Saat Memilih Pasangan? Apakah Jawaban Allah Atas Shalat Kita Melalui Mimpi?
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 29 Nov 2016
Bagaimana Allah memberikan jawaban atas shalat istikharah kita?
Setiap orang pasti ingin mendapatkan pasangan yang baik agar erumahtangganya langgeng sampai kakek nenek. Dimana dalam rumah tangga itu selalu dihiasi rasa syukur sehingga membuahkan kebahagiaan dan keindahan.
Pernikahan yang langgeng ini, tentu diawali dengan memilih pasangan yang tepat. Masalahnya, bagi para lajang, mereka tidak tahu apakah seseorang yang sedang dalam proses taaruf atau bahkan yang datang melamarnya merupakan sosok yang tepat atau bukan.
Kita sebagai manusia memiliki keterbatasan akan hal itu. Manusia hanya bisa melihat dari lahiriyahnya saja. Sedang hal-hal yang tak terlihat oleh mata, hanya Allah yang mengetahuinya. Untuk itu, agar Anda tidak kecewa saat memilih pasangan, harus memilih sesuai petunjuk Allah SWT. Maka sebelum memilih, Anda harus melakukan shalat Istikharah terlebih dahulu.
Shalat istikharah ini berdasarkan hadits dari Jabir bin Abdillah R.A, ia berkata, “Nabi SAW mengajari kami shalat istikharah untuk memutuskan sesuatu sebagaimana mengajari Al-Quran.”
Shalat istikharah sebaiknya tetap dilakukan meskipun yang datang meminang sudah diketahui keshalehannya. Sebagaimana yang diceritakan oleh Anas bin Malik tatkala masa idah Zainab binti Jahsy sudah selesai, Nabi SAW bekata kepada Zaid, “Sampaikanlah padanya bahwa aku akan meminangnya.”
Baca Juga: Para Ustadz ini Berdakwah dengan Video Mannequin Challenge. Netizen Pro dan Kontra
Zaid lalu pergi mendatangi Zainab. “Wahai Zainab, berbahagialah. Nabi mengutusku bahwa beliau akan meminangmu.”
Zainab berkata, “Aku tidak akan melakukan sesuatu hingga aku meminta pilihan yang baik kepada Allah. Lalu Zainab pergi ke masjidnya (Mushalla tempat shalat di rumahnya.
Turunlah ayat Al-Quran (Surat al Ahzab ayat 37 bahwa Allah menikahkan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsyi melalui ayat ini) dan Nabi SAW datang dan langsung masuk menemuinya. (HR. Muslim dan Nasa’i).
Dalam hal ini, Zainab bukan meragukan keshalihan Rasulullah akan tetapi, sebagai seorang manusia biasa, ia perlu meminta petunjuk kepada Allah. Karena hanya Allah lah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak diketahui oleh manusia.
“Tidak akan kecewa orang yang istikharah, tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah dan tidak akan melarat orang yang hidup sederhana,” (HR. Thabrani).
Lantas bagaimana mengetahui jawaban atas shalat Istikharah kita? Apakah dari mimpi?
Menjadi pertanyaan, dalam bentuk apakah Allah menunjukkannya yang terbaik untuk kita? Apakah dalam bentuk mimpi, seperti yang sering beredar dalam masyarakat kita hari ini?Mengutip pendapat Imam An-nawawi tentang mimpi, beliau mengatakan mimpi adalah perkara yang sangat lemah, apalah kualitas mimpi kita apalagi kita bukan manusia yang dijamin oleh Rasulullah SAW.
Imam An-nawai juga menyampaikan mimpi kita adalah buah dari hawa nafsu-hawa nafsu yang muncul dari alam bawah sadar kita maka sesungguhnya janganlah kita meletakkan perkara yang haq ini pada perkara yang menduga-duga seperti mimpi.
Jadi mimpi tidak bisa dan jangan dijadikan sebagai patokan dari Istikharah kita. Jadi yang bisa menjadi ukuran dari Istikharah kita adalah kemantapan serta keyakinan hati terhadap hal itu.
Ikhtiar selanjutnya yang dilakukan adalah meminta pendapat orang-orang shalih atau shalihat apakah mereka guru ngaji, ustadz ataupun ustadzah, karena orang-orang shaleh memiliki ketajaman mata hati serta firasat yang mungkin tidak dimiliki oleh orang biasa. Maka sudah semestinya sebelum memutuskan jodoh kita, melakukan konsultasi dengan orang-orang shalih.
Semoga bermanfaat, mari saling belajar dan koreksi untuk menambah wawasan kita.