Penuh Kesabaran Bapak dan Anak Ini Rela Hidup Di Bajaj Selama 11 Tahun,Sungguh Miris Melihatnya

Penulis Penulis | Ditayangkan 16 Oct 2016

Pernah dengar kalimat 'sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam ibukota Jakarta'? Yap, bukan tanpa alasan kenapa kalimat itu muncul. Karena untuk bisa bertahan hidup di kota metropolitan ini, kamu harus berjuang dengan panas, macet dan lingkungan di sana. Seleksi alam benar-benar terjadi di Jakarta karena hanya yang kuat yang mampu bertahan. Mencoba bertahan hidup itulah yang juga dirasakan pasangan ayah-anak ini.

Penuh Kesabaran Bapak dan Anak Ini Rela Hidup Di Bajaj Selama 11 Tahun,Sungguh Miris Melihatnya

Pria bernama Riwayudin ini mengajarkan betul kepada putranya, Muhammad Irwan mengenai makna berjuang di tengah keramaian ibukota. Jika kamu letih melewati panas Jakarta usai sekolah atau bekerja, kamu pasti ingin bersantai di dalam rumah. Tapi Riwayudin dan Irwan tak bisa merasakan hal itu karena pasangan ayah-anak ini bertempat tinggal di bajaj biru selama 11 tahun lamanya.

"Kami sudah dari tahun 2007 hidup di bajaj sejak Amat (panggilan Irwan) masih berumur setahun. Dulu saya sama Amat tinggal di rumah orangtua di kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru. Namun setelah orangtua meninggal, saya menjual rumah itu. Kenapa rumahnya dijual, karena ada perebutan tanah dan saudara saya ada belasan," kisah pria berusia 54 tahun itu di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat hari Selasa (27/9).

Penuh Kesabaran Bapak dan Anak Ini Rela Hidup Di Bajaj Selama 11 Tahun,Sungguh Miris Melihatnya
illustrasi foto dari merdeka.com

Tak ingin terpuruk dalam kepedihan, Riwayudin pun bangkit dan berusaha mencari nafkah dengan jadi sopir bajaj sewaan. Karena tak punya tempat tinggal lain, bajaj berwarna biru itupun juga jadi tempat untuk dirinya tinggal dan istirahat di saat malam tiba. Riwayudin pun menjalani hidup sebagai 'manusia bajaj', hingga putranya kini berusia 11 tahun, seperti dilansir Merdeka.

Menyadari kalau hidup di bajaj tidak seindah di rumah, ayah-anak inipun mencoba bertahan demi melanjutkan kehidupan meskipun kondisi apa adanya. "Jadi harus sering siapin plastik sama kardus. Kalau hujan, ini ditutupin plastik. Saya bersyukur karena Amat nggak pernah mengeluh menjalani hidup susah bersama. Yang penting saya punya pekerjaan, bisa ngurusi anak saya. Semoga dia jadi anak soleh yang berbakti kepada orangtua dan rajin belajar. Saya sudah tua dan saya bahagia asal Amat bahagia. Saya nggak bakal nyerah," lanjut Riwayudin sembaru tersenyum ringan.

Penuh Kesabaran Bapak dan Anak Ini Rela Hidup Di Bajaj Selama 11 Tahun,Sungguh Miris Melihatnya
illustrasi foto dari merdeka.com

Memang hidup itu tak selamanya indah. Namun ketika kamu masih bisa ikhlas dan tersenyum, semua akan terasa menyenangkan.
SHARE ARTIKEL