Kenapa ya, Negara Tidak Cetak Uang yang Banyak Agar Terbebas Dari Hutang dan Kemisikinan?

Penulis Unknown | Ditayangkan 17 Oct 2016

Pernah gak sih terlintas di pikiran kita, kenapa pak presiden tidak mencetak uang yang banyak dan digunakan untuk membayar hutang pada Negara atau dibagikan kepada khalayak miskin agar kehidupan lebih sejahtera?

Kenapa ya, Negara Tidak Cetak Uang yang Banyak Agar Terbebas Dari Hutang dan Kemisikinan?

BACA JUGA: Tak Hanya Makhluk Halus, Ternyata Ini 3 Penyebab 'Ketindihan' di Berbagai Dunia

Terdengar sangat mudah bukan? Tapi nyatanya mencetak uang bukanlah urusan sepele. Mencetak uang dalam jumlah besar ternyata bukanlah suatu penyelesaian masalah, yang justru malah menambah masalah. Bagaimana bisa?

Dikutip Tribunnews,  ada dua sistem saat mencetak uang, yakni pseudo gold dan uang fiat. Pseudo gold sendiri merupakan pencetakan uang yang didukung dengan cadangan emas atau perak. Sementara itu uang fiat yakni, uang yang beredar tidak didukung dengan aset, yang berarti sistem fiat, pemerintah atau lembaga penerbit uang bisa mencetak uang sebanyak apa puun sesuai keinginan.

Tapi perlu diingat, dalam ekonomi harga barang akan tergantung pada perbandingan jumlah uang dan jumlah persediaan barang. Artinya, jika barang yang beredar lebih banyak dari jumlah uang yang beredar maka harga akan cenderung turun.

Dan sebaliknya, jika jumlah barang lebih sedikit dari jumlah uang yang beredar maka harga akan cenderung naik atau yang biasa disebut dengan inflasi. Jadi, jika sebuah negara mencetak uang terus-menerus dalam jumlah banyak, maka bukan disebut kekayaan karena nilai mata uangnya justru akan terus merosot.

Karena perpajakan belum maksimal dan akibat kedepannya belum diketahui, hal ini juga terjadi pada saat Presiden Soekarno Menjabat Dulu. Banyak akibat yang muncul yakni inflasi yang sangat tinggi dan memunculkan masalah baru, seperti unjuk rasa para mahasiswa.

Mau inflasi terjadi di Indonesia? Nah.. Dengan cara membatasi itulah, Inflasi di Indonesia bisa dihindari dan tidak timbul masalah yang lebih parah lagi.

SHARE ARTIKEL