Warga Swiss Tolak Diberi Uang Negara Secara Cuma-cuma, Alasannya Sangat Mengejutkan
Penulis Unknown | Ditayangkan 25 Sep 2016 Pasti diantara kalian ada yang menginginkan untuk diberi uang secara Cuma-Cuma oleh Negara? Hal ini ternyata benar-benar terjadi di Swiss! Tapi dengan tegas mereka menolak untuk itu, kenapa ya?

BACA JUGA: Bikin Kesel! Tertangkap Kamera, Sebenarnya Begini Pengemis Cacat Itu
Dikutip wajibbaca dari Indozone, Sebanyak 2.500 Franc (33 Juta) Setiap bulan untuk diberikan kepada Warga Swiss secara Cuma-Cuma. Tapi ternyata dengan tegas mereka menolak uang saku tersebut. Alasannya, rencana ini hanya membuang-buang dana anggaran negara saja.
Sebuah petisi yang digagas oleh pemilik kafe di Basel, Daniel Haeni dan kawan-kawannya menunjukkan, sebanyak 76,9 persen warga menyatakan 'tidak' untuk gaji dasar warga di Swiss. Petisi dukungan ini dilakukan dengan sistem demokrasi langsung.
Sejak 2013, perdebatan mengenai rencana pemerintah agar memberikan uang secara cuma-cuma sebesar 2.500 franc kepada orang dewasa dan 625 franc (setara Rp 8,5 juta) untuk anak-anak di bawah 18 tahun setiap bulan, mendapat pro dan kontra. Gaji tersebut diberikan tanpa syarat sebagai bentuk penghargaan terhadap martabat manusia dan demi meningkatkan layanan publik.
Dikutip dari Reuters, melaporkan para penentang rencana tersebut kemudian membuat petisi dukungan. Hingga kemarin, sudah lebih dari 100 ribu orang menandatangani petisi ini. Ide ini menuai perhatian dunia dan berujung pada referendum kemarin.
Para penentang, termasuk di dalamnya pemerintah Swiss, mengatakan rencana ini terlalu banyak menghabiskan anggaran negara. Selain itu, rencana tersebut berpotensi melemahkan ekonomi. Pemerintah Swiss mengatakan, mereka harus menyediakan 25 miliar franc setiap tahunnya untuk menggaji warga. Hal ini akan memicu kenaikan pajak, pemotongan anggaran, dan merusak ekonomi.
Seorang warga yang menolak, Meleani, mengatakan pemberian uang itu sangat membahayakan negara. "Saya kira sangat berbahaya saat seseorang dipenuhi seluruh kebutuhannya, maka masyarakat sudah tidak merasa bertanggung jawab lagi mengurus orang lain yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri," kata Meleanie.
Selain itu parlemen mengatakan, gaji cuma-cuma akan membuat warga Swiss malas untuk bekerja dan memilih tinggal di rumah. Swiss bukan satu-satunya negara yang diwarnai perdebatan soal gaji dasar warga.
Finlandia berencana menghapuskan seluruh jaminan sosial dan menggantinya dengan uang tunai sebesar US$10 ribu (Rp134 juta) bagi semua warga setiap tahunnya.
Hmm.. kira-kira kalau ini terjadi di Indonesia apakah akan ditolak juga ya?

BACA JUGA: Bikin Kesel! Tertangkap Kamera, Sebenarnya Begini Pengemis Cacat Itu
Dikutip wajibbaca dari Indozone, Sebanyak 2.500 Franc (33 Juta) Setiap bulan untuk diberikan kepada Warga Swiss secara Cuma-Cuma. Tapi ternyata dengan tegas mereka menolak uang saku tersebut. Alasannya, rencana ini hanya membuang-buang dana anggaran negara saja.
Sebuah petisi yang digagas oleh pemilik kafe di Basel, Daniel Haeni dan kawan-kawannya menunjukkan, sebanyak 76,9 persen warga menyatakan 'tidak' untuk gaji dasar warga di Swiss. Petisi dukungan ini dilakukan dengan sistem demokrasi langsung.
Sejak 2013, perdebatan mengenai rencana pemerintah agar memberikan uang secara cuma-cuma sebesar 2.500 franc kepada orang dewasa dan 625 franc (setara Rp 8,5 juta) untuk anak-anak di bawah 18 tahun setiap bulan, mendapat pro dan kontra. Gaji tersebut diberikan tanpa syarat sebagai bentuk penghargaan terhadap martabat manusia dan demi meningkatkan layanan publik.
Dikutip dari Reuters, melaporkan para penentang rencana tersebut kemudian membuat petisi dukungan. Hingga kemarin, sudah lebih dari 100 ribu orang menandatangani petisi ini. Ide ini menuai perhatian dunia dan berujung pada referendum kemarin.
Para penentang, termasuk di dalamnya pemerintah Swiss, mengatakan rencana ini terlalu banyak menghabiskan anggaran negara. Selain itu, rencana tersebut berpotensi melemahkan ekonomi. Pemerintah Swiss mengatakan, mereka harus menyediakan 25 miliar franc setiap tahunnya untuk menggaji warga. Hal ini akan memicu kenaikan pajak, pemotongan anggaran, dan merusak ekonomi.
Seorang warga yang menolak, Meleani, mengatakan pemberian uang itu sangat membahayakan negara. "Saya kira sangat berbahaya saat seseorang dipenuhi seluruh kebutuhannya, maka masyarakat sudah tidak merasa bertanggung jawab lagi mengurus orang lain yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri," kata Meleanie.
Selain itu parlemen mengatakan, gaji cuma-cuma akan membuat warga Swiss malas untuk bekerja dan memilih tinggal di rumah. Swiss bukan satu-satunya negara yang diwarnai perdebatan soal gaji dasar warga.
Finlandia berencana menghapuskan seluruh jaminan sosial dan menggantinya dengan uang tunai sebesar US$10 ribu (Rp134 juta) bagi semua warga setiap tahunnya.
Hmm.. kira-kira kalau ini terjadi di Indonesia apakah akan ditolak juga ya?