Sungguh Sangat Sedih, Derita Keluarga Manusia Serigala, Penyakit Langka Yang Bukan Lagi Mitos
Penulis Penulis | Ditayangkan 20 Sep 2016Balita itu asyik berguling-guling di atas karpet. Seperti tak berbeda dengan balita lainnya. Namun jika diperhatikan dengan saksama, ada yang berbeda dari bocah laki-laki berusia lima bulan itu. Ia mewarisi secara utuh gen Manusia Serigala dalam keluarganya
Dilansir dari citizen.liputan6.com Rambut hitam tebal menutupi punggung, lengan, dan kaki anak itu. Bukan, Manusia Serigala sama sekali bukan mitos belaka. Kondisi ini merupakan penyakit langka yang hanya terjadi satu berbanding satu miliar orang di dunia. Mereka menyebutnya hypertrichosis universalis.
Hati Manisha Sambhaji Raut (22) dari Pune, India tengah, remuk. Ia mendapati anaknya mewarisi kondisi genetik yang sama seperti ia dan dua saudari perempuannya.
sumber gambar mirror
"Aku selalu merasa jijik saat melihat rupaku di cermin. Dan kini, aku bertanya-tanya bagaimana anakku akan melalui cobaan yang sama," tutur Manisha seperti dikutip dari Mirror, Selasa (20/09/2016).
Sewaktu kecil, Manisha dan saudarinya selalu menerima ejekan dari orang-orang di sekitarnya. Mereka dijuluki hantu, beruang, manusia serigala, dan monyet. Saat menikah, Manisha berharap anaknya tak akan merasakan penderitaan yang sama. Sayang, harapannya kandas.
"Tapi bagaimanapun, dia adalah anakku. Aku akan mencintainnya tanpa syarat. Sama seperi cara ibu merawatku."
sumber gambar mirror
Manisha tak pernah berharap banyak. Ia hanya ingin anaknnya tumbuh seperti anak normal lainnya. Tak ada obat untuk penyakit yang dikenal sebagai Sindrom Werewolf ini. Manisha dan saudarinya hanya bisa menggunakan krim perontok bulu untuk menghapus bulu-bulu tersebut.
Manisha dan suaminya memiliki sebuah warung permen. Pernikahan mereka bahagia sampai anak mereka lahir. Suami Manisha tak mempermasalahkan kondisi anaknya. Tapi tidak dengan ibu mertua Manisha.
sumber gambar mirror
"Ia terus merintih dan mengatakan kalau anakku jelek dan terlihat seperti monyet. Aku merasa marah dan terluka, tapi tak ada yang bisa kulakukan."
"Ia memaksaku memakaikan krim yang sama pada anakku. Tapi kulitnya terlalu sensitif. Dia masih terlalu kecil. Anakku selalu menangis karena kulitnya berubah merah saat dipakaikan krim tersebut. Ia bukan manusia serigala."
Dilansir dari citizen.liputan6.com Rambut hitam tebal menutupi punggung, lengan, dan kaki anak itu. Bukan, Manusia Serigala sama sekali bukan mitos belaka. Kondisi ini merupakan penyakit langka yang hanya terjadi satu berbanding satu miliar orang di dunia. Mereka menyebutnya hypertrichosis universalis.
Hati Manisha Sambhaji Raut (22) dari Pune, India tengah, remuk. Ia mendapati anaknya mewarisi kondisi genetik yang sama seperti ia dan dua saudari perempuannya.
sumber gambar mirror
"Aku selalu merasa jijik saat melihat rupaku di cermin. Dan kini, aku bertanya-tanya bagaimana anakku akan melalui cobaan yang sama," tutur Manisha seperti dikutip dari Mirror, Selasa (20/09/2016).
Sewaktu kecil, Manisha dan saudarinya selalu menerima ejekan dari orang-orang di sekitarnya. Mereka dijuluki hantu, beruang, manusia serigala, dan monyet. Saat menikah, Manisha berharap anaknya tak akan merasakan penderitaan yang sama. Sayang, harapannya kandas.
"Tapi bagaimanapun, dia adalah anakku. Aku akan mencintainnya tanpa syarat. Sama seperi cara ibu merawatku."
sumber gambar mirror
Manisha tak pernah berharap banyak. Ia hanya ingin anaknnya tumbuh seperti anak normal lainnya. Tak ada obat untuk penyakit yang dikenal sebagai Sindrom Werewolf ini. Manisha dan saudarinya hanya bisa menggunakan krim perontok bulu untuk menghapus bulu-bulu tersebut.
Manisha dan suaminya memiliki sebuah warung permen. Pernikahan mereka bahagia sampai anak mereka lahir. Suami Manisha tak mempermasalahkan kondisi anaknya. Tapi tidak dengan ibu mertua Manisha.
sumber gambar mirror
"Ia terus merintih dan mengatakan kalau anakku jelek dan terlihat seperti monyet. Aku merasa marah dan terluka, tapi tak ada yang bisa kulakukan."
"Ia memaksaku memakaikan krim yang sama pada anakku. Tapi kulitnya terlalu sensitif. Dia masih terlalu kecil. Anakku selalu menangis karena kulitnya berubah merah saat dipakaikan krim tersebut. Ia bukan manusia serigala."