Prihatin! Di Papua, Belajar Hanya Bermodalkan Sebatang Lilin. Masih Malas Belajar?

Penulis Unknown | Ditayangkan 29 Sep 2016
Listrik adalah salah satu kebutuhan hidup manusia saat ini. Mulai dari mencuci, makan, bekerja dan belajarpun juga membutuhkan listrik. Tapi di Papua, hingga saat ini listrik masiih dianggap langka.

Prihatin! Di Papua, Belajar Hanya Bermodalkan Sebatang Lilin. Masih Malas Belajar?

BACA JUGA: Suka Duka "Pria Wajah Alien" Ini, Bikin Menyayat Hati

Walaupun begitu, para pelajar di Distrik Oklip, Kabupaten Bintang, Papua, tetap semangat belajar walaupun hanya ditemani 1 batang lilin saja.  Hal ini terjadi karena di sana hanya ada dua alat untuk menyalakan lampu, yaitu genset dan panel surya, dan tidak semua masyarakat memilikinya.

Seorang guru dari Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM-3T), Yogi Suwondo menceritakan, lilin menjadi modal utama untuk penerangan, termasuk bagi siswa yang ingin belajar.

Menurut dia, keterbatasan fasilitas tersebut tak mengurangi semangat murid-muridnya untuk menimba ilmu. "Mereka membeli lilin dan digunakan belajar bersama," tuturnya disitat dari laman UNY, Kamis (29/9/2016).

Yogi mengungkapkan, salah satu siswa bernama Asep cukup membuatnya berdecak kagum. Sepulang sekolah, Asep memiliki kewajiban membantu orangtuanya berkebun. Padahal, jarak kebun tersebut jauh dari perkampungan warga.

"Kegiatan yang dia lakukan adalah membersihkan dan menggarap lahan, menanaminya dengan ubi, mencabuti rumput sampai memanennya. Ketika pekerjaan di kebun dirasa cukup dia dan orangtuanya kembali ke rumah," ucapnya.

Tak hanya Yogi, sarjana SM-3T lainnya, Dwi Septiana, Yayuk Widyastuti dan Suraban juga merasakan hal yang sama. Walaupun ditengah keterbatasan fasilitas, para siswanya tetap datang untuk meminta jam tambahan.

Cowok yang lahir di Jambi 21 Oktober 1989 tersebut menambahkan, sebenarnya siswa di sana tidak bodoh, hanya nasibnya kurang beruntung karena minimnya fasilitas pendidikan. Selain itu, mereka juga kekurangan guru.

"Bahkan siswa yang tinggal di pedalaman harus berangkat sekolah setelah subuh dengan berjalan kaki dan sampai di rumah pada malam harinya," ujarnya. Begitu besarnya semangat mereka dalam belajar ditengah keadaan yang tidak memadai. Pertanyaannya, masih malas belajar?
SHARE ARTIKEL