Mencari Bukti Besar, Benarkah Pizza Hut dan Marugame pernah gunakan bahan kedaluwarsa? Bag 2
Penulis Penulis | Ditayangkan 05 Sep 2016Seberapa sering anda berkunjung ke tempat makan yang sudah sangat terkenal di banyak negara dan di berbagai kota di indonesia, bahkan otletnya hampir sudah ada di tiap negara, tempat makan yang terkenal dengan makanan siap sajinya seperti pizza, burger, spageti, kentang goreng dan minuman bersodanya ini ternyata memiliki sebuah rahasia yang tidak banyak diketahui orang, seperti yang di himpun dari bbc.com.
Jangan lupa baca bagian 1 : Mencari Bukti Besar, Benarkah Pizza Hut dan Marugame pernah gunakan bahan kedaluwarsa? Bag 1
Kepada Tim BBC-Tempo yang mendatangi kantornya, Presiden Direktur Sriboga Raturaya, induk Sriboga Food Group, Alwin Arifin – mengaku bahwa dia telah diperiksa polisi beberapa kali, namun menyebut dugaan itu tidak benar dan bahkan merupakan fitnah.
“Saya dilarang polisi (bicara ke media)… Pokoknya, kuncinya (tudingan itu) gak bener. Itu fitnah,” katanya pendek saat diminta komentarnya.
Stephen McCarthy, Presiden Direktur PT. Sarimelati Kencana, anak perusahaan PT Sriboga Raturaya yang mengelola operasional Pizza Hut dan PHD dalam email kepada tim BBC-Tempo juga membantah.
“Kami tidak pernah dan tidak akan pernah menyimpan, mendistribusikan, ataupun menggunakan produk yang tak layak dikonsumsi,” tulis Stephen McCarthy dalam emailnya.
Lepas dari itu, dokumen yang diperoleh tim investigasi BBC Tempo memperlihatkan bahwa perpanjangan masa simpan di Pizza Hut Indonesia telah diinformasikan ke Pizza Hut Asia di Singapura.
Pankaj Batra, Direktur Marketing Pizza Hut Asia, lewat surat elektronik , tidak menyangkal bahwa memang pernah terjadi perpanjangan masa simpan yang dilakukan pemegang franchise Indonesia, namun menurutnya, itu dilakukan secara sah.
“Perpanjangan masa simpan dapat disetujui oleh bagian QA dari pemegang franchise lokal, hanya setelah mereka menerima rekomendasi tertulis dari produsen atau pemasok untuk mengkonfirmasi bahwa masa simpan dapat diperpanjang, dan tidak ada resiko keamanan. Bagian R&D atau QA juga diharapkan melakukan uji sensorik internal,” tulis Pankaj Batra.
“Pemegang waralaba kami di Indonesia telah mengkonfirmasi bahwa proses tersebut telah dilakukan,” tandasnya.
Masalahnya, perpanjangan masa simpan, jika benar dilakukan, merupakan pelanggaran hukum, kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, Suratmono.
“Apapun alasannya, Undang-Undang Pasal 90 (menyebutkan), setiap orang dilarang mengedarkan pangan tercemar... Dan produk lewat tanggal kedaluarsa itu termasuk pangan tercemar,” kata Suratmono.
Lepas dari berbagai bantahan, polisi sudah melakukan penggrebekan ke sebuah gerai Marugame Udon dan gudang milik Sriboga Food Group (SFG), pada 26 April lalu dan menyita sejumlah barang bukti.
Penggrebekan dilancarkan terhadap gerai Marugame Udon di pusat berbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan, dilanjutkan ke gudang penyimpanan bahan beku SFG di Bekasi, yang menurut poisi dipakai untuk bahan-bahan bagi Pizza Hut, PHD dan Marugame Udon. Betapapun, sejauh ini penyelidikan hanya menyasar Marugame.
Asep Adisaputra, Kasubdit Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) mengatakan, memang mereka tidak menemukan bukti awal terkait Pizza Hut.
"Kasus ini sedang dalam penanganan dan penyidikan kami. Masih dalam pendalaman. Kita juga masih menunggu hasil laboratorium untuk kemungkinan bisa terjadi atau akibat (kesehatan) dari yang mereka lakukan," kata Asep.
Ia mewanti-wanti, proses hukum yang dilakukan polisi untuk kasus ini masih 'belum sempurna.'
Sejauh ini polisi juga sudah memeriksa 15 orang, dari petugas outlet hingga manajemen Marugame.
Ia mengukuhkan, polisi menerima laporan pada tanggal 18 April 2016 lalu melakukan penyitaan bubuk bonito dari gudang pendingin (chiller storage) PT. SFG di Bekasi pada tanggal 26 April 2016.
Dari hasil penyitaan di gudang Bekasi, ditemukan bubuk Bonito dalam kemasan 8x250gram, diproduksi 24 Agustus 2015. Dan di labelnya, tanggal kedaluwarsa seharusnya jatuh pada 23 Februari 2016 namun bagian tersebut ditutup label baru bertanggal 23 Agustus 2016.
Menurut polisi, temuan ini sudah dibawa ke laboratorium independen.
Marukei, perusahaan Jepang yang memasok bubuk bonito kepada Marugame Udon menyebut, rasa makanan bisa terpengaruh, namun tidak membuatnya jadi tidak aman atau tidak layak konsumsi.
Menurut Presiden Direktur Marukei, Nobuyasu Sawairi dalam penjelasan kepada BBC–Tempo melalui surel, masa simpan bubuk bonito pada umumnya adalah setahun.
“Karena kelembaban bubuk bonito sangat rendah, maka bakteri tidak akan cepat berkembang, apalagi karena sudah dikemas sedemikian rupa,” tulisnya.
“Jika masa simpannya sudah kedaluwarsa, kami tidak akan merekomendasikan -bukan karena bakteri, tapi karena rasa. Jika produk sudah lewat setahun, jumlah bakteri tidak akan muncul dan berkembang mendadak, namun rasanya akan berubah, sehingga kami tidak merekomendasikan penggunaan produk ini.”
Untuk kasus Marugame Udon, disebutkannya, masa simpan hanya diberikan enam bulan akibat peraturan pemerintah Cina. Marugame mengimpor bubuk bonito dari pabrik Marukei di Shanghai, Cina.
Bubuk bonito pada dasarnya tuna cakalang yang dikeringkan dan diolah menjadi bubuk untuk bahan dasar sup miso dan sebagainya. Selain itu dalam rekapitulasi data masa simpan yang kami peroleh, ada pula beberapa produk makanan lain yang berbasis protein, seperti sosis dan kulit ayam.
Ahli teknologi pangan Institut Pertanian Bogor, Dr Joko Hermanianto memapar, untuk makanan berbasis protein perlu diperhatikan level mikroba di makanan tersebut –karena bisa membuatnya tidak aman dikonsumsi.
Dia juga berkata sosis yang berbasis protein masih aman dikonsumsi lewat sedikit masa kedaluwarsanya jika disimpan dengan baik di pendingin.
“Kalau sebulan masih bisa. Kalau dua bulan mungkin sudah ada yang rusak,” katanya.
Berkas yang kami peroleh menunjukkan, perpanjangan masa kedaluwarsa yang dilakukan terhadap bahan sosis Pizza Hut, memang satu bulan –berada dalam batas aman menurut Hermanianto.
SFG sendiri mengaku selalu melakukan tes mikroba sebelum memperpanjang masa simpan produk makanan.
Betapa pun, ahli teknologi pangan IPB, Prof Purwiyatno Hariyadi mempertanyakan langkah itu. Ia mengakui, tes mikroba dengan yang disebutnya rapid test seperti yang dilakukan SFG, memang cukup untuk mengetahui kandungan mikroba dan memprediksi berapa lama suatu produk dapat bertahan. Namun ini menurutnya tetap problematik.
“Secara teori, (tes itu) cukup kalau mereka memiliki orang yang mengerti di area itu. Tapi itu kan misleading, ada masalah etika disitu,” kata Prof Purwiyatno.
Saat laporan investigasi bersama BBC Indonesia dan Tempo ini siap turun, Pizza Hut dan Marugame menggelar jumpa pers terpisah, namun di tempat yang sama -dengan waktu berselang beberapa menit. Intinya, mereka mengatakan laporan yang menyebut baik "Marugame Udon" maupun "Pizza Hut, PHD dan The Kitchen by Pizza Hut di Indonesia menggunakan produk kedaluwarsa adalah tidak akurat."
Baca Juga : Sebuah Keistimewaan Bagi Caesar Mendapat Undangan Khusus Raja Saudi untuk Berhaji
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan tentunya lebih pintar dan selektif saat mengkonsumsi sebuah makanan yang siap saji.
Jangan lupa baca bagian 1 : Mencari Bukti Besar, Benarkah Pizza Hut dan Marugame pernah gunakan bahan kedaluwarsa? Bag 1
4.Sah dan aman, kata perusahaan
PT Sriboga Muragame Indonesia menyangkal dugaan perpanjangan masa simpan tidak sah tersebut.Kepada Tim BBC-Tempo yang mendatangi kantornya, Presiden Direktur Sriboga Raturaya, induk Sriboga Food Group, Alwin Arifin – mengaku bahwa dia telah diperiksa polisi beberapa kali, namun menyebut dugaan itu tidak benar dan bahkan merupakan fitnah.
“Saya dilarang polisi (bicara ke media)… Pokoknya, kuncinya (tudingan itu) gak bener. Itu fitnah,” katanya pendek saat diminta komentarnya.
Stephen McCarthy, Presiden Direktur PT. Sarimelati Kencana, anak perusahaan PT Sriboga Raturaya yang mengelola operasional Pizza Hut dan PHD dalam email kepada tim BBC-Tempo juga membantah.
“Kami tidak pernah dan tidak akan pernah menyimpan, mendistribusikan, ataupun menggunakan produk yang tak layak dikonsumsi,” tulis Stephen McCarthy dalam emailnya.
Lepas dari itu, dokumen yang diperoleh tim investigasi BBC Tempo memperlihatkan bahwa perpanjangan masa simpan di Pizza Hut Indonesia telah diinformasikan ke Pizza Hut Asia di Singapura.
Pankaj Batra, Direktur Marketing Pizza Hut Asia, lewat surat elektronik , tidak menyangkal bahwa memang pernah terjadi perpanjangan masa simpan yang dilakukan pemegang franchise Indonesia, namun menurutnya, itu dilakukan secara sah.
“Perpanjangan masa simpan dapat disetujui oleh bagian QA dari pemegang franchise lokal, hanya setelah mereka menerima rekomendasi tertulis dari produsen atau pemasok untuk mengkonfirmasi bahwa masa simpan dapat diperpanjang, dan tidak ada resiko keamanan. Bagian R&D atau QA juga diharapkan melakukan uji sensorik internal,” tulis Pankaj Batra.
“Pemegang waralaba kami di Indonesia telah mengkonfirmasi bahwa proses tersebut telah dilakukan,” tandasnya.
Masalahnya, perpanjangan masa simpan, jika benar dilakukan, merupakan pelanggaran hukum, kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, Suratmono.
“Apapun alasannya, Undang-Undang Pasal 90 (menyebutkan), setiap orang dilarang mengedarkan pangan tercemar... Dan produk lewat tanggal kedaluarsa itu termasuk pangan tercemar,” kata Suratmono.
5.Penggrebekan polisi
Lepas dari berbagai bantahan, polisi sudah melakukan penggrebekan ke sebuah gerai Marugame Udon dan gudang milik Sriboga Food Group (SFG), pada 26 April lalu dan menyita sejumlah barang bukti.Penggrebekan dilancarkan terhadap gerai Marugame Udon di pusat berbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan, dilanjutkan ke gudang penyimpanan bahan beku SFG di Bekasi, yang menurut poisi dipakai untuk bahan-bahan bagi Pizza Hut, PHD dan Marugame Udon. Betapapun, sejauh ini penyelidikan hanya menyasar Marugame.
Asep Adisaputra, Kasubdit Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) mengatakan, memang mereka tidak menemukan bukti awal terkait Pizza Hut.
"Kasus ini sedang dalam penanganan dan penyidikan kami. Masih dalam pendalaman. Kita juga masih menunggu hasil laboratorium untuk kemungkinan bisa terjadi atau akibat (kesehatan) dari yang mereka lakukan," kata Asep.
Ia mewanti-wanti, proses hukum yang dilakukan polisi untuk kasus ini masih 'belum sempurna.'
Sejauh ini polisi juga sudah memeriksa 15 orang, dari petugas outlet hingga manajemen Marugame.
Ia mengukuhkan, polisi menerima laporan pada tanggal 18 April 2016 lalu melakukan penyitaan bubuk bonito dari gudang pendingin (chiller storage) PT. SFG di Bekasi pada tanggal 26 April 2016.
Dari hasil penyitaan di gudang Bekasi, ditemukan bubuk Bonito dalam kemasan 8x250gram, diproduksi 24 Agustus 2015. Dan di labelnya, tanggal kedaluwarsa seharusnya jatuh pada 23 Februari 2016 namun bagian tersebut ditutup label baru bertanggal 23 Agustus 2016.
Menurut polisi, temuan ini sudah dibawa ke laboratorium independen.
6.Risiko kesehatan?
Lepas dari persoalan hukum, bagaimana risiko yang dihadapi para konsumen yang menyantap makanan yang dibuat dengan bahan-bahan itu?Marukei, perusahaan Jepang yang memasok bubuk bonito kepada Marugame Udon menyebut, rasa makanan bisa terpengaruh, namun tidak membuatnya jadi tidak aman atau tidak layak konsumsi.
Menurut Presiden Direktur Marukei, Nobuyasu Sawairi dalam penjelasan kepada BBC–Tempo melalui surel, masa simpan bubuk bonito pada umumnya adalah setahun.
“Karena kelembaban bubuk bonito sangat rendah, maka bakteri tidak akan cepat berkembang, apalagi karena sudah dikemas sedemikian rupa,” tulisnya.
“Jika masa simpannya sudah kedaluwarsa, kami tidak akan merekomendasikan -bukan karena bakteri, tapi karena rasa. Jika produk sudah lewat setahun, jumlah bakteri tidak akan muncul dan berkembang mendadak, namun rasanya akan berubah, sehingga kami tidak merekomendasikan penggunaan produk ini.”
Untuk kasus Marugame Udon, disebutkannya, masa simpan hanya diberikan enam bulan akibat peraturan pemerintah Cina. Marugame mengimpor bubuk bonito dari pabrik Marukei di Shanghai, Cina.
Bubuk bonito pada dasarnya tuna cakalang yang dikeringkan dan diolah menjadi bubuk untuk bahan dasar sup miso dan sebagainya. Selain itu dalam rekapitulasi data masa simpan yang kami peroleh, ada pula beberapa produk makanan lain yang berbasis protein, seperti sosis dan kulit ayam.
Ahli teknologi pangan Institut Pertanian Bogor, Dr Joko Hermanianto memapar, untuk makanan berbasis protein perlu diperhatikan level mikroba di makanan tersebut –karena bisa membuatnya tidak aman dikonsumsi.
Dia juga berkata sosis yang berbasis protein masih aman dikonsumsi lewat sedikit masa kedaluwarsanya jika disimpan dengan baik di pendingin.
“Kalau sebulan masih bisa. Kalau dua bulan mungkin sudah ada yang rusak,” katanya.
Berkas yang kami peroleh menunjukkan, perpanjangan masa kedaluwarsa yang dilakukan terhadap bahan sosis Pizza Hut, memang satu bulan –berada dalam batas aman menurut Hermanianto.
SFG sendiri mengaku selalu melakukan tes mikroba sebelum memperpanjang masa simpan produk makanan.
Betapa pun, ahli teknologi pangan IPB, Prof Purwiyatno Hariyadi mempertanyakan langkah itu. Ia mengakui, tes mikroba dengan yang disebutnya rapid test seperti yang dilakukan SFG, memang cukup untuk mengetahui kandungan mikroba dan memprediksi berapa lama suatu produk dapat bertahan. Namun ini menurutnya tetap problematik.
“Secara teori, (tes itu) cukup kalau mereka memiliki orang yang mengerti di area itu. Tapi itu kan misleading, ada masalah etika disitu,” kata Prof Purwiyatno.
Saat laporan investigasi bersama BBC Indonesia dan Tempo ini siap turun, Pizza Hut dan Marugame menggelar jumpa pers terpisah, namun di tempat yang sama -dengan waktu berselang beberapa menit. Intinya, mereka mengatakan laporan yang menyebut baik "Marugame Udon" maupun "Pizza Hut, PHD dan The Kitchen by Pizza Hut di Indonesia menggunakan produk kedaluwarsa adalah tidak akurat."
Baca Juga : Sebuah Keistimewaan Bagi Caesar Mendapat Undangan Khusus Raja Saudi untuk Berhaji
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan tentunya lebih pintar dan selektif saat mengkonsumsi sebuah makanan yang siap saji.