Niar, Siswi SD Ini Jadi Pemulung demi Nafkahi Diri dan Neneknya

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 18 Aug 2016
Niar, Siswi SD Ini Jadi Pemulung demi Nafkahi Diri dan Neneknya

Menjadi pertanyaan apakah negeri ini benar-benar merdeka. Disaat HUT RI yang ke 71 ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak rakyat dinegeri ini yang masih hidup pas-pasan bahkan kekurangan. Seperti ini contohnya : Karena Kemiskinan Mereka hanya Tinggal di Hutan dan makan dedaunan

Masih banyak masyarakat kita yang harus terus bekerja keras demi mempertahankan hidup.

Hal itu juga dialami Dian Nurlianti, seorang bocah yang masih duduk di bangku kelas IV SDN 18 Baruga, Kendari.

Ia rela menghabiskan waktu berkeliling memungut sampah untuk mencari nafkah dan juga untuk mewujudkan cita-cita besarnya menjadi seorang dokter gigi.

Niar, Siswi SD Ini Jadi Pemulung demi Nafkahi Diri dan Neneknya

Dokter gigi sudah menjadi cita-cita Niar sejak kecil. Hal itu berdasarkan pengalamannya setelah mengalami sakit gigi.

"Awalnya gigiku sakit dan goyang-goyang langsung saya cabut sendiri," ungkapnya sambil tersenyum.

Niar, nama panggilan bocah berumur 11 tahun, ini harus membuang masa bahagianya bermain demi memungut barang bekas untuk kelangsungan hidup bersama nenek tercintanya, Sunarsih (56), demikian dilansir oleh kompas.com.

Sehabis pulang sekolah, Niar harus mengayuh gerobak hingga puluhan kilometer memungut botol dan gelas mineral tanpa rasa malu. Saking semangatnya bekerja, bocah ini pernah menabrak mobil yang tengah diparkir di pinggir jalan.

Baca Juga : MIRIS : Anak - Anak SD ini, Tiap Hari Seberangi Sungai Buaya untuk Pergi ke Sekolah

"Itu pengalamanku yang tidak terlupakan, ketika saya kayuh sepeda gerobak mataku liat bak sampah ternyata di depan ada mobil parkir dan langsung saya tabrak. Jatuh tapi tidak luka ji," terangnya.

Barang-barang rongsokan kemudian dikumpulnya dan dijual untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagian disimpan untuk biaya sekolahnya.

Hasil dari memulung barang plastik bekas bersama neneknya bisa laku dijual dalam seminggu mencapai Rp 100.000 dan paling tinggi Rp 200.000. Penghasilan keduanya memang tidak cukup, apalagi biaya kebutuhan pokok semakin mahal ditambah lagi kebutuhan sekolah sang bocah.

"Kalau tidak cukup uang ya terpaksa tidak bisa bayar buku pelajaran, saya tidak dapat kartu Indonesia pintar seperti anak lain yang kurang mampu," tutur Niar di gubuk tempatnya tinggal bersama sang nenek, Rabu (17/8/2016).

Niar dan neneknya tinggal di gubuk ukuran 3x1,5 meter di kompleks pemulung di jalan Sao-Sao, Kelurahan Bende, Kendari.

"Kami menumpang di sini dan hanya bayar air dan listrik, yang punya rumah Mbak Darso pengumpul barang bekas," ungkap Sunarsih, nenek Niar.

Menurut sang nenek, Niar dia rawat sejak kecil lantaran kedua orangtuanya bercerai.

“Orangtuanya berpisah, cucuku ini saya pelihara sejak masih kecil. Cucuku ini sangat sabar dan semangat kalau ke sekolah,” kata Sunarsih.

Ia bahkan pernah melarang sang cucu untuk tidak memulung karena harus fokus sekolah, tapi Niar berkeras tetap membantunya.

"Dia kasian lihat saya sudah tua mungkin, jadi pulang sekolah Niar ikut memulung. Setiap jam 1 mulai bekerja dan pulang jam 5 sore, jadi belajar pas malam mi," ujarnya.

Untuk itu, Sunarsih berharap sang cucunya bisa sukses dalam pendidikan dan meraih cita-citanya sebagai dokter.

"Ya, saya selalu berdoa semoga cucuku bisa sekolah minimal sampai tingkat SMA, syukur kalau menikmati bangku kuliah," harapnya.

Doa untuk Niar, semoga ia tidak patah semangat dan dapat capai cita-citanya. Dan semoga pemerintah setempat tahu hal ini, dan memperhatikan kondisi mereka agar segera mendapatkan bantuan.
SHARE ARTIKEL