Kenapa Harga Rokok Dinaikkan? Pertanyaan Banyak Orang yang Kini Terjawab
Penulis Unknown | Ditayangkan 20 Aug 2016
Selama ini, harga rokok di bawah Rp 20.000 dinilai menjadi penyebab tingginya jumlah perokok di Indonesia. Hal tersebut membuat orang yang kurang mampu hingga anak-anak sekolah mudah membeli rokok.
BACA JUGA : Harga Rokok Naik 50.000 Mulai Bulan September
Dilansir dari kompas.com dengan menaikkan harga rokok diharapkan dapat menurunkan prevalensi perokok, terutama pada masyarakat yang tidak mampu. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Hasbullah dan rekannya, sejumlah perokok pun akan berhenti merokok jika harganya dinaikkan dua kali lipat.
Survei tersebut dilakukan terhadap 1.000 orang melalui telepon dalam kurun waktu Desember 2015 sampai Januari 2016. Sebanyak 72 persen mengatakan akan berhenti merokok kalau harga rokok di atas 50.000 rupiah. Hasil studi juga menunjukkan, 76 persen perokok setuju jika harga rokok dan cukai dinaikkan.
Strategi menaikkan harga dan cukai rokok pun sudah terbukti efektif menurunkan jumlah perokok di beberapa negara. Pasalnya, harga rokok di Indonesia memang paling murah dibanding negara lain. Di Singapura, harga sebungkus rokok bisa mencapai 120.000 rupiah. Namun, di Indonesia, hanya 12.000 rupiah sudah bisa mendapat satu bungkus rokok.

1. Tingginya jumlah perokok di indonesia memicu beban ekonomi.
Tingginya jumlah perokok di Indonesia meningkatkan beban ekonomi karena banyak masyarakat yang akhirnya sakit-sakitan karena efek merokok. Di sisi lain peningkatan harga rokok dan cukai pun bisa meningkatkan pendapatan negara. Apabila harga rokok dinaikkan dua kali lipat menjadi 50.000 rupiah maka paling tidak ada tambahan dana 70 triliun untuk bidang kesehatan.
2. Anak-anak dan Remaja Akan Terlindung
Jika harga rokok naik maka anak-anak akan berpikir untuk tidak membeli. Karena sering ditemui banyak pelajar yang merokok dan lalai pada tanggung jawab. Padahal merekalah penerus bangsa, jangan sampai rusak karena merokok
Nah, itulah pertimbangan pemerintah menaikkan harga rokok. Silakan beropini dan jangan lupa berpikirlah dengan bijak.