Harga Rokok Menjadi Rp 50.000 Ribu, Industri Rokok Bakal Berantakan

Penulis Penulis | Ditayangkan 20 Aug 2016

PT Gudang Garam Tbk tak yakin rencana kenaikan cukai rokok sebesar 10 persen oleh pemerintah pusat bakal efektif. Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bakal mengumumkan kenaikan harga rokok pada Oktober 2016.

 Harga Rokok Menjadi Rp 50.000 Ribu, Industri Rokok Bakal Berantakan

Cukai itu diharapkan bisa mengendalikan konsumsi dan peredaran rokok. "Sejauh ini, baru wacana," kata Direktur Gudang Garam Istata Taswin Sidharta saat jumpa pers dalam acara Investor Summit dan Capital Market Expo di Surabaya, Kamis, 18 Agustus 2016.

Dia menilai isu kenaikan cukai oleh pemerintah pusat belum mempengaruhi industri rokok. "Kami yakin pemerintah akan bijak memperhitungkan seberapa besar kenaikan cukai yang ideal," ucapnya.

Seperti dilansir dari beritaislam24h.com Rencana kenaikan harga rokok dari Rp 20 ribu menjadi Rp 50 ribu per pak dirasa memberatkan industri. "Saya rasa akan berantakan."

Apalagi volume penjualan rokok secara industri, ujar dia, cenderung menurun atau flat. Volume penjualan mereka turun sekitar 2 persen. Lalu volume penjualan untuk sigaret kretek mesin (SKM) full flavour turun sebesar 2,4 persen menjadi 28,9 miliar batang.

Sedangkan di kategori SKM rendah tar dan nikotin (SKM LTN), volume penjualannya turun sebesar 1,6 persen menjadi 4,6 miliar batang. "Untuk volume penjualan SKT (sigaret kretek tangan) meningkat sebesar 1,9 persen menjadi 4,2 miliar batang."

Meski begitu, pendapatan Gudang Garam pada semester pertama 2016 meningkat 11,2 persen atau setara dengan Rp 37 triliun. Jumlah ini, tutur Istata, lebih besar dibanding pendapatan tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp 33,2 triliun.

Sementara itu, jumlah penghasilan komprehensif pada semester pertama tahun ini meningkat 19,2 persen menjadi Rp 2,9 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,4 triliun.

Meski volume penjualan turun 2 persen, pihaknya optimistis dan realistis ke depan. "Kami menunggu ada perubahan positif di industri rokok," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman.

Menurut Heru, salah satu faktor penurunan industri rokok ialah kondisi cuaca yang tak menentu, seperti yang terjadi pada 2015. Pihaknya pun tak bisa memperkirakan, apakah cuaca 2016 akan lebih baik daripada sebelumnya. "Kami harap cuaca yang akan berlangsung tidak lebih buruk," ucapnya.

Capital expenditure alias pengeluaran modal Gudang Garam pada 2016 sebesar Rp 1-2 triliun per tahun. "Sampai Juni ini, sudah keluar sekitar Rp 1,2 triliun," ujarnya.

Apapun yang akan menjadi kebijakan pemerintah, sebaiknya di pertimbangkan dengan benar-benar dalam pengambilan sebuah keputusan, sebab jika industri rokok banyak yang kalang kabut dalam menghadapi kebijakan ini tentunya akan berimbas pada sumber daya manusia yang menggantungkan hidupnya dalam industri rokok.
SHARE ARTIKEL