Deretan Penghianatan Pasukan Elite Militer Pengawal Presiden

Penulis Penulis | Ditayangkan 26 Jul 2016

Deretan Penghianatan Pasukan Elite Militer Pengawal Presiden

Upaya kudeta yang dilakukan sekelompok anggota militer Turki berakhir dengan kegagalan. Alhasil, ribuan tentara ditangkapi, mulai dari para jenderal hingga tentara yang masih tamtama sekalipun. Tak hanya itu, sejumlah akademisi, dosen, dan warga yang diduga terkait langsung dengan kudeta tersebut juga dibekuk

Rupanya, kalangan militer yang ditangkapi tak hanya berasal dari luar istana saja, bahkan lingkaran ring 1 diduga ikut terlibat. Kondisi itu terlihat dari penangkapan yang dilakukan terhadap 300 anggota pasukan elite pengawal presiden Turki.

Pembubaran ini diketahui dalam pengumuman yang dilakukan Perdana Menteri Binali Yildirim kepada sebuah saluran TV. Dengan lantang, dia menyatakan resimen tersebut "tidak dibutuhkan".

Tindakan itu dilakukan usai diperpanjangnya status darurat negara yang diumumkan Presiden Recep Tayyip Erdogan setelah kudeta berakhir. Dengan status tersebut, presiden dan kabinetnya memiliki kekuasaan tak terbatas untuk membuat undang-undang baru, membatasi atau menahan hak dan kebebasan warganya.

"Tidak akan ada lagi pengawalan presiden, buat apa, tak ada kebutuhannya," kata Yildirim pada saluran televisi A Haber.

Sebelum dibubarkan, jumlah pengawal presiden diperkirakan mencapai 2.500 personel. Meski jumlah yang ditangkap hanya mencapai 283 orang, namun tak menghalangi pemerintah untuk membubarkan mereka.

Selain pengawal Presiden Erdogan, sejumlah pengkhianatan juga pernah dilakukan pasukan elite lainnya. Padahal mereka seharusnya menjadi pengawal yang tangguh dalam menjaga keselamatan kepala negara.

Seperti dilansir dari merdek.com Siapa saja mereka, berikut rangkumannya:

Deretan Penghianatan Pasukan Elite Militer Pengawal Presiden

1.Intelijen Militer Mesir

Keberadaan pasukan ini terbilang elite dan krusial bagi keamanan Mesir, di mana tugas berat untuk menjaga keamanan negara berada di pundak mereka. Namun, infiltrasi yang dilakukan kelompok ekstremis membuat lembaga ini gagal mencegah tragedi berdarah di negeri itu.

Lembaga yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Mesir ini dituding terlibat dalam kasus pembunuhan Presiden Anwar Sadat pada 6 Oktober 1981 lalu. Hal itu terbukti dengan keterlibatan salah satu anggotanya Letnan Kolonel Abboud al-Zoumor yang kemudian dibekuk aparat Mesir.

Jauh sebelum pembunuhan itu berlangsung, rupanya rencana membunuh presiden sudah dilakukan sejak 1979 lalu. Otaknya tak lain Abboud al-Zoumor yang juga simpatisan ekstremis Islam.

Jelang hari penghakiman, al-Zoumor sengaja memasukkan Resimen Artileri ke-17 dalam defile parade kemenangan Yom Kippur. Alhasil, Letnan Satu Khalid el-Islambouli bisa membunuh sang presiden serta menembaki seluruh penonton lainnya.

Akibatnya 11 orang tewas, termasuk Sadat dan 28 penonton lainnya terluka. Dari penyerang, hanya 1 orang yang tewas, sedangkan 3 lainnya terluka dan kemudian dieksekusi mati.

Deretan Penghianatan Pasukan Elite Militer Pengawal Presiden

2.Resimen Tjakrabirawa


Resimen Tjakrabirawa merupakan cikal bakal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Mereka yang menjadi tameng hidup bagi Presiden Soekarno.

Pasukan ini dibentuk oleh Bung Karno atas beberapa peristiwa upaya pembunuhan terhadap presiden oleh sejumlah pembangkang. Pasukan ini terbilang elite, di mana sejumlah anggotanya berasal dari Kostrad, Korps Marinir, Pasukan Gerak Tjepat, dan Brimob.

Brigjen M Sabur ditunjuk menjadi komandan pertama, sedangkan wakilnya dijabat oleh Kolonel Maulwi Saelan. Nama Tjakrabirawa diberikan Soekarno karena terinspirasi dari nama senjata milik Prabu Kresna dalam mitologi pewayangan.

Dengan demikian, setiap anggotanya berhak memiliki 'Cakra' emas berbentuk segilima merah gelap sebagai badge dan baret merah batu bata di kepalanya.

Namun, keterlibatan Letnan Kolonel Untung dari Detasemen Pasukan Kehormatan dalam Gerakan 30 September membuat nama pasukan ini tercoreng. Ketika pemerintahan beralih ke era Orde Baru, pasukan ini lantas dibubarkan.

Sejak itu, fungsi pasukan ini diambil Polisi Militer, dan namanya diganti menjadi Pasukan Pengamanan Presiden dan masih aktif hingga kini.

Deretan Penghianatan Pasukan Elite Militer Pengawal Presiden

3.Resimen Keamanan Presiden Burkina Faso


Tindakan Presiden Burkina Faso, Blaise Compaore untuk mengubah konstitusi soal masa jabatan presiden menimbulkan kegaduhan di negaranya. Jika diubah, maka Compaore bisa maju kembali pada Pemilu 2015, alhasil rakyat memprotes ulahnya tersebut.

Keputusan itu didukung oleh Resimen Keamanan Presiden. Dengan senapannya, mereka menembaki para pendemo dengan peluru serta gas air mata, alhasil tiga orang tewas saat akan menyerbu rumah saudara sang presiden, Francis Compaore.

Tak tahan terus dikecam, sang presiden mundur dan melarikan diri dari negaranya. Tindakan sepihak itu membuat Panglima Militer Jenderal Honore Traore yang mendirikan pemerintahan transisi dan mengangkat dirinya sebagai presiden. Keputusan itu tak disetujui rakyatnya.

Di saat bersamaan, Letnan Kolonel Yacouba Isaac Zida, orang kedua di resimen tersebut, juga mengklaim posisi yang sama. Dualisme kepemimpinan ini membuat negerinya semakin gaduh.

14 September, Komite Reformasi mengumumkan niatnya untuk membubarkan resimen tersebut. Sebab, resimen ini dituding telah melakukan banyak pelanggaran, termasuk pembunuhan seorang jurnalis di barak mereka.

Rupanya keputusan itu tidak diterima sebagian besar anggotanya, mereka langsung melancarkan kudeta. Presiden transisi Michel Kafando ditangkap, begitu juga dengan Perdana Menteri Yacouba Zida serta seluruh anggota kabinetnya.

Sama halnya dengan Turki, kudeta itu tidak mendapatkan dukungan rakyat, termasuk kalangan militer. Setelah muncul pelbagai penolakan, pada 23 September aksi kudeta disudahi dan mereka segera mengakui kesalahan.

Meski demikian, 11 orang terbunuh dalam aksi kudeta tersebut.

SHARE ARTIKEL