HATI - HATI : Memberikan Hadiah Pada Anak, Ini 5 Akibat Buruknya

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 21 Jun 2016

HATI - HATI : Memberikan Hadiah Pada Anak, Ini 5 Akibat Buruknya

Memberikan sesuatu kepada anak, terkadang tidak membuat anak bahagia. Karena kebanyakan adalah orang tua yang menentukan apa yang akan diberikan kepada anak. Bila hadiah sesuai dengan kebutuhan anak itu akan lebih baik.
Suatu misal sesuatu yang disukai, “Nanti Ayah belikan mobil-mobilan kalau pr-nya selesai” Hal seperti ini sudah terkesan akrab di sekeliling kita. Apakah ini tepat? Apakah benar anak menyelesaikan pr sesuai harapan kita? Atau hanya mengejar hadiah mobilnya saja?

Kali ini kita tidak membahas budaya memberi hadiah pada saat ulang tahun, tetapi yang akan kita bahas adalah hadiah sebagai pemicu perilaku baik atau disiplin yang sering disalahartikan. Dimana hadiah tersebut tidak membentuk perilaku baik, tetapi malah sebaliknya semakin merusak perilaku.

Di dalam mendidik karakter anak, perilaku dibentuk dengan berbagai macam teknik dan pendekatan. Salah satunya dengan modifikasi perilaku yang menggunakan hadiah dan yang tidak menggunakan hadiah.

Hadiah menimbulkan rasa senang dan gembira, pertanyaan saya adalah bisakah rasa senang dan gembira dimunculkan tanpa hadiah? Bisa, dan ada banyak caranya. Banyak orangtua tidak memahami hal ini, atau bahkan berpikir mengenai hal ini. Dilansir laman pendidikankarakter.com, memang hadiah adalah cara yang paling mudah memunculkan akibat senang, dicintai, diperhatikan dan sejenisnya. Tapi jika ini diberikan terus, ada dampak bahayanya.
Apa saja 5 dampak buruk dari hadiah?

1. Alih alih agar anak bersikap baik malah semakin buruk.

Hadiah biasanya dijanjikan sebelum perilaku baik yang diharapkan muncul. Hal ini sering digunakan mengontrol atau memanipulasi anak. Sehingga anak tidak memahami dengan baik alasan mengapa perilaku baik harus dibiasakan muncul, karena anak hanya terfokus pada hadiah. Lebih parah lagi apabila yang dijanjikan orangtua tidak ditepati, kadangkala hal ini justru dapat menyebabkan perilaku buruk anak semakin menjadi-jadi.

Baca Juga : ORANG TUA : Inilah 4 Manfaat Menjadi Pendengar yang Baik Bagi Anak

2. Mendidik anak menjadi penuntut

Jika ingin sikap baik konsisten, maka hadiah juga konsisten, tetapi hal ini akan memberatkan orang tua. Jadi orang tua hanhya memberikan hadiah pada anak pada waktu tertentu saja yang dianggap baik. Akibatnya kita mendidik anak yang hanya bisa menuntut.

3. Anak sulit mengerti kebahagian akan arti keberhasilan.

Dalam hal ini hadiah mengajarkan anak untuk fokus diluar dirinya. Keberhasilan menjadi nomor sekian dan hadiah menjadi nomor 1. Hal ini menyebabkan anak kesulitan untuk memahami rasa, dan akibat dari perbuatan baik yang akan menyenangkan di hatinya. Orangtua perlu mendidik rasa dan emosi anak, seperti rasa bermakna, percaya diri, dan menghargai diri sendiri saat dia berhasil mencapai sesuatu yang baik.

4. Perkembangan anak hanya menurut besaran nilai hadiah yang diberikan.

Mengapa demikian ? Karena seringkali yang menentukan hadiah adalah orangtua. Hal ini menyebabkan ukuran keberhasilan perilaku sering tidak berimbang, hadiah terbaik hanya untuk perilaku yang sudah dia kuasai, atau sebaliknya.  Anak focus pada hadiah, bila nilai hadiah tak lebih dari apa yang diusahakanya maka tak ada keinginan lebih lanjut untuk maju.

5. Hadiah mengajarkan anak memanipulasi orangtua

Karena hadiah diberikan jika anak sukses dalam perilaku atau pencapaiannya. Sejatinya anak butuh didampingi dalam proses mendapatkan perilaku yang baik, tetapi di generasi “microwave” ini semua ingin serba instant, dan yang terpenting adalah hasil. Sehingga secara tidak sadar hal ini mengajarkan anak memanipulasi orangtua, yang penting perilaku baik sudah muncul, dan anak akan mendapatkan hadiahnya.

Baca Juga : Penting Bagi Bumil : Suara dan Getaran Ponsel Dapat Mengganggu Janin

Membahagiakan anak tidak selalu dengan hadiah, ada banyak cara. Marilah sebagai orangtua kita belajar untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak harus diperhatikan. Terkadang anak hanya butuh dukungan pada proses ia berusaha, bukan hanya hadiah atas keberhasilanya.
SHARE ARTIKEL