8 Solusi Menghadapi Anak yang Pemalu dan Penakut

Penulis Unknown | Ditayangkan 18 May 2016

Setiap anak lahir dengan karakter dan watak bawaan yang berbeda-beda. 

Ada yang ceria, pendiam, pemberani, pemalu, penakut, dll. 

Dan setiap orang tua tentunya diharapkan untuk bisa memahami karakter dari buah hati mereka agar mereka dapat menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak.

Dari beberapa karakter yang dimiliki anak, sekitar 15 persen anak termasuk pemalu dan lambat beradaptasi dengan suasana baru. 

Hal itu sebetulnya sudah bisa dilihat sejak mereka masih bayi. 

Di usia sekitar tujuh hingga sembilan bulan, bayi biasanya tersenyum kepada orang baru yang menggodanya. 

Tetapi, anak yang pemalu justru akan rewel, atau menangis dan menyembunyikan wajah di pelukan mama atau pengasuhnya.

8 Solusi Menghadapi Anak yang Pemalu dan Penakut

Baca Juga: Kakak dan Adik Sering Bertengkar? Orang Tua Tak Perlu Terlalu Cemas, Inilah Artinya

Anak yang memiliki karakter seperti itu biasanya juga lebih peka dan sensitif. 

Sedikit perubahan saja terhadap rutinitas sudah bisa membuat ia merasa tidak nyaman, rewel, atau bahkan ketakutan. 

Ia juga cenderung merupakan pengamat yang baik, sehingga dengan cepat ia akan mengenali beberapa tanda di jalan menuju tempat praktik dokter. 

Tak heran kalau ia sudah mulai menangis, bahkan sebelum tiba di sana.

Berikut langkah-langkah atau solusi yang harus orang tua lakukan dalam menghadapi anak yang pemalu. 

Penakut dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya yang dikutip dari laman parenting.co.id.

Kiat untuk Orang Tua Dalam Menghadapi Anak Pemalu

8 Solusi Menghadapi Anak yang Pemalu dan Penakut

Baca Juga6 Hal Penting yang Perlu Diajarkan Pada Anak Untuk Melindunginya Dari Bahaya Kekerasan Seksual

1. Bersikap ekstra sabar. 

Bila satu dua kali Anda tidak berhasil membujuknya, biarkan saja. 

Tetaplah mengajak ia ke taman bermain yang sama sampai ia merasa lebih familier. 

Setelah merasa lebih nyaman, tanpa Anda bujuk pun, pelan-pelan ia akan mencoba bermain dengan mainan yang diam-diam sebetulnya sudah lama ia incar dan ingin ia mainkan.

2. Hindari memarahi, memaksa, atau memberi ia tekanan. 

Langsung ‘menceburkannya’ ke dalam situasi baru tanpa membiarkan ia pelan-pelan beradaptasi. 

Bisa membuat ia semakin takut dan menarik diri. 

Usahakan agar Anda juga tidak melontarkan kalimat-kalimat pedas sebagai ekspresi kejengkelan. 

Itu justru akan membuat nyalinya semakin ciut.

Bila ayah/bunda memperlakukannya secara tepat dan bersikap menghargai. 

Maka percayalah, ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan bahagia. 

3. Ikuti minat anak

Anak-anak berteman dengan orang yang mau melakukan hal-hal menyenangkan bersama. 

Aktivitas yang dinikmati anak bisa jadi batu loncatan untuk persahabatan.

Jika anak berfokus pada kegiatan yang menyenangkan, ia memiliki sesuatu untuk dilakukan dan dibicarakan dengan teman sebaya dan kecil kemungkinan untuk sendirian atau ditolak.

Beberapa anak pemalu hanya butuh bantuan mengatasi tahap awal. 

Setelah itu, mereka baik-baik saja berinteraksi dengan teman sebaya. 

Aktivitas favorit dapat berfungsi sebagai jembatan ini.

4. Mengajar dan mempraktikkan kata-kata sosial

Sebagian besar interaksi sosial bukan menggunakan lelucon lucu. 

Biasanya yang kita katakan kepada orang lain adalah rutinitas. 

Bantu anak mempelajari skrip atau daftar kata sosial sederhana melalui permainan peran.

Misalnya, menyapa orang dengan kontak mata, suara yang jelas, dan senyum ramah bisa jadi pembuka jalan untuk membentuk persahabatan.

Mengajukan pertanyaan 'apa' dan 'bagaimana' atau memberikan pujian adalah skrip sosial yang bermanfaat.

5. Fokus pada interaksi satu-satu

Banyak anak yang pemalu merasa lebih nyaman dengan hanya satu orang daripada yang mereka lakukan di tengah orang banyak.

Mengatur dan mengikuti kegiatan bermain dapat memberikan anak yang pemalu kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan sosial dan memperdalam persahabatan.

Bahkan memiliki satu teman yang mereka sukai dan yang menyukainya kembali membantu anak-anak merasa lebih bahagia, dan tidak terlalu menjadi sasaran bullying.

6. Menanggapi ketika orang lain ramah

Anak-anak pemalu yang mampu menanggapi dengan hangat tawaran ramah anak-anak lain memiliki waktu yang lebih mudah secara sosial.

Bantu anak mencari perilaku baik dari anak-anak lain, ini bisa menjadi pertanda persahabatan awal.

Bantu anak berlatih merespons dengan hangat, misalnya, jika seseorang memberi anak pujian, respons yang benar adalah ramah dengan mengucapkan terima kasih.

7. Bayangkan perspektif orang lain

Butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar membayangkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi tertentu. 

Untuk mendukung kemampuan ini, bicarakan dengan anak tentang perasaan ketika hal itu muncul.

Bicara tentang perasaan membantu anak-anak memahami pengalaman batin. 

Memiliki mental tentang cara menempatkan diri di lingkungan sosial bisa membantu anak-anak bergaul.

Melihat ke luar dan fokus membantu orang lain untuk merasa nyaman juga dapat membantu anak-anak pemalu melepaskan diri dari perasaan terkekang tersebut.

8. Sabar

Butuh waktu untuk mendidik anak pemalu jadi percaya diri dan bisa bergaul. 

Sebagai orang tua, kita harus mengekspresikan keyakinan kita pada kemampuan anak untuk tumbuh dan belajar.

Dengan bimbingan dan upaya yang gigih, anak dapat mulai membangun koneksi dengan anak-anak lain dan tumbuh percaya diri. Selamat mencoba, Bunda.

Tentunya itu yang semua orang tua harapkan, bukan? Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua.

SHARE ARTIKEL