Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Penulis Vikky | Ditayangkan 04 Apr 2016

Mendaki gunung telah berubah menjadi lifestyle di kalangan anak muda. Bahkan ada yang bilang, belum gaul kalau belum pernah naik gunung Memang sih, berpetualang ke gunung itu mengasyikkan dan juga memicu adrenalin. Tapi tentu saja, kegiatan ini penuh dengan bahaya. Seorang pendaki dituntut untuk bisa bertahan, baik secara fisik maupun mental. Mereka juga harus melawan pelbagai rintangan yang menghadang.

Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Berikut 5 kisah paling tragis yang dialami oleh para pendaki gunung.


1. Beck Weathers, hidung dan kedua tangannya harus diamputasi karena telanjur kena frostbite.


Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Mei tahun 1996, Beck Weathers mengambil sebuah keputusan yang pada akhirnya membuat dirinya cacat seumur hidup. Lelaki pecinta alam ini memutuskan untuk bergabung dalam kelompok pendaki “Adventure Consultants” di New Zealand, yang dipimpin oleh Rob Hall. Sebagai seorang pemimpin, Hall memiliki ambisi besar agar pendakian gunungnya bisa sampai di puncak Mt. Everest, yang merupakan puncak tertinggi di dunia. Namun, pada akhirnya ambisi tersebut membuat Hall dan sejumlah pendaki lainnya mati beku di puncak gunung tersebut. Mereka kelelahan, kedinginan, bahkan kehabisan oksigen.

Dalam peristiwa tragis tersebut, ternyata ada beberapa orang yang berhasil selamat, salah satunya Beck Weathers. Ia gagal menggapai puncak karena gangguan mata yang dideritanya. Setelah bertahan dalam dingin dan kelaparan, ia berhasil kembali base camp. Hanya saja, hidungnya dan kedua tangannya harus diamputasi karena telanjur kena frostbite.

2. Lincoln Hall, ditinggalkan oleh Tim-nya dalam kondisi mengenaskan, diatas ketinggian 8600 m.


Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Kisah yang dialami oleh Lincoln Hall rupanya tak kalah mengenaskan dari apa yang dialami oleh Beck Weathers. Pada tanggal 25 Mei 2006, pendaki asal Australia ini ditinggalkan sendirian oleh timnya saat mereka hendak turun dari puncak Everest.

Sebagaimana yang dilaporkan, Hall terserang cerebral edema ketika melakukan pendakian, yaitu kondisi yang menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran dan berhalusinasi. Sebelumnya, timnya sempat mencoba menyelamatkan Hall selama berjam-jam. Namun upaya itu sia-sia Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk turun ke camp dan meninggalkan Hall diatas ketinggian 8600 m (200 m dari puncak) yang dianggap telah meninggal.

Namun, keesokan harinya Hall ditemukan masih hidup oleh sebuah tim yang tengah melakukan summit push. Mereka mengaku menemukan Hall dalam kondisi mengejutkan, yaitu tanpa peralatan dan nyaris tidak berpakaian. Namun yang lebih mengejutkan, Hall ternyata masih HIDUP. Akhirnya, tim tersebut membatalkan ekspedisi mereka dan segera meyelamatkan Hall.

3. Aron Ralston, terjepit dalam sebuah tebing selama 127 jam, dan memotong pergelangan tanggannya sendiri dengan pisau.


Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Jika kamu pencinta film Hollywood bergenre adventure, tentunya film berjudul “127 Hours” tidak akan asing lagi telingamu. Yup, film ini adalah kisah nyata yang diangkat dari perjuangan seorang pendaki gunung bernama Aron Ralston.

Ketika berpetualang sendirian, secara tak terduga Ralston terperosok ke dalam tebing di Grand Canyon, dan batu besar dengan berat sekitar 360 Kg menjepit pergelangan tangan kanannya. Hal ini membuat ia tak bisa melepaskan diri dan terjebak disana selama 127 jam atau sekitar 5 hari.

Ralston mencoba segala cara untuk membebaskan dirinya, namun usaha yang dilakukannya selalu gagal. Hingga perlahan tubuhnya semakin melemah dan tangannya juga mulai membusuk. Ia juga terkena dehidrasi dan hipotermia.

Tidak ada cara lain, jalan satu-satunya adalah memotong pergelangan tangannya sendiri. Dengan terpaksa, Ralston pun menggunakan pisau lipat tumpul untuk memotong tangannya. Bisa dibayangkan betapa sakit dan perih ketika pisau itu menusuk dagingnya. Tapi ia tetap bertahan. Hingga pada akhirnya, dengan penuh perjuangan, Ralston berhasil memotong tangannya dan ia pun selamat.

4. Art Gilke, mengorbankan diri (menjatuhkan diri ke dasar jurang) demi menyelamatkan sahabat-sahabatnya.


Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Pada bulan Agustus, 1953, sebuah tim Amerika berupaya melakukan pendakian ke puncak tertinggi kedua di dunia, K2 (8611 m). Tim tersebut beranggotakan tujuh orang dan dipimpin oleh Charles Houston. Awalnya perjalanan tersebut berlangsung normal. Namun pada hari ke-7, persediaan oksigen mulai menipis dan mereka terperangkap dalam keganasan alam di ketinggin 7620 m.

Saat itu, salah satu anggota, Art Gilkey roboh akibat pembekuan darah dan emboli paru-paru. Menyadari hal ini, mereka segera membungkus tubuh Gilkey dengan sleeping bag dan berusaha menurunkannya melalui tebing batu.

Namun tumpukan salju dan hantaman badai yang menerjang membuat mereka semua terpeleset dan hampir jatuh ke jurang, kecuali Peter K Schoening. Peter berhasil menancapkan kapaknya pada salju dengan cepat, dan ia berhasil menarik teman-temannya.

Namun seseaat kemudian, mereka menyadari bahwa Gelking telah menghilang dari dalam sleeping bag. Mereka menduga, Gilkey berupaya mengurangi beban ketika nyawa mereka hanya bergantung pada sebuah kapak es milik Peter. Ya, Gilkey telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup keenam kawannya. Jasad Gilkey ditemukan nanti 40 tahun kemudian di dasar dinding selatan ( South Face ) K2.

5. Joe Simpson, dijatuhkan ke jurang oleh sahabatnya karena kondisi darurat.


Ngeri! Inilah 5 Kisah Ekspedisi Pendakian Gunung yang Paling Dramatis Sepanjang Masa

Pada Juni 1985, Joe Simpson dan Simon Yates, dua pendaki asal Inggris mendaki dinding Barat Siula Grande di pedalaman Pegunungan Andes, Peru. Tak lama setelah mencapai puncak setinggi 6.300 meter, keadaan berubah 180 derajat, kaki Simpson patah dan terpaksa harus menuruni gunung menggunakan tali

Ketika berusaha menuruni tebing dengan tali pengaman di pinggang, tiba-tiba gemuruh es datang dan membuat tubuh keduanya terlontar di atas mulut jurang. Karena tali sudah tak mampu menahan beban mereka berdua, akhirnya Simon memutuskan memotong tali tersebut dan membiarkan tubuh Joe jatuh ke jurang.

Setelah itu, Simon berhasil selamat dengan kondisi kelelahan dan didera perasaan bersalah selama 3 hari didalam kemah. Ia mengira Joe telah tewas. Namun pada dinihari sebelum ia pulang, Simon menemukan Joe terbaring di dekat perkemahan dalam kondisi kaki kanan remuk. Memang sulit dipercaya, entah bagaimana caranya Joe behasil keluar dari jurang, bahkan menerjang salju dengan kondisi kaki yang patah.

Bagaimana, apakah anda masih ingin melakukan pendakian? Memang mendaki gunung memberi sensasi tersendiri. Dengan mendaki mereka merasakan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Alangkah lebih baik kita berhati-hati saat melakukan pendakian.

(Sumber: keepo)
SHARE ARTIKEL