Meskipun Telah Merantau Jauh dan Lama, 5 Hal Unik Ini Akan Selalu Melekat di Diri Arek Surabaya
Penulis Unknown | Ditayangkan 31 Jan 2016 Surabaya merupakan ibu kota Jawa Timur. Di Surabaya, bahasa “orang” itu disebut dengan “Arek”. Nah arek-arek surabaya ini memiliki bahasa yang cukup unik yang bisa menyebabkan penganut bahasa lain gagal paham.
Pernahkah kamu ngobrol dengan arek Surabaya / Suroboyo? Jika pernah, kamu pasti merasakan hal yang berbeda. Entah dari cara ngomongnya atau lainnya. Nah, 5 hal unik ini akan selalu melekat di diri arek Surabaya meskipun telah merantau begitu jauh dan lama.
Mungkin karena kehidupan di Surabaya yang memang terkesan keras. Dengan banyaknya warga Surabaya yang semakin menambah persaingan kehidupan, sudah wajar jika arek Suroboyo dituntut untuk selalu bertindak tegas. Apalagi hawa Surabaya yang memang panas. Semakin membumbui watak tegas yang ada pada diri arek-arek Suroboyo.
Ketegasan tersebut tercermin dari cara arek-arek Suroboyo mengambil tindakan. Sejak era penjajahan, orasi Bung Tomo hingga sekarang, ketegasan arek Suroboyo selalu terlihat.
Kenal sama Kartolo? atau grup Srimulat? Mereka itu arek Jawa Timur, lho. Ojo salah, grup lawak yang terkenal seantero nusantara tersebut lahir di Suroboyo, cak. Mereka sukses mengocok perut warga Indonesia dengan lawakan khasnya. Meskipun lawakan khas Surabaya itu terdengar kasar dengan adanya kecenderungan omongan yang ceplas-ceplos, tapi emang begitu wataknya arek-arek Surabaya! Logatnya alamani dari kehidupan asal tempat mereka.
“Nandi? Tak nteni ngarep Malioboro. Aku gawe jaket ireng”
(Dimana? Kutungu depan Malioboro. Aku pake jaket hitam)
“Hah? Kowe nggawe jaket?! Ngapain?!”
(Hah? Kamu bikin jaket?! Ngapain?!)
Kamu arek Suroboyoan yang pernah ngobrol sama cah-cah Jogja dan sekitarnya pasti pernah mengalami miss komunikasi seperti itu. Karena memang ada beberapa kata yang punya beda makna di Jawa Timur dan Jogja, padahal sama-sama memakai bahasa Jawa, loh, mereka. Itulah kenapa sering banget ada salah tangkap ketika kamu dan temenmu asal Jogja kalau pas bicara.
“Koen gak mangan lapo, Kir? Poso a?”
“Iyo. Poso aku.”
“koen poso ben oleh wangsit gawe togel a? Haha”
“Matamu a! Koen paleng seng poso niat e ngunu”
“Ndasmu a!”
Nah, lega kan kalau ada tambahan A di akhir katanya. Bukan berarti harus ada tambahan A di setiap akhir kata. Tapi biasanya akhiran A ini dipakai jika kamu ingin meluapkan emosi kekesalan yang sifatnya sementara. Memang sih arek-arek Suroboyo gak selalu menggunakan akhiran A setiap saat. Tapi demi kepuasan luapan emosi, akhiran A ini tetap setia diucapkan kok!
“Lek koen gak melok kandakno mbokmu, lho?”
“Gundulmu a, cuk! Ojok gowo-gowo mbokku, he!”
“Lha salahmu kate gak melok, cuk!”
“Duaaancok! Iyo-iyo. Melok aku, cuk”
Bagai sayur tanpa garam. Bagai langit tanpa awan. Bagai malam tanpa bintang. Arek Suroboyo yang gak kenal Jancuk itu belum sah mengaku arek Suroboyo. Tak peduli di Jawa Timur atau bahkan di kota rantauan, Jancukmu akan selalu setia kamu ucapkan. Jancuk tak melulu berarti emosi, Jancuk juga bisa berarti persahabanmu telah sampai pada tingkat dimana kamu tak saling sakit hati. Jancuk memang satu kata berjuta makna. Cocok lah untuk merepresentasi arek Surabaya!
Nah, selain 5 hal tersebut, masih banyak keunikan lain yang dimiliki oleh arek arek Suroboyo. Meskipun berwatak keras, arek-arek Suroboyo memiliki sikap yang pantang menyerah. Jika kamu ingin lebih paham tentang bahasa khas Suroboyo, segera deh cari teman yang asal muasalnya asli dari kota Surabaya. Pasti dia memiliki ilmu bahasa daerahnya yang begitu mendalam.
Pernahkah kamu ngobrol dengan arek Surabaya / Suroboyo? Jika pernah, kamu pasti merasakan hal yang berbeda. Entah dari cara ngomongnya atau lainnya. Nah, 5 hal unik ini akan selalu melekat di diri arek Surabaya meskipun telah merantau begitu jauh dan lama.
1. Terkenal Tegas
Mungkin karena kehidupan di Surabaya yang memang terkesan keras. Dengan banyaknya warga Surabaya yang semakin menambah persaingan kehidupan, sudah wajar jika arek Suroboyo dituntut untuk selalu bertindak tegas. Apalagi hawa Surabaya yang memang panas. Semakin membumbui watak tegas yang ada pada diri arek-arek Suroboyo.
Ketegasan tersebut tercermin dari cara arek-arek Suroboyo mengambil tindakan. Sejak era penjajahan, orasi Bung Tomo hingga sekarang, ketegasan arek Suroboyo selalu terlihat.
2. Tegas Tapi Juga Humoris
Kenal sama Kartolo? atau grup Srimulat? Mereka itu arek Jawa Timur, lho. Ojo salah, grup lawak yang terkenal seantero nusantara tersebut lahir di Suroboyo, cak. Mereka sukses mengocok perut warga Indonesia dengan lawakan khasnya. Meskipun lawakan khas Surabaya itu terdengar kasar dengan adanya kecenderungan omongan yang ceplas-ceplos, tapi emang begitu wataknya arek-arek Surabaya! Logatnya alamani dari kehidupan asal tempat mereka.
3. Logat Medhok Arek Suroboyo Terasa Kental di Telinga
“Nandi? Tak nteni ngarep Malioboro. Aku gawe jaket ireng”
(Dimana? Kutungu depan Malioboro. Aku pake jaket hitam)
“Hah? Kowe nggawe jaket?! Ngapain?!”
(Hah? Kamu bikin jaket?! Ngapain?!)
Kamu arek Suroboyoan yang pernah ngobrol sama cah-cah Jogja dan sekitarnya pasti pernah mengalami miss komunikasi seperti itu. Karena memang ada beberapa kata yang punya beda makna di Jawa Timur dan Jogja, padahal sama-sama memakai bahasa Jawa, loh, mereka. Itulah kenapa sering banget ada salah tangkap ketika kamu dan temenmu asal Jogja kalau pas bicara.
4. Akhir Kata Perlu di Tambah Huruf “A”
“Koen gak mangan lapo, Kir? Poso a?”
“Iyo. Poso aku.”
“koen poso ben oleh wangsit gawe togel a? Haha”
“Matamu a! Koen paleng seng poso niat e ngunu”
“Ndasmu a!”
Nah, lega kan kalau ada tambahan A di akhir katanya. Bukan berarti harus ada tambahan A di setiap akhir kata. Tapi biasanya akhiran A ini dipakai jika kamu ingin meluapkan emosi kekesalan yang sifatnya sementara. Memang sih arek-arek Suroboyo gak selalu menggunakan akhiran A setiap saat. Tapi demi kepuasan luapan emosi, akhiran A ini tetap setia diucapkan kok!
5. Kamu Bukan arek Suroboyo jika gak kenal Jancuk
“Lek koen gak melok kandakno mbokmu, lho?”
“Gundulmu a, cuk! Ojok gowo-gowo mbokku, he!”
“Lha salahmu kate gak melok, cuk!”
“Duaaancok! Iyo-iyo. Melok aku, cuk”
Bagai sayur tanpa garam. Bagai langit tanpa awan. Bagai malam tanpa bintang. Arek Suroboyo yang gak kenal Jancuk itu belum sah mengaku arek Suroboyo. Tak peduli di Jawa Timur atau bahkan di kota rantauan, Jancukmu akan selalu setia kamu ucapkan. Jancuk tak melulu berarti emosi, Jancuk juga bisa berarti persahabanmu telah sampai pada tingkat dimana kamu tak saling sakit hati. Jancuk memang satu kata berjuta makna. Cocok lah untuk merepresentasi arek Surabaya!
Nah, selain 5 hal tersebut, masih banyak keunikan lain yang dimiliki oleh arek arek Suroboyo. Meskipun berwatak keras, arek-arek Suroboyo memiliki sikap yang pantang menyerah. Jika kamu ingin lebih paham tentang bahasa khas Suroboyo, segera deh cari teman yang asal muasalnya asli dari kota Surabaya. Pasti dia memiliki ilmu bahasa daerahnya yang begitu mendalam.
sumber : hipwee