Susanna, Patahkan Stigma Etnis Tionghoa yang Hanya Pikirkan Keuntungan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 05 Mar 2020Susanna, penjual sembako yang viral - Image from Youtube
Ini publish kedua.
Susanna, penjual sembako yang tidak menaikkan harga barangnya meski permintaan sedang tinggi.
Sejak diumumkannya wabah corona telah menjangkiti Indonesia, banyak masyarakat yang kemudian terjebak panic buying dan kalap membeli berbagai macam kebutuhan.
Hal ini biasanya dimanfaatkan oleh pengusaha untuk meningkatkan keuntungannya, namun tidak bagi Susanna (57) yang merupakan keturunan Tionghoa ini.
Susanna Indriyani (57), pemilik Toko Erwin yang berada di Jalan K Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara sempat menghebohkan media sosial.
Dia banyak mendapatkan sanjungan dari netizen, karena dirinya tidak menjual sembako kepada warga yang mampu dengan cara memborong meskipun si pembeli berani membayar harga mahal.
Susanna mengaku awalnya tokonya sempat diserbu warga saat panic buying yang merupakan efek dari pengumuman adanya WNI positif terinfeksi virus corona (Covid-19) pada Senin (2/3/2020) lalu.
Baca juga :
- Perhatian Ibu-Ibu Tak Semua Ramayana Jual Masker dan Ternyata Sudah Ludes
- Terindeksi Gejala Corona? Segera Periksa, Ini 100 RS yang Menangani Corona
- Anak di DO dari Ponpes Wali Santri ini Marahi Kyai, Buah Tidak Jatuh Jauh dari Pohonnya?
Meskipun warga hendak memborong barang-barang dari toko tersebut dengan harga tinggi, Susanna tetap menjual barang dengan harga normal dengan ketentuan pembatasan jumlah barang yang dibeli per orang.
Selain itu, Susanna juga menyisihkan stok barang yang dibutuhkan warung-warung kecil langganannya dari serbuan pembeli lainnya.
Ia mengaku tidak mau melihat sekitar 20-30 warung kecil yang biasa membeli barang dari Toko Erwin berhenti berjualan karena tak punya stok.
"Kita udah nyisihin untuk warung-warung kecil. Kayak pas banjir saya juga tetap sediakan," ucap Susanna, Rabu (4/3/2020).
"Kalo orang lain beli banyak saya nggak jual. Kasian dong buat mereka (warung kecil)," ucap dia.
Susanna yang sudah berjualan selama 30 tahun lebih memang menjadi langganan puluhan warung kecil di sekitaran Teluk Gong.
Langganannya terdiri dari pemilik warung kopi, warung makan, hingga kantin sekolah. Susanna tak tega jika para langganannya itu kehabisan stok akibat diborong warga saat panic buying.
Apalagi, dia juga memahami warung-warung kecil yang menjadi langganannya itu jadi toko sasaran orang kalangan menengah ke bawah untuk membeli kebutuhan pokok.
"Kan biar mereka setiap hari bisa dagang. Kalo nggak ada barangnya gimana," tegas Susanna.
"Kalo dia kan buat tukang becak makan di sana. Karyawan kita juga makan di sana. Kita nggak pikirin kita sendiri. Harus semua dapat," tegas dia.
Susanna Menjual Sembako dengan Harga Normal
Susanna tidak meningkatkan harga sembako di tokonya, meskipun pembeli sempat mengerubungi tokonya Senin (2/3/2020) lalu.
Susanna mengaku, dirinya tidak mau membebani masyarakat di tengah-tengah wabah Covid-19 yang tengah merebak di Indonesia, khususnya daerah DKI Jakarta.
Dia menjelaskan, saat ini ketenangan masyarakat lebih penting daripada mengambil untung berlebihan untuk diri sendiri.
Dia pun tak berpikir untuk menaikkan haraga barangnya kecuali memang ada kenaikan dari pihak distributornya.
"Saya bukan cari kesempatan begini dalam kesempitan. Saya mau untung banyak atau apa, enggak. Saya harap ini penyakit bisa cepat hilang biar orang tenang gitu," kata Susanna, Rabu (4/3/2020).
Susanna masih menjual barang-barang dengan harga normal, hal ini terbukti dari harga gula per kilogram yang masih berada di harga Rp 13.500 per kilonya dan mie goreng instan seharga Rp 95.000 per dusnya.
Susanna juga mengungkapkan sejak pemerintah mengumumkan adanya WNI positif Covid-19, dirinya senantiasa berdoa agar penyebaran wabah ini bisa berhenti dan penanganannya berlangsung lancar.
Bahkan, Susanna meminta setiap pembelinya untuk turut mendoakan agar wabah virus corona ini segera bisa dihentikan.
"Saya harapnya itu penyakit cepat hilang itu. Setiap orang datang saya selalu bilang: pulang sembahyang ya, masing-masing agama ya. Ini paling penting, bukan barang-barang itu," ungkap Susanna.
Sosok Susanna dan Kebaikan Hatinya
Susanna, wanita paruh baya berusia 57 tahun ini, tidak pernah menyangka videonya akan viral.
"Saya juga nggak tahu jadi viral begini," katanya sambil tersenyum ketika ditanya tanggapan terkait videonya yang viral, Rabu (4/3/2020) sore.
Meskipun begitu, Susanna tetap menyambut awak media dengan ramah dan mulai bercerita mengenai kejadian yang terekam di video tersebut.
Susanna bercerita bahwa toko sembakonya mulai diserbu pengunjung sejak siang hari di tanggal 2 Maret 2020 lalu.
Tepat pada hari yang sama saat Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus virus corona pertama di Indonesia.
"Kemarin (2 Maret) ada itu kan, Pak Presiden umumkan soal penyakit corona. Nah jadi semua pada itu (datang). Saya pun nggak nyangka tiba-tiba kok banyak orang datang," ucap Susanna.
Susanna menuturkan dia tidak mengenal sebagian besar dari pembelinya, yang kebanyakan warga biasa itu. Barang yang laris dibeli adalah barang-barang pokok sehari-hari, seperti beras, mie instan, biskuit, dan kebutuhan pokok lainnya dalam jumlah banyak.
Bahkan, kata Susanna, penjaga toko sampai kewalahan menangani pembeli yang membeludak. Banyaknya pembelian membuat barang dari toko Susanna yang ludes diborong.
"Ada orang nggak sabar dia ambil sendiri loh sampai ke dalam. Saya sudah nggak bisa jaga sampai dua begini," kata Susanna.
"Saya pun ada hilang barangnya. Ada yang ambil nggak bayar, ada juga," ucapnya.
Melihat para pembelinya seperti orang yang sedang kebakaran jenggot, Susanna pun coba menenangkannya.
Dia mengimbau kepada para pembelinya untuk mengambil barang dalam jumlah secukupnya, sambil terus mengingatkan mereka agar tidak panik dan terlampau takut dengan wabah virus corona ini.
"Setiap orang beli, saya bilang kalian harus banyak berdoa. Ini barang tetap ada. Asal penyakit ini kalian doakan supaya cepat hilang, itu barang tetap ada," kata Susanna.
"Nggak usah panik, nggak usah takut, barang masih banyak. Saya gituin, biar orang tenang," imbuh dia.
Aksi Susanna tersebut sukses membuat para pembeli membeli kebutuhannya dalam jumlah sewajarnya.
Stigma Orang Tionghoa yang Hanya Pikirkan Keuntungan
Di era yang sudah banyak menyuarakan toleransi dan menghargai perbedaan suku, ras dan agama, belum mampu sepenuhnya menghancurkan stigma yang sudah lama melekat pada kelompok minoritas Tionghoa di Indonesia.
Banyak sekali stigma yang disematkan pada kelompok ini, mulai dari pelit, cuek, egois atau hanya mementikan kepentingan pribadinya, culas danmenindas orang pribumi. Padahal kita tahu bahwa masyarakat Tionghoa sudah turun temurun hidup di Indonesia bahkan sudah selama ratusan tahun.
Jika menilik sejarah, barangkali kita bisa menemukan jawabannya. Ternyata ada banyak memori kelam masa lampau yang sedari awal mengesampingkan dan bahkan membenci orang-orang Tionghoa.
Diantaranya adalah kerusuhan di berbagai daerah bahkan gerakan anti Tionghoa yang di gagas di beberapa wilayah Indonesia, seperti Tangerang, Palembang, Makasar. Dan berbagai tragedi lainnya yang bahkan sampai membantai etnis Tionghoa atas tuduhan terlibat di Komunisme.
Saat ini, sudah saatnya kita menghapus sejarah-sejarah masa lalu yang kelam. Sudah saatnya kita bergandeng tangan, berdiri dan berbaris sejajar dengan warga Tionghoa yang hidup di Indonesia.
Bahkan sejak lahir berada di Indonesia. Mereka adalah sama dengan kita, warga Indonesia. Dan juga memiliki semangat nasionalisme yang tak kalah besar dengan suku-suku asli di Indonesia.
Ada sebuah kalimat menohok, khususnya bagi orang yang punya pemahaman perbedaan agama, suku, ras dan budaya memberikan sebuah batas untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Kalimat itu berbunyi, "Mereka yang bukan saudaramu dalam seiman adalah saudaramu dalam kemanusiaan"
Susanna Sukses Patahkan Stigma Negatif Pada Orang Tionghoa
Susanna adalah satu dari sekian banyak orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Nyatanya, beliau tidak seperti stigma yang beredar dan biasanya dilekatkan dengan orang Tionghoa.
Beliau tidak dibutakan dengan kepentingan keuntungan dalam hiruk pikuk panic buying yang melanda toko sembakonya. Namun dengan tegas beliau menolak pembeli yang kalap dan memborong sembakonya bahkan rela membayar dengan harga mahal.
Beliau berujar, ada banyak pihak yang harus diperhatikannya. Diantaranya adalah toko kecil yang merupakan langganannya dan juga konsumen yang membeli di toko-toko kecil tersebut. Semuanya dilakukan atas nama prinsip kemanusiaan yang dipegangnya.
Bahkan tak henti dia juga mengingatkan agar pembelinya tidak panik dan tetap tenang, serta senantiasa berdoa agar wabah virus corona ini segera terhenti. Dan kehidupan bisa berjalan lancar dan tenteram seperti biasanya.
Semoga hal ini bisa menjadi pengingat bagi semua, agar tak mudah mencap seseorang, ras, suku, budaya dan agama tertentu dengan stigma negatif. Dan jadi motivasi bagi kita untuk mencontoh sosok Susanna, yakni dengan memberi manfaat dan menebar kebaikan untuk sesama.