Tak Usah Takut dan Sedih, Karena Allah Bersama Orang yang Beriman
Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 07 Jan 2020Jangan Mudah Takut dan Sedih Karena Allah Bersama Orang yang Beriman - Image from www.hidayatullah.com
Hanya orang yang tak beriman yang sering dirundung ketakutan dan kesedihan.
Selalu merasa takut, sering merasa sedih, dan juga rasa yang selalu was-was, itu tandanya kita tak beriman kepada Allah SWT. Ingat Allah tidak akan membuat nyaman kehidupan ini selagi kita tidak beriman kepada NYA
Khawatir dan melihat masa depan akan buruk karena beragam perkembangan yang terjadi seakan-akan tidak menguntungkan dan pasti bakal menyudutkan
Pikiran semacam itu sepintas memang bisa dimaklumi, terutama jika melihat kondisi faktual yang terus berkembang. Namun secara prinsip, cara berpikir demikian harus dibuang jauh.
Bukankah kala Nabi Muhammad berdakwah tak ada satu pun anggota masyarakat, apalagi pembesar masyarakat mengerti apa itu Islam.
Beragam resiko dan konsekuensi pun harus dihadapi. Tetapi semua terasa indah karena berada di jalan Allah.
Selanjutnya, penting untuk terus diingat dan disegar-segarkan bahwa kehidupan dunia ini bukanlah tempat yang aman, indah, dan nyaman secara hakikat.
Akan selalu ada yang membuat kehidupan ini berguncang dan penuh kesulitan-kesulitan yang telah di cantumkan dalam Surah Al-Anbiya ayat 35
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: “Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali”.
Baca Juga:
- Kenapa Belajar Tajwid Penting? Karena ini 5 Manfaat yang Ada Didalamnya
- Kisah Haru Seorang Bocah Ditinggal Kedua Orangtuanya Meninggal Karena Kecalakaan
Fokus Sehari-hari
Lantas apa yang harus dan idealnya dilakukan oleh umat Islam dalam situasi sulit?
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Ketiga, bersatu dan budayakan musyawarah di kalangan umat. Kita tidak mungkin maju sendiri memperbaiki keadaan.
Kita juga mustahil menjadi yang terkuat di dalam memperjuangkan kebenaran, musyawarah atau kolaborasi menjadi syarat penting umat Islam dapat hidup lebih baik.
Dalam situasi sulit, umat harus saling memperkuat persatuan berpegang pada tali (ajaran) Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak bercerai berai. Pada saat yang sama membudayakan musyawarah, komitmen, dan bertawakkal atas itu semua.
Seperti yel-yel yang begitu sering diucapkan dalam beragam forum kebersamaan umat belakangan ini, “Islam bersatu tak bisa dikalahkan.”
Tinggal bagaimana saat ini para tokoh dan perwakilan masing-masing kelompok benar-benar mengupayakannya menjadi karakter umat.
Langkah-langkah di atas tentu hal yang begitu umum di kalangan umat. Akan tetapi, itu pula dasar yang harus kita tanam agar umat Islam bisa tampil sebagai umat terbaik, umat yang mampu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dan meneguhkan keimanan kepada Allah.
Pertanyaannya, siapa yang akan memulai ini semua? Daripada menunggu-nunggu, mengapa tidak kita secara pribadi, masing-masing mengusahakannya,
insya Allah dengan kesungguhan (mujahadah) Allah akan berikan pertolongan-Nya. Maka jangan takut dan jangan pula bersedih hati wahai kaum Muslimin.(Imam Nawawi)