Ilustrasi transfusi darah - Image from id.pinterest.com
Cari tahu lebih lanjut mengenai transfusi darah disini.
Transfusi darah adalah prosedur medis untuk menyalurkan darah kepada seseorang yang membutuhkan untuk membuat kondisi kesehatannya pulih. Siapa saja yang harus melakukan prosedur ini? Apa yang harus disiapkan jika harus ditransfusi? Berikut penjelasan lengkap tentang hal-hal apa saja yang harus Anda ketahui sebelum melakukan prosedur transfusi darah.
Transfusi darah adalah prosedur yang dilakukan untuk menyalurkan darah yang terkumpul dalam kantong darah kepada seseorang yang membutuhkan darah, melalui pembuluh darah vena atau yang disebut dengan intravena. Darah yang disalurkan tersebut berasal dari pendonor.
Transfusi darah merupakan salah satu bagian dari serangkaian penanganan medis untuk menyelamatkan nyawa pasien yang kekurangan darah atau sedang menderita penyakit tertentu. Darah yang ditransfusikan tersebut bisa dalam bentuk komponen darah secara keseluruhan (whole blood), atau salah satu komponen darah saja, seperti:
Adakah transfusi darah putih? Tentu saja ada. Transfusi sel darah putih, atau transfusi granulosit, merupakan tindakan mentransfusikan jenis sel darah putih ke dalam sirkulasi seseorang.
Prosedur transfusi darah putih sangat jarang dilakukan dan hanya dilakukan dalam kondisi khusus saja. Salah satu kondisi yang terkadang membutuhkan transfusi sel darah putih adalah pasien yang mengalami penyakit infeksi berat atau parah yang sudah pernah diobati dengan antibiotik akan tetapi tidak merespon, atau pengobatan dengan antibiotik tidak memberikan hasil yang signifikan.
Selain itu, pasien yang menjalani prosedur kemoterapi atau radioterapi yang mengalami infeksi berat atau parah juga terkadang bisa dianjurkan untuk melakukan transfusi sel darah putih, meskipun sangat jarang terjadi.
Melakukan transfusi sel darah putih sebaiknya atas anjuran serta pengawasan dari dokter yang ahli dibidang tersebut, misalnya dokter konsultan hematologi dan onkologi medik.
Hal ini dikarenakan, prosedur ini sangat jarang dilakukan dan memerlukan pengawasan serta penanganan yang lebih khusus karena prosesnya yang lebih rumit dan berpotensi adanya reaksi selama atau beberapa saat setelah transfusi dilakukan.
Baca Juga: 26 Makanan Penambah HB Agar Terhindar Dari Penyakit
Transfusi darah akan dilakukan jika pasien mengalami kekurangan salah satu atau seluruh komponen darah. Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah, antara lain:
Rata-rata orang dewasa mempunyai total sekitar 5 liter darah di dalam tubuhnya. Jika kehilangan darah sedikit saja atau tidak lebih dari 1,5 liter, maka tubuh dapat menggantikannya dengan menciptakan sel darah merah baru dalam waktu beberapa minggu. Meskipun begitu, tetap harus dibantu dengan asupan makanan dan minuman yang cukup.
Terdapat banyak sekali kondisi yang mengharuskan melakukan transfusi darah. Jenis darah yang diberikan pun berbeda-beda, tergantung kebutuhan pasien yang mengacu pada situasi atau kondisi yang dialami. Adapun jenis transfusi darah yang bisa dilakukan antara lain:
Ilustrasi transfusi darah - Image from id.pinterest.com
Banyak orang yang bertanya-tanya, bolehkah melakukan transfusi darah pada anak dan bayi? Tentu boleh-boleh saja.
Salah satu kondisi yang mengharuskan prosedur transfusi darah pada bayi adalah rendahnya kadar hemoglobin pada bayi. Umumnya, kadar hemoglobin normal pada bayi yang baru lahir adalah 13,5-24 g/dl, ukuran tersebut bisa bervariasi tergantung usia gestasi bayi.
Jadi, jika kadar hemoglobin bayi Anda berada jauh dari angka tersebut, maka bayi Anda mengalami anemia. Kasus anemia pada bayi lahir prematur merupakan hal yang sering terjadi. Tentu saja, kondisi ini membutuhkan penanganan segera.
Transfusi darah memanglah prosedur yang mengandung resiko, namun resiko ini tidak terlalu berbahaya. Yang terpenting adalah golongan darah dan rhesus antara pendonor dan bayi sama, selain itu, pendonor juga dalam keadaan yang sehat.
Biasanya, sebelum ditransfusikan, darah pendonor sudah melalui berbagai macam tes seperti tes HIV, hepatitis B dan C, serta tes penyakit menular lainnya yang berbahaya. Orang tua tidak perlu khawatir, kemungkinan kesalahan dari tes ini sangatlah kecil, yaitu hanya 1 dari 2,3 juta transfusi darah yang mengandung HIV, serta satu dari 350 ribu yang terkontaminasi virus hepatitis B.
Baca Juga:
Perbedaan Karakteristik Golongan Darah A, B, AB, dan O
Pengentalan Darah: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya
1. Sebelum transfusi darah
Umumnya, pasien tidak perlu melakukan apapun ketika akan melakukan transfusi darah. Pasien akan diambil sampel darahnya oleh dokter untuk dilakukan cek golongan darah, berdasarkan golongan darah ABO (A, B, AB, atau O) dan berdasarkan rhesusnya (Rh) yang dibagi menjadi rhesus positif dan negatif.
Setelah golongan darah sudah sesuai, maka selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan kembali dengan mencocokkan golongan darah yang diambil dari pendonor dengan golongan darah penerima (resipien), pemeriksaan ini dinamakan dengan crossmatch.
Ketika crossmatch, tidak hanya mencocokan kembali golongan darah pendonor dengan resipien saja, akan tetapi juga melihat munculnya antibodi yang kemungkinan akan menyerang sel darah pendonor dan membahayakan tubuh si penerima.
2. Melakukan transfusi darah
Transfusi darah umumnya akan berlangsung selama 4 jam atau lebih cepat tergantung jenis darah dan banyaknya darah yang diberikan. Pasien akan diminta bersandar di kursi ataupun berbaring di tempat tidur.
Setelah itu, dokter akan menusukkan jarum ke pembuluh darah di sekitar lengan pasien. Jarum yang masuk ke pembuluh darah ini kemudian dihubungkan dengan kateter atau selang tipis yang tersambung pada kantong darah. Pada tahap ini, darah akan dialirkan menggunakan selang tipis, dari kantong darah menuju ke pembuluh darah.
Pada 15 menit awal transfusi darah, kondisi pasien akan terus dipantau oleh dokter guna memastikan pasien tersebut tidak mengalami reaksi alergi. Namun, jika muncul gejala-gejala reaksi alergi, maka prosedur dapat segera dihentikan.
Setelah satu jam pertama tes berjalan dan reaksi alergi tidak ditemukan, maka dokter atau perawat dapat mempercepat proses transfusi darah.
3. Setelah transfusi darah
Dokter ataupun perawat akan melepaskan selang yang sebelumnya dimasukkan ke pembuluh darah pasien. Setelah itu, kondisi vital pasien juga akan dipantau, mulai dari denyut jantung, tekanan darah, hingga suhu badan.
Sejauh ini, apabila prosedur transfusi darah dilakukan berdasarkan standar medis yang benar, maka tidak akan membahayakan kesehatan sama sekali. Mungkin, Anda hanya akan merasakan efek samping yang ringan, seperti:
Selain itu, efek samping yang jarang muncul, namun tetap bisa terjadi setelah melakukan transfusi darah antara lain:
Jika Anda menjalani transfusi darah lebih dari satu kali, kemungkinan untuk terjadinya gangguan pada sistem imunitas tubuh lebih besar. Kondisi ini disebabkan karena reaksi sistem imunitas Anda terhadap darah yang baru saja masuk ke dalam tubuh.
Akan tetapi, kondisi ini sangat jarang terjadi dan dapat dicegah dengan cara mengecek tipe darah Anda sebelumnya, sehingga darah yang ditransfusikan sudah pasti cocok dengan tubuh Anda.
Apabila Anda mengalami atau merasakan suatu gejala atau gangguan kesehatan tertentu selama transfusi darah berlangsung, maka jangan ragu untuk memberitahu dokter atau perawat yang menangani Anda.
Demikianlah penjelasan tentang transfusi darah ini. Kami juga telah menyediakan format transfusi darah pdf yang bisa Anda unduh [disini]. Semoga bermanfaat.