Abu Utsman an-Nahdi mengatakan: “Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram.”
Bulan Muharram merupakan bulan pertama di dalam penanggalan Hijriyah yang memiliki pahala berlipat ganda apabila berbuat baik ataupun berbuat dosa. Bulan Muharram menjadi bulan yang sangat berpengaruh untuk sejarah umat Islam dan penuh akan barokah serta rahmat.
Apa saja amalan di bulan muharram? Berikut ini amalan-amalan sunnah yang dianjurkan pada bulan Muharram.
Baca Juga:
"Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram."
Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, utamanya ketika hari ‘Asyura (10 Muharram).
Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari bulan Muharram, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan saja.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah puasa yang paling afdhol bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdhol adalah puasa Daud.”
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bersabda di dalam tafsir firman Allah ta’ala pada Surat At-Taubah ayat 36,
“Maka janganlah kalian mendzalimi diri kalian, Allah telah mengkhususkan empat bulan dari kedua belas bulan tersebut. Dan Allah menjadikannya sebagai bulan yang suci, mengagungkan kemuliaan-kemuliaannya, menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan tersebut lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) serta memberikan pahala (yang lebih besar) dengan amalan-amalan shalih.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian terhadap kedzaliman, karena sesungguhnya kedhaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim dan lainnya)Beliau juga bersabda dalam hadits lainnya, “Tidak ada dari satu dosapun yang lebih pantas untuk dicepatkan siksanya dari pelaku dosa itu baik di dunia maupun di akhirat daripada melewati batas (kedhaliman) dan memutus silaturrahim.” (ash-Shahihah, no. 915)
Maka kewajiban bagi seorang Muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah Swt.
Dalam hadits amalan bulan muharram disebutkan,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab,” Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Selain itu, para ulama fikih menjelaskan bahwa ada anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa/shaum di hari ke sembilan. Puasa/shaum ini disebut dengan istilah shaum tasu’a. Mengapa ada anjuran demikian?
Imam Nawawi rahimahullah memaparkan, para ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma. (Syarh Shahih Muslim, 8/14)
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –jika Allah menghendaki– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)Imam Asy Syafi’i dan beberapa ulama mazhab Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) puasa/shaum pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Syarh Muslim, 8/12-13)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa: 36)Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah melarang untuk takabur, sombong, atau membanggakan diri atas harta yang dimiliki. Untuk itu, menghindari kesombongan dan berbangga diri terhadap harta salah satunya kita memberikannya dan berbuat baik kepada mereka yang perlu disantuni salah satunya anak yatim (anak yang sudah kehilangan ayahnya namun masih membutuhkan nafkah dan sosok ayah).
Demikian keutamaan amalan bulan muharram yang bisa kita laksanakan. Semoga bermanfaat.