Sedih! Janda Ini Sebatang Kara Hidup Bertahun-tahun Ditengah Hutan

Penulis Unknown | Ditayangkan 22 Dec 2016
Potret kemiskinan banyak terjadi di Indonesia, terutama diarea pelosok dan pinggiran kota. Potret kemiskinan juga terlihat di Kabupaten Jembrna, Daerah ujung barat Pulau Bali. Ni Nengah Sukemi (52), seorang lansia menjalani kehidupannya penuh keprihatinan.

Sedih! Janda Ini Sebatang Kara Hidup Bertahun-tahun Ditengah Hutan

BACA JUGA: Miris! Lelaki Ini Bertahan Tinggal di Gubuk 3x3 Meter, Beralaskan Tanah, dan Dinding dari Seng

Para warga menyebut Sukemi ini dengan sebutan ‘Janda Hutan’ dan ‘Manusia Kebun’. Janda satu anak ini tinggal di pinggir hutan lindung Jembrana tepatnya di wilayah Banjar Arca, Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan.

Dikutip dari Merdeka, Sukemi sejak satu setengah tahun tinggal seorang diri di perkebunan milik orang yang berbatasan dengan hutan lindung. Hanya gubuk reyot yang melindungi tubuh rentanya ditemani anjing bengil peliharaannya.

Sukemi membangun sebuah gubuk yang terbuat dari batang kayu kamal dan berdinding gedeg using serta beratap asbes bekas. Gubuk itu ia bangun di sebuah kebun yang berjarak belasan kilometer dari pemukiman.

Untuk penerangan, Sukemi hanya mengandalakan senter. Sementara untuk buang air, ia memanfaatkan saluran irigasi yang mengalir diskitar rumanya. Selain buang air, irigasi itu juga digunakan mandi, masak dan mencuci, walaupun terkadang keruh sat hujan.

Lebih miris lagi, janda tua ini adalah penduduk desa adat setempat yang harus menjalani hidup miskin di daerahnya sendiri. "Dulu saya tinggal berdua di gubuk ini bersama anak perempuan saya. Tapi setahun lalu anak saya menikah dan sekarang tinggal jauh dengan suaminya," tuturnya lirih saat ditemui wartawan, Senin (19/12).

Demi bertahan hidup, Sukemi yang bersuamikan almarhum Anak Agung Bumin Jaya ini setiap harinya membuat Tamas (sarana upacara Hindu dari daun kelapa). Tamas buatannya akan dijual ke para pengepul.

Hasilnya tidak seberapa dan penghasilan terbanyak adalah 10 ribu perhari. "Saya pernah ke kantor desa minta bantuan dibangunkan gubuk seadanya saja. Tapi itu tidak bisa, karena saya tidak punya tanah di desa saya ini," tuturnya.

Dia hanya bisa pasrah serta berserah kepada Tuhan dengan takdir hidup yang dijalaninya.
SHARE ARTIKEL