Masjid Agung di Prancis Diteror Kepala Babi, Siapa Pelaku dan Apa Motifnya?

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 03 Nov 2020

Masjid Agung di Prancis Diteror Kepala Babi, Siapa Pelaku dan Apa Motifnya?

Masjid Agung di Prancis - Image from kubahmasjid-indonesia.com

Buntut aksi pelecehan Presiden Prancis pada Islam 

Dimulai dengan munculnya kartun Nabi, pelecehan terhadap Nabi, penghinaan terhadap Islam, alhasil terjadi berbagai respon dan serangan. Tak hanya masyarakat non muslim yang diserang, Islam juga turut jadi objek teror. Lantas siapa pelakunya?

Sebuah masjid di Prancis mendapat serangan Islamofobia. Islamofobia adalah ketakutan terhadap Islam atau pada penganutnya. Serangan itu berupa kepala babi yang ditinggalkan tergeletak begitu saja di masjid.

Dilansir media Anadolu Agency, Selasa (3/11/2020) kepala babi itu ditemukan di Grand Mosque atau Masjid Agung di kota Compiegne di Oise, Prancis utara saat sedang berlangsung pekerjaan restorasi. 

Hal ini diungkapkan oleh kelompok payung bagi Muslim-Turki, DITIB di Compiegne dalam sebuah pernyataan Senin (2/11) waktu setempat.

Pengelola masjid mengutuk aksi tersebut dan langsung membuat pengaduan atas insiden ini.

Dewan Kepercayaan Muslim Prancis, French Council of the Muslim Faith juga mengecam aksi tersebu. Pihaknya juga menyatakan solidaritas dengan manajemen masjid dan komunitas disana.

Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya retorika anti-Islam di Prancis menyusul pernyataan kontroversial oleh Presiden Emmanuel Macron yang dianggap telah melecehkan dan menghina Islam. 

Sebelumnya, Macron mengklaim Islam adalah "agama yang mengalami krisis,". 

Macron juga membela publikasi kartun yang melecehkan figur Nabi Muhammad SAW. Akibatnya muncul kecaman internasional dari berbagai negara Islam. Muncul pula aksi-aksi protes, dan seruan untuk memboikot produk buatan Prancis. 

Di dunia yang dipenuhi dengan keragaman ini, sudah selayaknya setiap dari kita saling menghargai dan menghormati keyakinan orang lain.

Tak bisa dibenarkan, prinsip apapun yang diklaim sebagai modernitas, untuk bebas menginjak-injak dan merendahkan suku, bangsa, atau agama orang lain.

Semoga segera ada permintaan maaf dari Presiden Macron terkait pernyataannya yang membuat banyak Umat Islam geram ini. Serta ada upaya untuk menjalin hubungan baik antar umat beragama. 

SHARE ARTIKEL