Pensiunan Jenderal TNI Tak Yakin Pelaku Penusukan Gila, Ini 4 Alasan Logis Dibaliknya

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 16 Sep 2020

Pensiunan Jenderal TNI Tak Yakin Pelaku Penusukan Gila, Ini 4 Alasan Logis Dibaliknya

Sutiyoso Pensiunan Jenderal TNI- Image from indonews.id

Pasti ada aktor dibalik penusukan

Sutiyoso mengungkap 4 alasan masuk akal dibalik penusukan Syekh Ali Jaber yang menunjukkan pelaku bukanlah 'orang gila'. Ia juga mengatakan bahwa 'gila' bisa jadi modus untuk menghindari penjatuhan hukuman.

Setelah insiden penusukan Syekh Ali Jaber, kini pelaku penusukkan sedang diperiksa kejiwaannya oleh Polresta Bandar Lampung yang bekerja sama dengan Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri.

Pihak kepolisian juga turut melibatkan dokter dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung serta Psikiater Pusdokkes Polri untuk membantu melakukan pemeriksaan jiwa terhadap pelaku. 

Hal ini perlu dilakukan pasalnya orangtua pelaku mengatakan anaknya sempat jalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa.

Melihat isu tersebut, Sutiyoso memberikan analisa tajamnya mengenai kasus penusukkan Syekh Ali Jaber. Dilansir dari akun YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Selasa (15/9/2020), berikut penjelasannya secara lengkap. 

Cepat dan Tanpa Ragu

Menurut Sutiyoso, Kepala BIN 2015-2016 ini pelaku melakukan upaya pembunuhan pada Syekh Ali Jaber dengan cepat dan tanpa ragu. 

Hal tersebut ditunjukkan dalam rekaman video, dimana pelaku dengan perlahan naik ke panggung kemudian lari mendekati Syekh Ali Jaber.

“Saya tuh sudah berulang kali ya menyaksikan tayangan tvOne, rekaman video itu gitu ya. Jadi kesan saya begini ya, jadi pelaku itu melakukannya dengan cepat dan tanpa ragu apapun. Kelihatan sekali dia pelan naik panggung, kemudian dia lari mendekati sasaran,” kata Sutiyoso.

Menusuk di Bagian Vital 

Setelah saksikan video tersebut berulang kali, Sutiyoso mengatakan pelaku hendak menyerang bagian yang sangat vital dan mematikan yakni leher. Tak hanya itu, kekuatan ayunan pisau juga dirasa lumayan kuat. 

“Kemudian waktu dia menyerang, menusuk itu juga dipilih bagian yang cukup mematikan di leher ya. Dengan kekuatan yang penuh itu dari atas, lihat saja pisaunya begini kan (dari atas ke bawah),” lanjutnya.

Meski proses penusukan tersebut dilakukan dengan langkah yang cukup strategis, beruntung Syekh Ali Jaber mampu menangkis serangan tersebut dengan gerakan refleks. 

Sehingga pisau tersebut tak berhasil menikam di bagian yang jadi target yakni leher, melainkan mengenai tangan. 

Ia menyebut, upaya refleks yang cepat dari Syekh Ali Jaber ini merupakan bagian dari pertolongan Allah SWT. Hingga akhirnya tikaman tersebut hanya melukai tangannya dan tidak fatal. 

Timing yang Sangat Tepat

Menurut kepala BIN periode 2015-2016 ini, pelaku juga memilih timing yang sangat tepat. 

Seperti yang terlihat dalam video, aksi tersebut dilakukan saat Syekh Ali Jaber sedang berbicara dengan orang lain atau sedang lengah. 

“Nah, timing yang dia tentukan juga tepat sekali. Bagaimana menunggu sasaran ini lengah gitu kan. Waktu itu Syekh Ali Jaber lagi berbicara dengan orang di depannya gitu. Jadi itu lengah lah itu kalau dari serangan dan tidak terhalang. Tetapi bagian itu menyamping begitu kan, oleh karena itu dipilih leher,” ungkapnya.

Apalagi di momen tersebut, Syekh Ali Jaber sempat ingin meminjam ponsel dari peserta untuk mengabadikan momen pemberian hadiah. Sehingga jamaah dan orang yang hadir mengira bahwa penusuk akan meminjamkan HPnya alih-alih mencelakainya. 

Dada Jadi Sasaran

Adapun jika pelaku bisa menyerang dari depan, menurutnya, pelaku akan menusuk bagian dada Syekh Ali Jaber.

Dijelaskan sebelumnya bahwa pelaku juga melakukannya dengan penuh kesadaran dan tanpa ragu-ragu. Terlebih dia mencoba melarikan diri di waktu yang tepat walau akhirnya berhasil ditangkap. 

“Andai kata dia bisa menyerang dari depan dipastikan itu adalah yang paling mematikan, di dada yang akan dia tusuk gitu. Tetapi itulah kesempatan, jadi dari itu ya ada proses di otaknya saya rasa. Karena dilakukan penuh kesadaran, tanpa ragu-ragu dan pada saat dia escape melarikan diri pun kelihatan sekali dilakukan dengan tepat. Walaupun para petugas ini sigap dan bisa menangkap dia gitu,” jelas Sutiyoso.

Ini Hanya Logika

Meski begitu, Sutiyoso menegaskan jika itu semua hanya analisisnya. Di mana dalam logikanya juga sangat dimungkinkan ada kesalahan. Untuk itu, ia kembali menyerahkan pada pihak berwenang dalam urusan perkara ini.  

“Nah sekali lagi bahwa, ini adalah logika dari saya yang lebih tahu tentu Pak Reza ya. Logika yang bisa saja salah,” tandasnya. 

Gila Bisa Jadi Hanya Modus

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso mengungkapkan bahwa pura-pura gila atau mengaku mengidap gangguan jiwa adalah modus operasi yang sering digunakan dalam aksi kekerasan.

Pria yang akrab disapa Bang Yos ini mengaku kalau ia tidak sepenuhnya percaya terkait pendapat yang mengatakan bahwa pelaku penyerangan adalah orang gila. 

"Atau pura-pura sakit menghindari pemeriksaan KPK, berpura-pura kecelakaan. Jadi itu lagi jadi modus, dan orang kita tidak malu untuk berpura-pura. Termasuk berpura-pura gila sekarang," kata Bang Yos kepada wartawan, Minggu (13/09/2020).

Sutiyoso menuturkan dalam kasus ini pasti ada aktor intelektual yang menggerakkan pelaku untuk menikam Syekh Ali Jaber. 

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebutkan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan medis kepada pelaku kekerasan agar diketahui kondisi kejiwaan yang sebenarnya. 

"Berulang kali terjadi, kan? Masak kita tetap percaya saja. Kalau orang gila itu kan bisa diperiksa secara medis. Dan itu jadi bagian penting itu, memastikan dia gila betulan atau tidak," tuturnya.

"Karena berulang kali, pasti itu ada operatornya," sambungnya.

Untuk tahu pastinya, pemeriksaan kejiwaan memang menjadi kunci dari penyelidikan terhadap pelaku. 

Perihal ini memang benar-benar harus difokusi dan dipastikan kebenarannya agar jangan sampai pelaku lolos dari jeratan hukum jika memang terbukti tak alami gangguan kejiwaan. 

SHARE ARTIKEL