Mengenal Konsep Lockdown yang Telah Diajarkan di Zaman Rasulullah 

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 16 Mar 2020

Mengenal Konsep Lockdown yang Telah Diajarkan di Zaman Rasulullah 

Apa itu konsep lockdown? - Image from batamnews.co.id

Masyaallah, ternyata lockdown sudah diajarkan Rasulullah sejak dulu. 

Lockdown bukanlah hal baru, melainkan sudah diajarkan oleh Rasulullah sejak berabad-abad silam. Bagaimana penerapan lockdown pada zaman rasulullah? Berikut kisahnya.

Penyebaran virus corona terus meluas, meski di negara asalnya terjadi penurunan jumlah kasus. Namun ada beberapa negara baru yang melaporkan kasus perdananya. 

Menurut data Johns Hopkins University (JHU) hingga hari ini, 16 Maret 2020 diketahui virus corona sudah menyebar hingga ke 148 negara dan telah menginfeksi sebanyak 169.387 jiwa, menewaskan hingga 6.513 jiwa serta 77.257 yang berhasil sembuh. 

Di Indonesia, jumlah kasus kian bertambah. Meski begitu, saat ini pemerintah belum berencana melakukan lockdown (penguncian) suatu kawasan.

WHO telah mengumumkan wabah corona sebagai pandemi (wabah yang telah menjangkiti secara global). Salah satu upaya efektif dan sudah dilakukan di beberapa negara yang terdampak adalah dengan memberlakukan penguncian (lockdown). 

Baca juga : 

Hal ini diprediksi efektif untuk menghambat penyebaran virus corona tersebut. Lockdown bisa diartikan juga dengan isolasi. 

    Isolasi terkait pencegahan suatu wabah ternyata pernah terjadi ribuan tahun yang lalu, yakni sejak di zaman Rasulullah SAW. Hal ini pernah Rasulullah berlakukan ketika penyakit menular sedang mewabah di jamannya. 

    Di zaman Rasulullah SAW pernah terjadi wabah kusta yang menular dan mematikan sebelum ditemukan obatnya. Saat itu, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk tidak dekat dan berkontak atau bahkan melihat orang yang mengalami kusta atau lepra.

    Dalam sebuah hadist, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda :

    ‏ لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ

    Artinya: "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta." (HR Bukhari)

    Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak masuk di wilayah yang sedang terkena wabah. Begitupun sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar dari tempat tersebut.

    Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini : 

    إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

    Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

    Selain itu, di jaman Rasulullah SAW jika ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha'un, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengisolasi para penderitanya di tempat khusus yang jauh dari pemukiman penduduk.

    Baca juga: Iluminati, Dalang Sebenarnya Dibalik Virus Corona?

    Tha'un adalah wabah penyakit menular yang mematikan dan berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubuh manusia.

    Dalam sebuah hadist disebutkan umat muslim yang mengalami wabah penyakit akan dijanjikan surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar menghadapinya.

    الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

    Artinya: "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)". (HR Bukhari)

    Wabah Penyakit Zaman Khalifah Umar bin Khattab 

    Selain di masa Rasulullah, di zaman khalifah Umar bin Khattab juga pernah diserang wabah penyakit. 

    Diceritakan, suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab mengunjungi negeri Syam, kemudian beliau bertemu dengan Ubaidah bin Al-Jarrah dan sahabat-sahabatnya yang lain. 

    Dalam perbincangan tersebut, mereka melaporkan kepada Umar, bahwa di Negeri Syam sedang diserang wabah penyakit, seperti wabah kolera. Kemudian terjadi perdebatan diantara mereka, terkait keputusan untuk datang ke tempat tersebut atau tidak.

    Meski begitu, Umar tak langsung mengambil keputusan begitu saja. Beliau ingin bermusyawarah dengan mendengar saran dari para sahabat-sahabatnya dan kaum Muslim saat itu.

    "Panggillah orang-orang Muhajirin!" perintah Umar.

    "Saya sudah memanggil kaum Muhajirin, dan bahkan sudah berkonsultasi dengan mereka tentang pencemaran dan wabah yang sedang terjadi di negeri ini. Ujung-ujungnya, mereka berbeda pendapat dan pandangan," jawab Ibnu Abbas.

    "Engkau keluar dari masalah ini!" 

    "Kami tidak tahu apakah engkau akan kembali mempedulikannya," kata sahabat yang lain. 

    "Ada sahabat-sahabat yang lain, para sahabat Rasulullah pun juga ada. Kami sendiri tidak melihat mereka akan mendatangi wabah itu," kata sahabat yang lain.

    "Cukup! jangan berdebat lagi. Kalau begitu pangil kaum Anshar kemari," kata Umar.

    Kemudian, mereka menghadirkan kaum Anshar dan meminta penjelasan dari mereka. Kaum Anshar juga berpendapat seperti halnya kaum Muhajirin.

    "Sudahlah, akhiri saja perdebatan ini! Kalau begitu, sekarang hadirkan pembesar-pembesar Quraisy yang berhijrah di masa pembebasan Makkah," kata Umar.

    Baca juga: Viral, Lafadz Adzan di Kuwait Diganti Demi Cegah Corona, Bolehkah?

    Para pembesar quraisy kemudian dipanggil dan dihadirkan. Ternyata, tidak ada yang berdebat, kecuali dua orang saja, sehingga dari sini tampak ada jalan terang. 

    "Menurut kami, engkau harus mengevakuasi orang-orang itu, dan jangan biarkan mereka mendatangi wabah itu," kata salah seorang pembesar Quraisy.

    Umar bin Khattab lalu mengizinkan mereka untuk mengevakuasi orang-orang tersebut. 

    "Wahai Amirul Mukminin, apakah kamu akan lari dari takdir Allah?" tanya Abu Ubaidah.

    "Mestinya orang selain engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah. Benar, ini lari atau berpaling dari takdir Allah ke takdir yang lain. Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah dan menemukan dua tempat untamu; yang pertama lahan subur dan yang kedua lahan gersang. Bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah?" tanya Umar.

    Abdurrahman bin Auf kemudian datang padahal sebelumnya dia tidak hadir dalam perdebatan tersebut. Karena, dia sedang mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Abdurrahman lalu berkata, "Saya tahu tentang masalah ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya."

    Hadist tersebut senada dengan hadist yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir, sebagai berikut :

    أَنَّ عُمَرَ، خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، فَلَمَّا كَانَ بِسَرْغَ بَلَغَهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ، فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ ‏"‏‏

    Artinya: "Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhori).

    Kisah tersebut hampir sama dengan kondisi saat ini, dimana saat ini terjadi pandemi Coronavirus, beberapa negara pun melakukan lockdown di beberapa wilayah yang paling terdampak virus corona, guna untuk mencegah penyebaran virus corona semakin meluas.

    Namun saat ini, Pemerintah Indonesia belum berencana melakukan lockdown. Hal ini disebabkan, pemerintah menilai cara tersebut memiliki risiko yang tinggi seperti meningkatkan jumlah kasus virus corona.

    "Meski konsekuensinya dengan lockdown bisa saja kasus di situ naik dengan cepat. Pengalaman kapal Diamond Princess begitu lockdown, naik dengan cepat jumlahnya karena nggak bisa ke mana-mana. Yang sakit dan nggak sakit campur jadi satu," jelas juru bicara pemerintah Achmad Yurianto di Istana Kepresidenan, Kamis (12/3/2020).

    Sebagai pencegahan lain, masyarakat diharapkan untuk tetap menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan. Sebagaimana anjuran-anjuran yang disampaikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu.

    SHARE ARTIKEL